Berita Viral
Modus Love Scam Mencuri Kepercayaan, Usia 25 Tahun ke Atas Jadi Sasaran Baru
Modus love scam makin marak dan menarget usia 25 tahun ke atas, sehingga penting bagi masyarakat untuk selalu waspada di dunia maya.
Editor: Tim TribunStyle
Modus love scam makin marak dan menarget usia 25 tahun ke atas, sehingga penting bagi masyarakat untuk selalu waspada di dunia maya.
TRIBUNSTYLE.COM - Penipuan berkedok asmara, yang dikenal dengan istilah love scamming, kini semakin marak terjadi di Indonesia. Modus ini sering kali menyasar para wanita dewasa yang dianggap matang, baik dari segi usia maupun kondisi finansial, sehingga mereka menjadi target empuk bagi pelaku.
Para korban umumnya dijanjikan hubungan asmara yang romantis dan penuh perhatian, namun pada akhirnya justru mengalami kerugian besar, baik secara materi maupun emosional.
Sayangnya, framing selama ini dalam masyarakat sering kali menyudutkan perempuan sebagai pihak yang “ceroboh” atau “mudah tertipu”.
Pandangan ini membuat banyak korban memilih untuk diam, meskipun mereka telah kehilangan uang dalam jumlah besar, bahkan hingga mencapai miliaran rupiah, akibat cinta palsu yang dibangun oleh para pelaku.
Sikap diam ini juga memperkuat stigma sosial, sehingga korban enggan melapor atau berbagi pengalaman untuk mencegah kasus serupa.
Menurut Helinsa Kaban, pendiri Komunitas Safe Dating Apps, kejahatan love scamming memang menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Jangan Asal Balas Pesan, 7 Modus Penipuan WhatsApp Ini Bisa Curi Datamu
Ia menekankan bahwa pelaku semakin kreatif dalam merancang skema penipuan, mulai dari pendekatan emosional, manipulasi psikologis, hingga pemanfaatan platform digital dan aplikasi kencan online.
Helinsa juga menyoroti pentingnya edukasi dan kewaspadaan bagi para pengguna aplikasi kencan, terutama bagi mereka yang baru menjalin hubungan di dunia maya.
"Banyak korban kurang nyaman untuk melaporkan kasusnya karena kesan yang terbangun bahwa mereka itu bodoh sekali kenapa bisa sampai tertipu," kata Helinsa saat berbincang dengan TribunJakarta.com di awal November 2025.
Pola Love Scamming
Helinsa menjelaskan, pola love scamming ini dimulai dari interaksi di aplikasi kencan daring.
Pelaku biasanya menargetkan korban berusia 25–40 tahun yang dinilai sudah mapan secara finansial.
“Mereka membangun kedekatan dulu, biasanya lewat obrolan malam hari di atas jam 10. Setelah bonding terbentuk, barulah modus dijalankan,” ujar Helinsa.
Sepekan Jadi Penentu
Helinsa menjelaskan, biasanya pelaku menargetkan waktu dua pekan sampai satu bulan untuk memastikan korban termakan cinta palsunya.
"Jadi kalau dari awal si scammer sudah merasa bahwa ini orang tidak bisa dimanipulasi, mereka akan unmatch atau mereka akan ghosting orang itu secepatnya dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Ini pola yang biasanya terjadi," ujar Helinsa.
Lisboa dan Makau
Menurut Helinsa, pelaku akan berperan sebagai sosok profesional dan hangat.
Helinsa menyebut salah satu modus yang kerap digunakan dikenal dengan istilah “Lisboa dan Makau”, di mana pelaku yang mengaku bekerja di bidang IT berpura-pura menjalin hubungan romantis secara daring untuk memancing korban melakukan transaksi keuangan.
Setelah hubungan daring berjalan satu hingga dua minggu, pelaku akan mengaku mendapat penugasan ke luar negeri seperti ke Lisboa atau Makau untuk mengelola situs judi online.
Di situlah perangkap mulai dimainkan pelaku.
“Mereka akan bilang menemukan error atau glitch di sistem kasino online. Dari situ korban diminta ikut masuk ke sistem dengan cara mengklik tautan dan melakukan deposit,” jelasnya.
Pelaku meyakinkan korban bahwa dana tersebut aman karena akan dikelola oleh “orang dalam” alias ordal.
Namun, setelah korban mentransfer uang dananya tidak bisa ditarik kembali.
“Skenarionya template, polanya sama semua. Bahkan ada yang rugi sampai lebih dari Rp600 juta,” ungkapnya.
Sindikat Terorganisir
Helinsa menyebut, kasus love scam jenis ini bukan aksi individu, melainkan sindikat yang sangat terorganisir.
Dari hasil pelacakan blockchain terhadap transaksi kripto korban, sebagian besar dana dilacak mengalir ke Kamboja.
“Ini bukan sekadar orang pakai foto palsu di dating apps. Mereka punya sistem dan peran masing-masing, sangat rapi,” tegasnya.
Mengapa Korban Mudah Terjebak
Helinsa kemudian menjelaskan mengapa banyak wanita menjadi korbannya. Ia menyebut faktor emosional menjadi kunci keberhasilan modus ini.
Korban umumnya mengalami kesepian, tekanan sosial karena usia, atau harapan untuk segera menikah.
Baca juga: Jangan Asal Angkat Telepon, Begini Modus Hacker Curi Akun WhatsApp Korbannya
“Korban sering merasa akhirnya ada yang perhatian, memahami mereka, padahal itu manipulasi emosional,” jelas Helinsa.
Selain itu, persepsi negatif masyarakat terhadap korban penipuan membuat banyak dari mereka enggan melapor.
“Mereka takut dianggap bodoh. Padahal sebagian besar berpendidikan tinggi dan punya karier bagus,” tambahnya.
Edukasi Jadi Kunci Pencegahan
Helinsa melalui komunitas Safe Dating Apps terus melakukan edukasi agar masyarakat lebih waspada terhadap berbagai modus love scam.
Komunitas yang didirikannya ini kini memiliki sekitar 500 anggota aktif yang berisikan para korban.
"Dan grup whatsapp kita juga hanya untuk perempuan, untuk meminimalisasi risiko yang tidak diinginkan," ujarnya.
Ia berharap lembaga seperti Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) bisa lebih menyentuh masyarakat langsung.
Sebab, selama ini, laporan yang dilayangkan para korban kepada penegak hukum hanya sekadar formalitas dan tak banyak yang sampai pelakunya ditangkap.
“Edukasi IASC selama ini masih bersifat antar-lembaga. Padahal masyarakat perlu informasi praktis supaya tidak jadi korban berikutnya,” tuturnya.
( TribunJakarta.com | Elga Hikari Putra | TribunStyle.com | Noval Dwi Widya )
| Pelaku Ledakan SMAN 72 dengan Luka Kepala Berat Tetap Tenang, Tatapannya Tajam di TKP |
|
|---|
| Terungkap Gerak-Gerik Pelaku Ledakan SMAN 72, Tas Merah, Senjata Mainan, dan Melepas Seragam |
|
|---|
| Tanda Akun WhatsApp Disadap & Langkah Cepat yang Harus Kamu Lakukan |
|
|---|
| Catatan Pribadi Pelaku Ledakan SMAN 72: Gambaran Rasa Tertindas dan Dendam dalam Buku Harian |
|
|---|
| Terekam Pelaku Ledakan SMAN 72 Tulis Pesan Harap di Kertas Berdarah Sebelum Bom Meledak |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/style/foto/bank/originals/Modus-love-scam.jpg)