Dilansir New York Times, hari itu juga, Taiwan Centers for Disease Control mulai memantau penumpang yang datang dari Wuhan ke Taiwan.
Pejabat pemerintah pun segera bertindak, penumpang pesawat yang telah mendarat dari Wuhan diperiksa kondisinya untuk mendeteksi gejala.
Kurang dari seminggu kemudian, pemerintah mulai memantau orang-orang yang telah melakukan perjalanan dari Wuhan sejak 20 Desember 2019.
"Penumpang yang menunjukkan gejala dikarantina di rumah, dan dipertimbangkan apakah perlu perawatan medis di rumah sakit," Stanford Health Policy melaporkan.
Pada pertengahan Januari, Taiwan mengirim tim ahli dalam misi pencarian fakta ke China, meskipun hubungan Taiwan dan China kurang baik.
"Mereka tidak membiarkan kami melihat apa yang tidak mereka inginkan untuk kami ketahui, tetapi para ahli kami merasakan bahwa situasinya tidak baik," ujar Kolas Yotaka, seorang perwakilan pemerintah Taiwan kepada NBC News.
Kemudian, pemerintah meningkatkan protokol keselamatan dan kesehatan lebih jauh.
Pada akhir Januari, Taipei telah mendirikan Pusat Komando Epidemi Sentral.
Hal itu bertujuan untuk memusatkan langkah-langkah kebijakan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Pada 26 Januari 2020, Taiwan menjadi negara pertama yang melarang penerbangan dari Wuhan.
2. Pemantauan Kesehatan Intensif Melalui Data Besar dan Pemeriksaan Berulang
Infrastruktur kesehatan Taiwan, termasuk analisis data besar, sebagian merupakan hasil dari wabah SARS pada 2003 silam.
Setelah epidemi 2003 itu, Taiwan menempatkan pemantau suhu di bandara untuk mendeteksi pelancong yang memiliki gejala Covid-19.
Pelancong juga perlu melaporkan riwayat perjalanan dan kesehatan mereka dengan kode QR.
Menurut laporan Stanford, data tersebut kemudian digunakan pemerintah untuk mengklasifikasikan risiko penularan berdasarkan asal penerbangan dan riwayat perjalanan dalam 14 hari terakhir.