Selamat Hari Puisi Nasional! Mengapa Diperingati Setiap 28 April? Ini Sejarah Lengkapnya
Mengenang sosok Chairil Anwar, simak sejarah lengkap Hari Puisi nasional yang diperingati setiap 28 April.
Penulis: Amirul Muttaqin
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
Ia tak ingin bersifat sentimentil dan merendahkan diri secara berlebihan dalam menghadapi setiap persoalan.
Chairil ingin menjadi manusia wajar, merdeka mengeluarkan pendapat sendiri dan duduk sama rendah dengan sesama manusia di dunia ini.
Baca juga: Mengenang Umbu Landu Paranggi Lewat Barisan Sajaknya, Ini 5 Puisi Karya Sang Presiden Malioboro
Baca juga: 5 Puisi tentang Ibu Karya Penyair Terkenal Indonesia, dari Chairil Anwar hingga Joko Pinurbo
Bagi bangsa Indonesia, nama Chairil Anwar bukanlah suatu nama yang asing, terutama bagi sastrawan-sastrawan, guru-guru, pelajar maupun mahasiswa.
Hal itu karena Chairil telah berhasil mengadakan pembaharuan dalam kesusasteraan terutama dalam puisi, sesudah Pujangga Baru.
Pembaharuan itu meliputi penggunaan bahasa, pandangan hidup, dan sikap hidup.
Chairil telah mempelopori lahirlah satu angkatan kesusasteraan baru yang disebut Angkatan 45.
Secara garis besar, ciri-ciri angkatan 45 adalah penghematan bahasa, kebebasan pribadi, individualisme, berpikir lebih kritis dan dinamis.
Dia membawa aliran baru yang disebut ekspresionisme, suatu aliran seni yang menghendaki kedekatan pada sumber asal pikiran dan keinsyafan.
Chairil mendapat pengaruh dari penyair-penyair Belanda angkatan sesudah Perang Dunia I seperti Marsman, Du Perron dan Ter Braak.
Gagasan-gagasannya mengenai penciptaan dan sikap hidup masih terus merupakan inspirasi, juga bagi generasi-generasi penerusnya.
Mengutip Harian Kompas, 28 April 1995, sajaknya yang berjudul "Aku" melukiskan jiwa Chairil serta pribadi dan cita-citanya.
Menurut guru besar Fakultas Sastra Unpad, J.S. Badudu, sifat individualisme Chairil tampak benar dalam puisinya itu, seolah-olah dirinyalah yang menjadi ukuran masyarakat dan dunia luar.
Karya Chairil Anwar yang sangat terkenal adalah sajak berjudul "Aku". Berikut sajaknya:
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
Atas jasa-jasanya sebagai pelopor Angkatan 45, Pemerintah Republik Indonesia memberikan suatu Anugerah Seni kepada Chairil Anwar, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Agustus 1969, No. 071I1969.
Anugerah Seni tersebut diterimakan kepada puteri Chairil satu-satunya yaitu Evawani Alissa.
Kemudian hari wafatnya Chairil Anwar ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional.
(Tribunstyle/ Amr)
Sebagian artikel telah tayang di KOMPAS.com