Akhir Pilu Kapten Freedy 3 Kali Gagal Seleksi Kini Jadi Korban Tewas Jatuhnya Helikopter MI-17
Kisah pilu Kapten Freedy salah satu korban tewas jatuhnya helikopter MI-17 dari perjuangannya yang 3 kali gagal hingga firasat rindukan alm ayah.
Editor: Monalisa
"Ya tetap seperti anak kecil bagi saya. Karena dia anak terakhir dari lima bersaudara. Setiap pekan dia selalu pulang dan berkunjung ke rumah saya. Kalau sudah lepas baju korps nya ya tetap seperti anak kecil di mata saya," katanya, saat ditemui di rumah duka.
Ia mengatakan, Kapten Freedy memang berbeda dari lima saudaranya. Ia termasuk yang gigih dalam mengejar cita-cita.
Suwandi masih ingat, bagaimana proses perjuangan sang Kapten menjadi Kapten Penerbang.
"Selain angkatan darat dia tidak mau. Kemudian setelah lulus kuliah di juruan olahraga, ia mulai daftar di pusat penerbangan," imbuhnya.
Pria berusia 67 tahun itu menambahkan, perjuangan Kapten Freedy untuk menjadi penerbang tidaklah mudah.
Kapten Freedy sempat tiga kali gagal mendaftar di angkatan darat sebagai penerbang.
"Seingat saya tahun 2008 itu baru dia diterima.
Pokoknya sudah tiga kali gagal. Ya tekatnya memang besar, akhirnya berhasil," sambungnya.
Kehidupan sehari-hari, menurutnya berjalan seperti biasa.
Meski sibuk bertugas, Kapten Freedy selalu rutin menyempatkan pulang untuk menjenguk keluarga.
"Dan pasti wajib ke rumah saya. Ngobrol sembari bercanda," pungkasnya. (hda)
Sebagian artikel ini sudah tayang di TribunJogja.com dengan judul Penuturan Keluarga Kapten Freedy, Perjuangan Masuk TNI hingga Ingin Dimakamkan di Sebelah Sang Ayah