Berita Kriminal
TAMPANG Pria Tega Bunuh dan Bakar Istrinya Gara-gara Cemburu Buta, Ternyata Mantan Dirut RS Padang
Inilah tampang pria yang tega bunuh dan bakar istrinya gara-gara cemburu buta, ternyata mantan dirut RS Padang.
Editor: Ika Putri Bramasti
TRIBUNSTYLE.COM - Inilah tampang pria yang tega bunuh dan bakar istrinya gara-gara cemburu buta, ternyata mantan dirut RS Padang.
Pria bernama Ahmad Yuda tega membunuh istrinya gara-gara cemburu buta.
Tetty dibunuh dan dibakar di rumah kontrakan korban di Perumahan Mukakuning Indah I, Batu Aji, Batam, Sabtu (11/11/2023).
Akibat kejadian tersebut, polisi menangkap Ahmad Yuda, pembunuh istrinya yang merupakan mantan Direktur RSUD Padang Sidimpuan Tetty Rumondang Harahap.
Yuda ditangkap unit Reskrim Polresta Barelang di Pekanbaru, Riau Sabtu malam.
Pelaku dibawa ke Batam pada Minggu (12/11/2023) pagi.
Kanit Reskrim Polsek Batu Aji Ipda Asmir mengatakan, motif sementara kasus pembunuhan ini adalah masalah asmara.

Baca juga: SOSOK Pembunuh Karyawan MRT Jakarta, 3 Pelaku Saling Kenal, 2 di Antaranya Masih Keluarga
Pelaku yang merupakan suami kedua korban, cemburu karena korban berkomunikasi dengan pria lain.
"Itu pengakuan sementara dia, lagi dikembangkan,” kaya Asmir, dikutip dari Tribun Batam, Minggu.
Yuda mengaku menghabisi istrinya dengan cara dipukul dengan kayu di bagian leher, kepala, dan wajah hingga tewas.
Pelaku kemudian membungkus kepala korban dengan kantong plastik.
Selanjutnya, pelaku meletakkan tabung gas di sekiling tubuh istrinya dan juga menaruh kain dari kamar sampai ke pintu depan. Di atasnya diletakkan botol air minum berisi pertalite.
Pelaku kemudian menyulut api ke tubuh istrinya yang membuat jenazah korban terbakar hingga 90 persen.
Pelaku berharap istrinya terbakar dan rumahnya meledak. Selanjutnya dia melarikan diri dari Batam.
Sebelumnya diberitakan, Tetty Rumondang Harahap ditemukan tewas mengenaskan di rumah kontrakannya di Kelurahan Buliang, Batuaji, Batam, Sabtu (11/11/2023) dini hari.
Diketahui korban pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Padang Sidimpuan, Sumatera Utara (Sumut).
Korban saat ini masih berstatus aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut dan berdinas di Dinas Kesehatan Sumut.
Polisi menduga korban tewas karena luka benda tumpul di kepala. Saat ditemukan, kondisi kepala korban terbungkus kantong sampah berwarna hitam.
Bagian dalam kantong sampah tersebut berlumuran darah.
Jeritan Hati Ibu di Mataram, Suaminya Aniaya Sang Anak hingga Tewas, Desak Hukuman Mati: Pembunuh!
Penganiayaan berujung hilangnya nyawa bocah berusia 9 tahun di Mataram, Nusa Tenggara Barat oleh ayah kandungnya sendiri benar-benar memilukan.
Ibu korban, Fitriah sangat terpukul mendapati kenyataan pahit itu. Ia bahkan terus berteriak dan memaki suaminya.
Fitriah pun berharap pelaku dihukum mati karena telah membunuh buah hatinya.
Ya, Fitriah bak tersambar petir di siang bolong melihat kenyataan sang putri, Fadila, pergi untuk selamanya.
Lebih pedih lagi, kematian anak berusia 9 tahun itu akibat perlakuan keji sang ayah, Suparman.
Baca juga: ASTAGFIRULLAH Suami di Depok Aniaya Istri hingga Tewas, Benturkan Kepala, Murka Dilarang Main TikTok

Pria 42 tahun tersebut menganiaya Fadila hingga tewas.
"Ya Allah, saya kerja tanpa berhenti, hanya untuk menghidupi anak-anak saya, tega sekali pembunuh itu, ya Allah, ya Allah," tangis Fitriah yang histeris saat Kompas.com menemuinya di rumahnya Lingkungan Karang Kemong, Cakra Barat, Kota Mataram, Minggu (22/10/2023).
Mata masih sembab dan tangannya memegang dada seolah menyesali apa yang terjadi pada Sabtu (21/10/2023), saat dirinya tengah bekerja menjadi pembantu rumah tangga.
"Saya juga bangunkan dia dan memintanya bersiap mengenakan pakaian adat khas Sasak (Lombok) Lambung, mengikuti pekan budaya di sekolah tiap Sabtu pagi."
"Anak saya itu sempat minta uang sebelum ke sekolah, saya kasih," tutur Fitriah dengan suara bergetar.
Wanita 40 tahun ini mengatakan tak ada yang aneh dari sikap suaminya.
Setelah anaknya berangkat sekolah, dia pun pergi bekerja seperti biasanya, sempat pulang sebentar dan korban kembali minta uang untuk beli lingquine (stik untuk pasta yang bisa dibeli bijian oleh anak anak).
Fitriah memberikan Rp 10.000 pada korban yang kembali bermain main.
Fitriah baru menyadari bahwa sebelum kejadian, suaminya mulai aneh. Setelah dia pulang pukul 10.00 Wita dan kembali lagi bekerja, sang suami menelepon, menanyakan kapan dia kembali.
"Dia nelpon saya dan tanya kapan kembali, saya bilang masih kerja.
Beberapa saat lagi, dia menelepon kembali dan tanya saya kapan kembali, saya jawab dengan nada tingga belum, karena masih kerja," cerita Fitriah.
Sang suami kembali meneleponnya dan bertanya lagi kapan dia kembali membuat Fitriah mengaku kesal.
Kemudian, dia bertanya di mana suaminya saat menelepon, apakah di kos atau di rumah ibunda (ibunya Fitriah) yang baru 9 hari lalu meninggal dunia.
"Dia jawab saya, 'di atas langit di bawah tanah', kata dia menggoda lalu saya matikan.
Kembali dia menelepon dan tanya lagi kapan saya pulang, saya matikan teleponnya dan jawab belum pulang," katanya.
Lalu, pukul 17.00 Wita sang suami menelepon lagi sambil nangis. Ini membuat Fadia khawatir.
"Saya mulai takut dan tanya ada apa, dia teriak sebut nama Fadila. Saya panik dan tanya kenapa anak saya."

"Karena panik, saya matikan hp saya mau pulang, tetapi tiba-tiba keponakan saya datang dan sampaikan anak saya jatuh dari kamar mandi," tuturnya sambil terus memegang dadanya.
Sampai di kos, anak saya telah dibawa ke Rumah Sakit RISA.
Fitriah langsung menuju RISA dan sampai di sana, keluarga sudah banyak dan mendapat kenyataan anak sudah meninggal.
Fitriah mengaku tidak tahu kejadiannya seperti apa.
"Ya Allah, Ya Robby, kenapa anak saya, ya Allah. Malamnya dia tidur bersama kami semua, berempat kami tidur, tidak ada yang aneh, hanya saja Fadila sempat minta bersandar karena pusing, tapi dia bisa ke sekolah," katanya.
Tiba-tiba Fitriah emosi saat menceritakan apa yang terjadi dan membayangkan apa yang dialami anaknya.
Dia meminta aparat kepolisian menghukum mati sang suami yang telah merampas nyawa anaknya.
"Saya mau dia dihukum mati, dia pembunuh, dia pembunuh itu, hukum mati dia," teriak Fitriah yang berusaha ditenangkan keluarganya.
Saat mengantar jenazah putrinya ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda NTB untuk di autopsi, Fitriah terus berteriak dan memaki maki suaminya.

Bahkan saat dia berada di kantor polisi, beberapa saat setelah polisi menangkap pelaku yang sempat melarikan diri dan nyaris dihakimi massa yang mencarinya.
Kartini (42), bibi korban, tak kuasa membendung air mata.
Korban selama ini selalu bersamanya saat ibunya bekerja, korban bahkan telah menganggapnya ibu.
Kartini mengatakan bahwa korban tidak menyukai ayahnya sejak sang ayah rujuk lagi dengan ibunya.
"Dia takut sekali dengan ayahnya itu, dia tidak suka, selama ini dia tidur di rumah nenek (ibu saya yang meninggal beberapa hari lalu)," ungkapnya.
"Kenapa setelah dia mau ke kos kok malah dibunuh, astaga, anak saya juga itu, kemarin dia pakai lambung (baju khas Sasak), riang sekali, sekarang dia meninggal," imbuhnya.
Semua tetangganya tak menyangka apa yang dialami Fadila.
Warga kampung atau Lingkungan Karang Kemong merasa sedih atas peristiwa tragis itu.
Seluruh keluarga mengharapkan agar pelaku segera dihukum seberat beratnya.
Artikel ini diolah dari Kompas.com
Sumber: Kompas.com
Gak Kapok 4 Kali Dipenjara, Residivis Ini Ditangkap Lagi Kasus yang Sama, Bobol Rumah di Parepare |
![]() |
---|
Detik-detik Mahasiswa Jogja Ditikam Temannya saat Menginap di Magelang, Pelaku Mengaku Cemburu Buta |
![]() |
---|
Sosok Syarif Maulana Dosen Unpar Bandung Pelaku Kekerasan Seksual pada Mahasiswa, Kini Dinonaktifkan |
![]() |
---|
Aksi Perawat di Aceh Rudapaksa Siswi 15 Tahun, Kenal dari Aplikasi Kencan, Diimingi Dibelikan iPhone |
![]() |
---|
Pembunuhan Mahasiswi di Malang Jatim Baru Terungkap Setelah 1,5 Tahun, Pelaku Cucu Pemilik Kos |
![]() |
---|