Curhat Bima Arya Soal Sedihnya Dirawat 22 Hari Lantaran Positif Covid-19, Ungkap Gejala yang Dialami
Beberkan betapa tak enaknya berada di rumah sakit lantaran Covid-19, Bima Arya wanti-wanti masyarakat yang tetap nekat bepergian tanpa alasan kuat.
Penulis: Triroessita Intan
Editor: vega dhini lestari
Ia menjelaskan dia bukan termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG) ketika itu.

Gejala yang Dialami Bima Arya
"Sebetulnya bukan tanpa gejala, ada gejala tapi ringan."
"Gejalanya mungkin yang pernah merasakan demam berdarah agak mirip seperti itu."
"Mual, lemas, kehilangan nafsu makan, sedikit batuk tapi nggak demam. Alhamdulillah tidak sesak napas," urainya menggambarkan kondisinya ketika itu.
Dalam video berdurasi 18 menit 52 detik ini, Bima menjelaskan kondisinya selama di rumah sakit.
Perjuangan di rumah sakit
"22 hari harus diuji kesabaran seperti itu. Mulai hari pertama hingga 22 hari selanjutnya, saya diuji dengan sesuatu yang luar biasa, bagi saya ini tidak terlupakan," ucapnya.
Bima Arya mengaku selama di ruang isolasi merasakan berbagai keterbatasan.
"Saya berada di ruangan berukuran 3x7 meter, hanya ada satu tempat tidur dan satu rak di sebelah saya. Kemudian ada kursi dan meja, meja untuk saya makan dan untuk saya menulis, hanya seorang diri."
"Dan hanya berinteraksi dengan dokter visit 1 kali sehari pada jam 8 atau 9 pagi. Kemudian ada suster secara rutin, mungkin datang 5 kali sehari untuk mengecek tensi darah, kemudian saturasi, tekanan darah untuk memastikan perkembangan saya."
"Dua hari sekali di ambil cek sampel darah. Dan sesekali menikmati cahaya matahari yang menerobos dari jendela rumah sakit," ucapnya menceritakan.
Kini Bima bahagia bisa bersama keluarganya di rumah meski tak bisa berinteraksi dengan orang rumah.
Bima sudah berada di kediamannya sejak Sabtu (11/4/2020).
Bima hanya bisa mendengarkan suara keluarganya dari luar kamar.
(TribunStyle.com / Triroessita Intan)
• Dokter di Spanyol Laporkan Gejala Baru Virus Corona, Jari Kaki Memar Membiru, Ini Foto-fotonya
• Update Virus Corona Nasional 16 April 2020, Bertambah 380 Kasus di 24 Provinsi, Total 5.516 Kasus