Breaking News:

Berita Viral

Nasib Aji Rumah Terisolir, Akses Jalan Ditutup Pagar Kawat Berduri, Tanah Bakal Dijual Pemilik Lahan

Kisah pilu 5 rumah warga di Lorong Buay Pemuka Kelurahan Sekip Jaya Kecamatan Kemuning, terisolit, akses jalan ditutupi kawat berduri.

Editor: Putri Asti
Sriwijayapost
Kisah pilu 5 rumah warga di Lorong Buay Pemuka Kelurahan Sekip Jaya Kecamatan Kemuning, terisolit, akses jalan ditutupi kawat berduri. 

Sementara Santi sendiri bekerja sebagai buruh cuci pakaian.

Sebelumnya diberitakan, Viral, rumah satu keluarga di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terkurung tembok bangunan masjid dan perumahan.

Kejadian itu, diunggah di akun Facebook Info Kejadian Kota Makassar.

Dalam unggahannya, terlihat seorang emak-emak memanjat tembok rumah warga menggunakan tangga bambu.

Tangga bambu itu mengakses ke balkon rumah warga lain yang ada dalam komplek perumahan.

Aksi berbahaya itu terpaksa dilakukan akibat akses jalannya dikabarkan sudah ditutup oleh pengurus masjid setempat.

Kejadian itu, berlangsung di Jl Cilallang, Kelurahan Buakana, Kecamatan Tamalate, Makassar.

Cerita lainnya soal terkurung tembok juga pernah dialami Sugeng (49).

Ia terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya.

Warga Jl Toddopuli Raya Timur, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, terpaksa mengungsi lantaran akses jalan ke rumahnya tertutup tembok.

Ia memilih mengungsi lantaran pekerjaannya sebagai penjual ikan terkendala jika harus memanjat tembok tiap harinya.

"Saya harus mengungsi ke rumah saudara di daerah Antang, karena akses kita susah kalau harus memanjat tembok," kata Sugeng ditemui tribun, Jumat (4/2/2022) siang.

"Apalagi usaha saya jual beli ikan, jadi sulit untuk angkat barang kalau harus panjat tembok," sambungnya.

Sugeng mengaku mengungsi sejak dua tahun terakhir atau saat semua aksses jalan ke rumahnya tertutupi tembok.

"Sejak tidak bisa lagi lewat ini, iya dua tahun terakhir. Sama keluarga dengan anak dan istri, ke sini sekedar cek-cek saja," ucapnya.

Sulitnya beraktivitas di luar rumah dengan akses jalan yang tertutup juga dirasakan Yusri (54), satu dari tiga kepala keluarga penghuni rumah yang dikelilingi tembok.

"Tiap hari begini (panjat tembok), sudah dua tahun begini. Kalau ke pasar atau antar jemput anak sekolah pasti panjat tembok," kata Yusri.

Rutinitas panjat tembok itu dilakukan tepat di samping rumahnya.

Yaitu tembok salah satu sekolah yang tingginya sekitar 1,5 meter.

"Mau bagaimana, karena sudah terutup tembok semua. Dulunya ada jalanan tembus ke depan (Jl Toddopuli Raya Timur) tapi sudah ditutup juga," ujarnya.

Paling miris, saat musim hujan melanda.

Pasalnya, tangga kayu yang digunakan memanjat tembok kerap licin dan membuat anaknya terjatuh.

"Itu anak perempuan saya pernah jatuh karena licin itu hari waktu hujan," ungkapnya.

Sekedar diketahui, ketiganya memiliki anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan menengah atas (SMA). 

Diolah dari artikel TribunJateng.com

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 4/4
Tags:
bangunanjual beli tanah dan rumahPalembang
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved