Virus Corona
TERUNGKAP! Ini Dampak Mengerikan Lockdown, Itu Sebabnya Presiden Jokowi Menolak Mentah-mentah
TERUNGKAP! Ini Dampak Mengerikan Lockdown, Itu Sebabnya Presiden Jokowi Menolak Mentah-mentah
Editor: Agung Budi Santoso
Selain itu, Yuri juga memaparkan bahwa dalam periode yang sama terdapat penambahan jumlah pasien covid-19 yang sembuh sebanyak 22 orang.
Total ada 103 pasien yang dua kali hasil tesnya dinyatakan negatif, setelah sebelumnya sempat dinyatakan positif Virus Corona.
Kemudian, terdapat penambahan 21 pasien covid-19 yang meninggal dunia.
Secara keseluruhan, jumlah pasien yang meninggal setelah mengidap covid-19 ada 157 orang.
"Ini memberi bukti kepada kita bahwa penularan di luar masih terjadi, kontak dekat masih diabaikan, kemudian cuci tangan masih belum dijalankan dengan baik," kata Achmad Yurianto.
Berdasarkan data pemerintah, penambahan 149 kasus positif covid-19 terjadi di 13 provinsi.
Akan tetapi, tidak ada provinsi baru yang mencatat kasus perdana covid-19.
Dengan demikian, hingga saat ini kasus covid-32 ada di 32 provinsi.
Penambahan tertinggi terlihat ada di DKI Jakarta, yaitu 62 kasus baru.
Penambahan ini membuat kasus covid-19 di Ibu Kota tercatat ada 808.
Kemudian, penambahan tertinggi berikutnya terdapat di Jawa Barat dengan 21 kasus baru, serta Sulawesi Selatan dengan 15 kasus baru.
Tiga provinsi di Pulau Jawa, yaitu Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, juga mencatat penambahan kasus tinggi, yaitu masing-masing 11 kasus baru.
Berikut penyebaran penambahan kasus baru dalam 24 jam terakhir: Data penambahan pasien covid-19:
1. DKI Jakarta: 62 kasus baru
2. Jawa Barat: 21 kasus baru
3. Sulawesi Selatan: 15 kasus baru
4. Banten: 11 kasus baru
5. Jawa Tengah: 11 kasus baru
6. Jawa Timur: 11 kasus baru
7. Bali: 6 kasus baru
8. DI Yogyakarta: 5 kasus baru
9. NTB: 2 kasus baru
10. Sumatera Utara: 2 kasus baru
11. Kalimantan Barat: 1 kasus baru
12. Kalimantan Timur: 1 kasus baru
13. Sulawesi Utara: 1 kasus baru
Diolah dari Kompas.com : Jokowi Akhirnya Blak-blakan soal Alasan Tak Mau Lockdown...

Apa Itu Lockdown? Apa Pula Risikonya? Ini Penjelasan Sosiolog
Sejumlah daerah di Indonesia telah menerapkan kebijakan lockdown, meski pemerintah pusat belum mengeluarkan keputusan resmi.
Sejauh ini, tercatat lima daerah yang melakukan lockdown atau karantina wilayah, yaitu Papua, Tegal, Tasikmalaya, Ciamis, dan Makassar.
Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk menahan laju penyebaran virus corona di daerah-daerah tersebut.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, kebijakan lockdown akan menyebabkan sejumlah titik penting nadi kehidupan sosial terhenti.
"Efeknya terputusnya produksi, konsumsi kolektif, distribusi, dan kegiatan sosial budaya akan tertutup," kata Drajat saat dihubungi, Senin (30/3/2020).
Bila pemerintah pusat akan mengeluarkan status lockdown, menurut Drajat beberapa hal harus dilakukan agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
Penyesuaian
Dari sisi masyarakat, menurut Drajat, mereka harus melakukan reorientasi ruang.
Artinya, ruang-ruang sosial yang luas harus diubah ke dalam dua jenis ruang, yaitu institusi keluarga (ruang kecil) dan ruang maya atau yang disebut dengan virtual society.
"Jadi harus ada reorientasi itu untuk bisa melakukan interaksi dengan luar, yaitu hanya dengan perubahan ruangnya," jelas dia.
Drajat menyebut rumah pada umumnya memiliki fungsi informal atau untuk bersantai dan beristirahat.
Akan tetapi, dengan adanya lockdown ini maka rumah akan memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai fungsi informal sekaligus fungsi produksi atau kantor.
"Hal itu bukan perkara mudah, ini bisa menimbulkan ketegangan di dalam dan konflik di dalam rumah. Bukan sekedar karena lama berkumpul, tapi karena adanya aktivitas baru itu," kata dia.
Peran pemerintah
Pada tataran pemerintah, mereka harus menyediakan social security nett atau jaring pengaman sosial untuk mengatasi terputusnya rantai produksi dan distribusi akibat lockdown.
Jaring pengaman sosial adalah satu program yang dikembangkan untuk memberi jaminan perlindungan kepada masyarakat atas dampak dari suatu perubahan sosial tertentu di masytarkat.
Misalnya, perubahan sosial yang menyebabkan hilangnya pekerjaan atau berkurangnya penghasilan secara signifikan, sehingga membuat orang tak bisa menjamin kehidupan dasarnya secara layak.
Dua kebutuhan jaring pengaman sosial yang dibutuhkan ketika lockdown adalah kebutuhan pokok dan fasilitas untuk berintaksi "keluar", dalam hal ini internet.
"Pada keluarga yang mampu, bantuan kebutuhan pokok bisa dikurangi atau ditiadakan. Tapi pada keluarga kelas menengah ke bawah ini menjadi kebutuhan pemerintah untuk menyediakan," kata Drajat.
Internet
Soal fasilitas internet, Drajat menganggap bahwa pemerintah harus bisa menekan biaya-biaya internet sekecil mungkin.
Hal itu penting dilakukan karena kebijakan lockdown akan menggeser solidaritas-solidaritas organis menjadi solidaritas mekanis yang berbasis pada perasaan.
"Nah ini kalau tidak ada ruang-ruang untuk bisa 'keluar', tentu itu akan menimbulkan perasaan yang tidak tahan di satu tempat secara lama," tutupnya. (Kompas.com/ Ahmad Naufal )
Sumber: Sejumlah Daerah Terapkan Lockdown, Ini Dampaknya Menurut Sosiolog