Leukimia Penyebab Meninggalnya Ani Yudhoyono, Bongkar 10 Gejala yang Sering Dianggap Remeh Ini!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SBY setia menemani Ani Yudhoyono saat menjalani perawatan di rumah sakit

Leukimia penyebab meninggalnya Ani Yudhoyono, bongkar 10 gejala yang sering dianggap remeh ini!

TRIBUNSTYLE.COM - Di pertengahan bulan Mei lalu, Ani Yudhoyono sempat dikabarkan membaik dengan kondisinya yang menderita penyakit Leukimia. 

Ia bahkan diizinkan keluar dari kamar rumah sakit menghirup udah luar bersama dengan keluarga. 

Namun  Ani Yudhoyono berpulang ke pangkuan Tuhan pada 1 Juni 2019, pukul 11.50 waktu Singapura setelah berjuang melawan leukimiaatau kanker darah selama kurang lebih empat bulan.

Penyakit leukimia yang diderita istri presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ini merupakan kanker darah dan sumsum tulang belakang yang bisa menyebabkan produksi sel-sel darah tertentu jadi enggak normal.

Saat sel-sel darah yang enggak sehat mendesak sel-sel sehat, sehingga fungsi darah jadi mulai goyah.

Seperti apa sih gejala-gejala leukimia? Bahkan ada beberapa gejala yang timbul justru sepele banget dan enggak terduga!

Yuk cari tahu gejala kanker darah atau leukimia yang diderita almarhumah Ani Yudhoyono biar kita lebih waspada!

Ani Yudhoyono Meninggal, 5 Hal Kecil Ini Bisa Bantu Cegah Penyakit Leukimia

1. Kelelahan dan kelemahan

Kelelahan dan kelemahan adalah gejala leukemia yang umum, menurut Mark Levvis, MD, PhD, direktur program leukemia di John Hopkins Sidney Kimmel Comprehensive Cancer Center.

Tanda-tanda ini sering disebabkan oleh anemia (kekurangan sel darah merah), yang akhirnya menambah kelelahan fisik.

Dalam kasus kronis dan akut, kita mungkin mengalami rentang dari sedikit kelelahan hingga kelemahan fisik yang ekstrem, tetapi dalam semua kasus, gejalanya memburuk seiring waktu.

2. Sesak napas

Ketika pasien menjadi lebih lemah dan lebih lelah, mereka mungkin juga mengalami sesak napas yang berasal dari anemia atau, dalam banyak kasus yang lebih jarang, massa di dada.

"Mereka terengah-engah, mereka kehabisan napas," kata Dr. Levis. "Berjalan melintasi ruangan mungkin sulit."

Halaman
123