TRIBUNSTYLE.COM - Bisakah para penyintas Covid-19 langsung mendapatkan suntikan vaksinasi tanpa harus menunggu 3 bulan setelah sembuh?
Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia pasti pernah mendengar bahwa orang yang sudah terpapar Covid-19 tidak boleh langsung mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Bahkan, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menegaskan, pasien yang terinfeksi Covid-19 masih harus tetap menunggu selama 3 bulan setelah sembuh untuk bisa divaksin.
Baca juga: Fakta Susu Beruang & Covid-19, Ahli Tegaskan Bukan Obat Corona, Boleh Diminum Setelah Vaksin?
Baca juga: Cara Mengunduh Sertifikat Vaksinasi Covid-19 Melalui Laman PeduliLindungi, Bisa via Web dan HP
Tak hanya itu, para penyintas Covid-19 juga harus menunggu selama 3 bulan meski sudah mendapat vaksin dosis pertama.
Kendati demikian, baru-baru ini beredar kabar bahwa penyintas Covid-19 tidak perlu menunggu selama 3 bulan untuk mendapatkan vaksinasi.
Lantas, benarkah hal tersebut?
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa penyintas Covid-19 harus segera mendapat vaksin Covid-19 tanpa menunggu 3 bulan.
Dicky mengatakan, vaksin Covid-19 segera didapatkan untuk mencegah reinfeksi Covid-19 atau terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya tapi dengan varian yang berbeda.
"Vaksin dapat memberikan antibodi yang lebih tinggi dan memberikan proteksi terhadap Covid-19," ungkap Dicky, Rabu (14/7/2021), dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, vaksin juga memberi perlindungan pada level tertentu terhadap varian Delta yang saat ini disebut sangat menular di dunia.
"Vaksin tertentu (seperti vaksin Sinovac) juga memberikan perlindungan terhadap delta variant, meski tidak sebagus (vaksin) mRNA. Ini lebih bagus daripada (antibodi) para penyintas," tambahnya.
Untuk itu, Dicky meyakinkan bahwa tidak ada alasan agar para penyintas Covid-19 mendapat vaksinasi.
"Para penyintas (Covid-19) tidak perlu menunggu 2-3 bulan. Langsung divaksinasi saja, tidak ada masalah," ungkapnya.
Dicky juga menyampaikan, riset yang ada saat ini membuktikan bahwa penyintas Covid-19 akan tetap aman untuk divaksinasi setelah 2 minggu.
Sebuah studi terhadap vaksin mRNA bahkan memperlihatkan bahwa penyintas yang segera diberi vaksin memiliki peningkatan antibodi hingga 10 kali lipat daripada antibodi yang didapat dari terinfeksi saja.
Dicky memberi contoh ada dua penyintas Covid-19.
Penyintas pertama menunggu vaksin hingga 2-3 bulan, tampak bahwa antibodinya tidak tinggi.
Sementara, penyintas kedua yang segera diberikan vaksin usai sembuh, mengalami peningkatan antibodi sampai 10 kali lipat dibanding penyintas yang belum divaksin.
Terlepas dari iu, berdasarkan Surat Edaran No. HK.02.02/I/368/2021 yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan pada 11 Februari 2021, penyintas Covid-19 diizinkan divaksin setelah 3 bulan sembuh.
Namun, semuanya kembali lagi kepada keputusan para penyintas Covid-19 untuk mendapatkan vaksinasi sesegera mungkin atau harus menunggu selama 3 bulan.
Mitos dan Fakta Seputar Vaksinasi Covid-19
Di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang masih terus bertambah, pemerintah menggenjot vaksinasi untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah menargetkan setidaknya 1 juta dosis vaksin setiap harinya bagi masyarakat.
Namun, ternyata masih ada masyarakat yang memilih untuk tidak divaksin karena berbagai alasan.
Baca juga: Cara Download Sertifikat Vaksinasi Covid-19 Format Terbaru, Bisa Diunduh Melalui Smartphone
Baca juga: BERUNTUNG Dapat Bantuan Pemerintah Jepang, Indonesia Kedatangan 998 Ribu Dosis Vaksin AstraZeneca
Selain itu, banyak juga informasi tidak benar yang beredar di masyarakat terkait vaksinasi Covid-19.
Berikut adalah mitos dan fakta yang beredar di masyarakat terkait vaksinasi Covid-19:
Mitos vaksin menyebabkan infeksi Covid-19
Banyak mitos beredar bahwa pemberian vaksin bisa menyebabkan infeksi Covid-19 pada orang yang mulanya sehat.
Mitos ini juga menyertakan alasannya, dimana vaksin Covid-19 mengandung virus yang justru disuntikkan kedalam tubuh.
Ternyata, mitos ini tidak benar dan salah kaprah.
Faktanya, vaksin mRNA Covid-19 tidak mengandung virus hidup dan tidak berisiko menyebabkan infeksi Covid-19.
Hayley Gans, MD, doter penyakit menular pedoatrik dari Stanford menjelaskan bahwa mitos vaksin akan membuat infeksi baru tidak benar.
"Cara kerja vaksin adalah dengan memaparkan tubuh pada protein yang ada di permukaan virus, tetapi virus lainnya tidak hadir. Oleh sebab itu Anda tidak terinfeksi virus atau berubah menjadi positif setelah mendapatkan vaksin." ujarnya.
Mitos penyintas Covid-19 tidak perlu vaksin
Orang yang sudah sembuh dari Covid-19 memang memiliki antibodi dalam tubuhnya, karena sistem imun sudah mengenali virus ini.
Namun bukan berarti dirinya tidak perlu mendapatkan vaksin lagi.
Dilansir dari CDC, antibodi yang terbentuk dari infeksi Covid-19 hanya bertahan selama 3-4 bulan saja.
Sementara itu antibodi yang dibentuk dari hasil vaksinasi Covid-19 bisa bertahan hingga 1 tahun untuk menghalau beberapa varian virus sekaligus.
Maka dari itu, penyintas Covid-19 tetap memerlukan vaksinasi.
Namun, penyintas Covid-19 harus menunggu setidaknya tiga bulan setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Selain itu, perlu dilakukan observasi dan konsultasi dengan dokter sebelum mendapatkan dosis vaksin.
Mitos vaksin Covid-19 mengubah DNA manusia
Faktanya, vaksin mRNA memang diproduksi menggunakan teknologi genetik, namun hal ini tidak akan mempengaruhi atau mengubah DNA manusia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menjelaskan, mRNA dalam vaksin akan mengajarkan sel kita cara membuat protein yang memicu respons imun.
Adapun mRNA dari vaksin Covid-19 sendiri tidak pernah memasuki inti sel, dimana DNA kita disimpan.
Maka dari itu, mRNA tidak dapat mempengaruhi maupun berinteraksi dengan DNA dengan cara apapun.
(GridHealth/Nikita Yulia/TribunStyle.com/Anggie)
Artikel ini telah tayang di GridHealth berjudul Tak Perlu Menunggu 3 Bulan, Penyintas Covid-19 Bisa Langsung Dapat Vaksinasi setelah Sembuh, Benarkah?