Akhir Pilu Kapten Freedy 3 Kali Gagal Seleksi Kini Jadi Korban Tewas Jatuhnya Helikopter MI-17
Kisah pilu Kapten Freedy salah satu korban tewas jatuhnya helikopter MI-17 dari perjuangannya yang 3 kali gagal hingga firasat rindukan alm ayah.
Editor: Monalisa
TRIBUNSTYLE.COM - Insiden jatuhnya helikopter MI-17 di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal Sabtu (6/6/2020) telah merenggut nyawa Kapten Freedy Febrianto Nugroho.
Kepergian Kapten Freedy Febrianto Nugroho dalam insiden jatuhnya helikopter MI-17 masih menyisahkan kesedihan bagi pihak keluarga.
Terutama istri dan kedua anak Kapten Freedy Febrianto Nugroho yang kini harus berjuang hidup tanpa suami dan ayah.
Air mata kesedihan keluarga pecah tatkala jenazah Kapten Freedy Febrianto Nugroho dimasukkan ke dalam liang lahat.
Istri dan beberapa keluarga pun terlihat menangis di pusara sang kapten.
Kapten Freedy Febrianto Nugroho dimakamkan di TPU Sasonoloyo, Condongcatur, Sleman di samping makam mendiang ayahnya.
• POPULER Terungkap Alasan Penumpang Pesawat Dilarang Bawa Botol Minuman, Ternyata Ada 2 Kisah Ini
• FAKTA Jatuhnya Pesawat di Danau Sentani, Pilot Joyce Lin Lulusan MIT Tewas Dalam Misi Kemanusiaan
Di balik kepergian Kapten Freddy, rupanya ayah dua anak ini menyisahkan kisah hidup yang penuh haru.
Perjuangannya untuk menjadi penerbang di angkatan TNI AD ternyata tak semudah yang dibayangkan.
Ia harus merasakan beberapa kali kegagalan sebelum akhirnya sukses menjadi seorang penerbang.
Sayang, setelah cita-cita itu terwujud, kini sang kapten harus pergi untuk selama-lamanya.
Ivan Dwi Nurafianto, kakak sang kapten juga menceritakan firasat sebelum saudaranya ini berpulang.
Sebelum Kapten Freedy berpulang, rupayanya ia sempat berpesan kepada keluarga.
Ia tiba-tiba mengungkapkan kerinduannya dengan almarhum sang ayah.
Dan jika meninggal ingin dimakamkan di samping ayah tercinta.
• Tangis Pilu Ibu Temukan Jenazah Putranya Tewas Mengenaskan di Bawah Jembatan, Nyawa Dibalas Nyawa
"Nanti, kalau ada apa-apa dengan saya, jangan cari pemakaman di taman makam pahlawan.
Takut merepotkan orang nanti," kata Ivan, menirukan Kapten Freedy saat berpesan kepada keluarga.
Pesan itu ia ucapkan sepekan sebelum dia meninggal, lantaran berada di helikopter nahas tersebut.
"Minggu-minggu terakhir kemarin. Berarti satu minggu yang lalu. Memang berpesan seperti itu, kangen dengan almarhum bapak," imbuh dia.
Ivan mencoba mengingat-ingat masa kecil bersama adik tercintanya tersebut.
Belum genap berkata-kata, air matanya kembali menetes.
Menurutnya, Kapten Freedy termasuk yang paling berbeda dari lima saudaranya. Ia merupakan sosok yang gigih.
"Paling beda memang, sudah dari kecil berharap menjadi seorang TNI. Alhamdulillah itu pun terwujud," kenangnya.
Saat ditanya kenangan apa yang sampai saat ini masih terngiang diingatannya, Ivan kembali meneteskan air mata.
"Waktu awal pendaftaran di TNI," katanya.
Ia pun terdiam, beberapa menit bergeming. Menatap jauh ke atas.
Matanya memerah dan tak sanggup lagi berkata-kata
"Awal pendafataran. Yang tahu banyak perjuangannya isterinya, sudah ya," kenang dia.
Tiga Kali Gagal Masuk Penerbang, Kapten Freedy Akhirnya Lolos.
Terpisah, Paman Kapten CPN Freedy Febrianto Nugroho, Suwandi juga merasa kehilangan Freedy kecil.
Di mata Suwandi, Freedy tetaplah seperti anak kecil yang selalu riang dan mudah bergaul.
"Ya tetap seperti anak kecil bagi saya. Karena dia anak terakhir dari lima bersaudara. Setiap pekan dia selalu pulang dan berkunjung ke rumah saya. Kalau sudah lepas baju korps nya ya tetap seperti anak kecil di mata saya," katanya, saat ditemui di rumah duka.
Ia mengatakan, Kapten Freedy memang berbeda dari lima saudaranya. Ia termasuk yang gigih dalam mengejar cita-cita.
Suwandi masih ingat, bagaimana proses perjuangan sang Kapten menjadi Kapten Penerbang.
"Selain angkatan darat dia tidak mau. Kemudian setelah lulus kuliah di juruan olahraga, ia mulai daftar di pusat penerbangan," imbuhnya.
Pria berusia 67 tahun itu menambahkan, perjuangan Kapten Freedy untuk menjadi penerbang tidaklah mudah.
Kapten Freedy sempat tiga kali gagal mendaftar di angkatan darat sebagai penerbang.
"Seingat saya tahun 2008 itu baru dia diterima.
Pokoknya sudah tiga kali gagal. Ya tekatnya memang besar, akhirnya berhasil," sambungnya.
Kehidupan sehari-hari, menurutnya berjalan seperti biasa.
Meski sibuk bertugas, Kapten Freedy selalu rutin menyempatkan pulang untuk menjenguk keluarga.
"Dan pasti wajib ke rumah saya. Ngobrol sembari bercanda," pungkasnya. (hda)
Sebagian artikel ini sudah tayang di TribunJogja.com dengan judul Penuturan Keluarga Kapten Freedy, Perjuangan Masuk TNI hingga Ingin Dimakamkan di Sebelah Sang Ayah