Berita Viral
Asal-Usul Sakral Sitihinggil dan Maknanya Saat Gusti Purbaya Dijadikan Raja
Asal-usul sakral Sitihinggil menjadi sorotan publik karena maknanya yang penting saat Gusti Purbaya dijadikan Raja Keraton Solo.
Editor: Tim TribunStyle
Asal-usul sakral Sitihinggil menjadi sorotan publik karena maknanya yang penting saat Gusti Purbaya dijadikan Raja Keraton Solo.
TRIBUNSTYLE.COM - Bangunan Sitihinggil dikenal sebagai tempat sakral di mana Gusti Purbaya bakal dinobatkan sebagai Raja Keraton Solo, sekaligus menjadi simbol penting dalam tradisi kerajaan.
Bangunan ini ternyata memiliki makna yang mendalam dan sarat filosofi.
Keraton Kasunanan Surakarta (Keraton Solo) terkenal dengan arsitekturnya yang memadukan unsur Jawa dan Eropa, menjadikan setiap bangunan tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga kaya akan simbolisme.
Bangunan-bangunan di keraton tak hanya menjadi ciri khas istana Jawa, tetapi juga menyimpan filosofi tentang perjalanan hidup manusia, asal-usul, dan tujuan akhir kehidupan.
Menurut budayawan sekaligus keturunan keluarga Keraton Solo, KGPH Dipokusumo (Gusti Dipo), tata letak dan susunan bangunan di Keraton Solo sarat dengan makna filosofis.
Gusti Dipo menjelaskan bahwa setiap elemen bangunan menggambarkan perjalanan manusia, mulai dari asal-usul hingga kembali ke asalnya.
Baca juga: Raja Baru Keraton Surakarta, KGPH Hangabehi Resmi Jadi Pakubuwono XIV
Lebih jauh, kompleks Sri Manganti di Keraton Solo juga memiliki kedalaman makna tersendiri, mencerminkan prinsip-prinsip kehidupan, nilai-nilai adat, dan filosofi keraton yang diwariskan turun-temurun.
Dengan demikian, penobatan Gusti Purbaya di Sitihinggil bukan sekadar prosesi seremonial, tetapi juga sarat dengan simbolisme budaya dan spiritual yang mendalam bagi Keraton Kasunanan Surakarta.
Dimulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan
Alun-Alun Utara dianggap sebagai gerbang awal kehidupan, lengkap dengan bangunan-bangunan yang melambangkan permulaan hidup. Setelah itu, ada Sasana Sumewa yang sekarang lebih dikenal sebagai Pagelaran.
Bergerak lebih ke selatan, terdapat Sitihinggil atau Sitinggil, yakni area yang berada di atas permukaan tanah yang lebih tinggi dibanding lingkungan sekitarnya. Sitihinggil dimaknai sebagai simbol proses manusia dalam meraih tingkatan hidup tertinggi.
Yaitu kondisi ketika seseorang dapat bersikap matang, mendekat pada Tuhan, sehingga mendapatkan ketenangan dan kedamaian batin. Perjalanan simbolis ini kemudian berlanjut memasuki kawasan inti keraton melalui tembok besar Baluwarti yang mengitari seluruh area keraton.
Sementara itu, pintu masuk melalui Kori Kamandungan Lor dapat ditempuh lewat Kori Brojonolo atau Kori Gapit, yang mengandung makna “senjata batin”. Kori Kamandungan Lor juga dikenal sebagai salah satu spot favorit wisatawan untuk berfoto, lengkap dengan dua prajurit keraton yang berjaga di depannya.
Begitu memasuki area Kamandungan, pengunjung akan melihat deretan cermin besar di sisi kiri, kanan, dan bagian depan.
"Itu namanya kaca Mulat Slira. Dengan berkaca, sesorang diingatkan kembali terhadap dirinya sendiri, siapa dia, bagaimana dia selama ini," kata Dipo.
Melangkah lebih ke selatan, terdapat bangunan Sri Manganti dengan Panggung Sangga Buwana yang menjulang sebagai menaranya. Masuk lebih jauh melalui Kori Ageng, akan tampak kompleks Kedathon yang dipenuhi hamparan pasir hitam yang didatangkan dari Pantai Selatan.
| Tokoh NU Bersuara soal ‘Sister Hong’ di Lombok: Penampilan Wanita, Identitas Pria, Bikin Geger |
|
|---|
| Rumah Rp 1 Triliun Jadi Mahar Pernikahan Mantan Istri Ungkap Kebohongan Bule Prancis dan Gadis Bugis |
|
|---|
| Viral Kasus Ibu 51 Tahun Bawa Brondong ke Hotel, Korban Kolaps Setelah Intim |
|
|---|
| Sister Hong Versi Lombok, MUA Cantik Berhijab Ternyata Identitasnya Lelaki |
|
|---|
| Produsen Lokal Kirim Karangan Bunga ke Menkeu Purbaya, Protes Food Tray Impor MBG |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/style/foto/bank/originals/Asal-usul-sakral-Sitihinggil.jpg)