Breaking News:

Berita Kriminal

VIDEO Belasan Siswa SMP Cianjur Disiksa Senior, Ditendang & Dihukum Push Up, Guru Saksikan Diam Saja

Sejumlah 14 siswa di sebuah SMP di Cianjur, Jawa Barat, jadi korban penganiayaan oleh senior. Guru yang menyaksikan malah diam saja.

Editor: Putri Asti
IST
 Inilah detik-detik sejumlah 14 siswa di sebuah SMP di Cianjur, Jawa Barat, jadi korban penganiayaan. 

TRIBUNSTYLE.COM - Inilah detik-detik sejumlah 14 siswa di sebuah SMP di Cianjur, Jawa Barat, jadi korban penganiayaan.

Mereka dihukum karena terlambat untuk mengikuti kegiatan di sekolah.

Dalam rekaman video yang beredar, sejumlah korban tampak dihukum dengan cara push up di hadapan seniornya.

Di sana bahkan ada guru yang menyaksikan kejadian tersebut namun diam saja.

Sejumlah 14 siswa SMP di Cianjur jadi korban kekerasan seniornya.
Sejumlah 14 siswa SMP di Cianjur jadi korban kekerasan seniornya.

Lantas, bagaimana tindakan pihak berwenang setelah video kekerasan ini viral?

Satreskrim Polres Cianjur menangkap pelaku kekerasan terhadap sejumlah siswa SMP di Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.

Baca juga: AWALNYA Bercanda hingga Seret Nama Pejabat, Kronologi Kekerasan Viral Antar Siswa SMA 1 Tasikmalaya

Hal itu diungkapkan Kasat Reskrim Polres Cianjur AKP Tono Listianto kepada wartawan di Mapolres Cianjur.

"Terduga pelaku sudah diamankan dan saat ini tengah dimintai sejumlah keterangan serta pemeriksaan petugas," kata Tono, Jumat (21/7/2023).

Selain terduga pelaku, kata dia, sejumlah korban pun saat ini tengah dimintai keterangan atas video yang beredar di media sosial.

"Selengkapnya nanti kami gelar rilis setelah pemeriksaan selesai," ucapnya.

Satreskrim Polres Cianjur menangkap pelaku kekerasan terhadap siswa SMP di Cianjur.
Satreskrim Polres Cianjur menangkap pelaku kekerasan terhadap sejumlah siswa SMP di Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah siswa SMP di Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, menjadi korban kekerasan dari seniornya.

Akibatnya, korban mengalami cedera di bagian tubuhnya.

Aksi tindak kekerasan tersebut pun sempat terekam kamera telepon seluler dan video itu saat ini viral di sejumlah media sosial.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian tersebut berawal ketika sejumlah korban terlambat untuk mengikuti kegiatan di sekolah.

Dalam rekam video yang beredar, sejumlah korban tampak dihukum dengan cara push up di hadap tiga orang, yakni dua siswa SMA dan seorang guru.

Baca juga: PLAK! Diduga Ditampar Guru, Siswi SMP di Nunukan Mogok Sekolah, Keluarga Tuntut Pelaku Dimutasi

Dalam video berdurasi sekitar 30 detik tersebut, seorang berpakaian seragam SMA menendang salah satu korban.

David (40), keluarga korban, mengungkapkan, ada 14 orang siswa yang menjadi korban kekerasan dari seorang senior yang diketahui merupakan anggota OSIS.

"Para korban tersebut dihukum karena telat masuk sekolah dan apel kegiatan sehingga di-push up, sambil dijemur di hadapan seorang guru," ucapnya.

Kasus Lainnya

Seorang siswi SMP Negeri di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara diduga ditampar oleh gurunya sendiri.

Imbas penganiayaan tersebut, sang siswa mengalami luka lebam pada wajahnya.

Siswi itu bahkan mogok sekolah hingga membuat orangtuanya murka.

Orangtua siswa itu kini menuntut agar oknum guru pemukul anaknya dimutasi.

Seperti apa kisah lengkapnya?

Siswi SMP di Nunukan diduga ditampar gurunya
Siswi SMP di Nunukan diduga ditampar gurunya (Go Bekasi)

Seorang pelajar putri di salah satu SMP Negeri di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara mogok sekolah setelah mengaku telah ditampar oleh salah satu gurunya.

Penamparan ini membuat orangtua siswi tersebut keberatan sehingga meminta agar guru dimaksud dipindahtugaskan atau dimutasi ke sekolah lain.

Baca juga: ASTAGHFIRULLAH Dipicu soal Rental Mobil, Guru di Karawang Buta Usai Disiram Air Keras, RS Tolak BPJS

‘’Kejadiannya 21 Juni 2023, di sekolah anak saya. Waktu pulang, anak saya memang tidak mau cerita, tapi melihat pipinya merah dan naluri seorang ibu, saya minta dia cerita, dan akhirnya dia menjawab habis ditampar guru IPS,’’ujar Maslina, yang merupakan ibu dari pelajar dimaksud, dihubungi Sabtu (8/7/2023).

Maslina mengaku meminta anaknya menceritakan kejadian tersebut secara detail, hanya saja si anak menolak menjawab dan memilih menghindar.

Maslina juga mengatakan, anaknya tidak pernah neko-neko atau berbuat yang tidak-tidak sampai bereaksi berlebihan seperti saat ia memintanya untuk menceritakan sebab musabab dugaan penamparan tersebut terjadi.

‘’Anak saya tidak mau cerita, tapi dia bilang ditampar gurunya. Sampai lebam juga kondisi wajahnya waktu itu. Itulah yang membuat saya tidak terima,’’tegasnya.

Maslina kemudian meminta pihak sekolah menjelaskan duduk perkaranya dan menyatakan keberatannya atas apa yang menimpa anaknya.

Siswi yang diduga ditampar gurunya memilih mogok sekolah
Siswi yang diduga ditampar gurunya memilih mogok sekolah (Victory News)

Akhirnya. pada 23 Juni 2023, pihak sekolah datang ke rumahnya di Desa Bukit Harapan RT 03, Kecamatan Sebatik Tengah, untuk mediasi.

Saat itu, kepala sekolah tempat anaknya belajar, membawa serta Kepala UPTD Sebatik Tengah, Pengawas tingkat SMP, dan Sekretaris PGRI Sebatik Tengah, tanpa menghadirkan guru yang memukul anaknya.

‘’Saya tidak mau damai sebelum guru yang pukul anak saya dipindah. Anak saya tidak mau masuk sekolah selama ada guru yang pukul dia,’’kata Maslina.

Maslina juga mengatakan, kasus ini baru mencuat ke permukaan saat ini, karena sebelumnya ia berharap tuntutan mutasi bagi oknum guru pemukul anaknya dikabulkan.

Akan tetapi, sudah cukup lama ia bersabar, ia menilai belum ada tindakan bagi guru dimaksud.

Baca juga: MIRIS Siswa Kelas 2 SD di Cikampek Dibully Teman, Guru & Kepsek Karena Beda Agama, Korban Dipukuli

‘’Kalau guru itu tidak dipindah, tidak mau betul anak saya sekolah,’’tegasnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Sebatik Tengah, Usman, membenarkan proses mediasi antara pihak sekolah dan keluarga pelajar yang diduga menjadi korban pemukulan oknum guru IPS bernama Y, mengalami kebuntuan.

Pihak keluarga tidak mau penyelesaian secara kekeluargaan, kecuali oknum guru dimaksud, dipindah ke sekolah lain.

‘’Kita sudah mediasi, tapi pihak keluarga tidak menerima itu,’’jawabnya, melalui sambungan telepon.

Usman menegaskan, kasus ini sedang tahap investigasi dan klarifikasi.

Langkah tersebut dimaksudkan agar perkaranya terang benderang dan tindak lanjut yang diambil menjadi solusi terbaik.

Pihak UPTD harus memperjelas permasalahan dari kedua belah pihak. Apa yang melatarbelakangi tindak pemukulan dan dampak psikologi terhadap anak dan sejauh mana, termasuk apa jenis sanksi yang diberikan terhadap Y dan bagaimana menindaklanjuti persoalan anak yang dikatakan mogok sekolah pascaperistiwa tersebut.

Orangtua siswi tak terima anaknya ditampar, minta oknum guru tersebut dimutasi.
Orangtua siswi tak terima anaknya ditampar, minta oknum guru tersebut dimutasi. (Instagram suryamalang)

‘’Permintaan mutasi sebenarnya sudah diakomodir. Cuma butuh proses. Pemberian teguran ada aturan yang harus dijalankan, jangan langsung tanpa tahu sejauh mana kesalahan.

Sehingga, ketika nanti jalan ceritanya tidak sesuai yang diceritakan orang, setelah itu diberikan hukuman tidak setimpal kan malah tidak etis,’’jelasnya.

Bagaimanapun, kasus ini harus ditinjau dan dirapatkan dengan banyak pihak, karena tuntutan mutasi pihak keluarga korban akan berdampak pada kinerja Dinas Pendidikan dan juga kekurangan guru pada sekolah dimaksud.

‘’Masih investigasi, masih proses, belum ada keputusan yang mengarah jenis hukuman. Begitu juga terkait masalah si anak tidak mau sekolah, kita perlu tahu motivasinya apa. Apakah takut dipukul atau karena hal lain. Kita masih akan perjelas semua,’’kata Usman.

.rtikel ini diolah dari TribunJabar.id dan Kompas.com 

Sumber: Tribun Jabar
Tags:
penganiayaanCianjursiswa SMPkasus kekerasan terhadap anakberita viral hari ini
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved