'Naik Pitam' Akibat Tewasnya George Floyd, Hacker Lancarkan Miliaran Serangan Siber di Situs Penting
Serangan siber yang dilakukan para hacker setelah tewasnya George Floyd yang sebabkan aksi besar di wilayah Amerika Serikat meningkat tajam
Penulis: Nafis Abdulhakim
Editor: Suli Hanna
TRIBUNSTYLE.COM - Kematian George Floyd, pria berkulit hitam asal Amerika Serikat memicu aksi protes besar di sejumlah wilayah di Amerika Serikat.
Telah diberitakan, George Floyd tewas pada Senin (25/5/2020).
Namun tak ada yang menduga kasus tersebut menyulut "kemarahan" sejumlah peretas (hacker) dengan melancarkan aksinya secara online.
Melansir Kompas.com, laporan terbaru yang dirilis oleh firma keamanan siber Cloudflare, ada sekira 135 miliar serangan siber.
Serangan tersebut diketahui dilakukan pada akhir pekan lalu tepatnya pada tanggal 30 dan 31 Mei.
Angka tersebut meningkat 17 persen dibanding periode yang sama bulan lalu (25 dan 26 April).
• Twitter Nonaktifkan Video Kampanye Trump Terkait Pesan Simpati Kepada George Floyd, Ini Alasannya
• RASISME Terhadap George Floyd Memang Menyakitkan, 6 Artis Ini Pernah Alami Hal Menyebalkan Serupa
Cloudeflare mencatat 'hanya' ada sekira 116 miliar serangan siber.
Lebih spesifik, sejumlah situs web milik pembela hukum dan advokat (Advocacy Groups), termasuk aneka situs anti-rasisme, terpantau mengalami peningkatan serangan siber hingga 1.120 kali lipat.
Ada sejumlah serangan siber terhadap situs-situs tersebut mencapai 120 juta serangan.
Hal tersebut menjadi menarik karena pada periode yang sama bulan lalu, serangan siber terhadap situs-situs Advocacy Groups ini nyaris nihil.
Menurut pihak Cloudflare, jenis serangan yang dilakukan berupa Distribute Denial of Service (DDoS).
Itu merupakan serangan yang mencoba untuk melumpuhkan sebuah situs atau aplikasi.

Diketahui, DDoS sendiri merupakan serangan paket data dalam jumlah besar ke sebuah server.
Masifnya jumlah paket data yang diterima dalam waktu bersamaan bisa mengakibatkan server melambat, bahkan tumbang.
Selain kategori situs Advocacy Groups, jumlah peretasan pada situs-situs pemerintah juga diklaim turut meningkat.