TRIBUNSTYLE.COM - Berbagai penelitian sedang membutikan secara ilmiah, apakah benar orang Asia lebih kuat dalam menghadapi virus corona.
Pasalnya, kasus kematian akibat virus coroan per kapita di Asia lebih kecil dibandingkan negara Eropa dan Amerika.
Hal inilah yang mendorong ilmuwan untuk mencari tahu penjelasan ilmiah terkait fenomena tersebut.
Saat menghadapi pandemi Covid-19, Jepang menerapkan pembatasan yang jauh lebih lambat.
Meski demilkian, Jepang juga mencatat kasus infeksi dan kematian yang lebih rendah.
• Gaga-gara Corona, Uya Kuya Rayakan Wisuda Anak Bungsu Secara Virtual, Cinta Kuya Jadi Sorotan
• UPDATE Virus Corona Nasional Jumat 12 Juni 2020, Berikut Data Sebaran di 34 Provinsi di Indonesia
Menteri keuangan Jepang, Taro Aso mengatakan bahwa fenomena ini merupakan tingkat budaya yang tinggi.
Stasiun televisi TBS berteori bahwa bahasa Jepang sangat sedikit memiliki kata yang harus diucapkan keras, sehingga percikan droplet yang keluar dari mulut lebih sedikit.
Selain itu, masyarakat Jepang meyakini bahwa pola dan menu makanan yang mereka terapkan bisa melindungi dari serangan virus.
Seluruh Asia
Ternyata, fenomena tahan virus corona ini tidak hanya muncul di Jepang, namun seluruh Asia.
Seluruh Asia mencatat kasus infeksi dan kematian yang disebabkan oleh Covid-19 relatif rendah.
Cina yang menjadi negara asal virus ini pun hanya mencatat tiga kasus per satu juta warganya.
Beberapa negara Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Indonesia yang memiliki fatalitas tinggi, ternyata tidak setinggi negara-negara Eropa dan Amerika.
Tingkat fatalitas di Eropa dan Amerika diketahui sangat tinggi.
Seperti dilansir dari DW Indonesia, rekor fatalitas dicatat oleh Italia, Spanyol dan Inggris dengan rata-rata 500 kematian per sejuta populasi.