TRIBUNSTYLE.COM - Ibu hamil hingga anak usia bayi juga termasuk dalam deretan orang yang rentan terkena virus corona.
Seperti yang baru-baru ini terjadi pada seorang bayi di Pamekasan, Jawa Timur.
Bayi berusia 40 hari di Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, dikabarkan terjangkit virus corona atau Covid-19.
Meski sempat mendapatkan perawatan medis di RSUD Smart Pamekasan, namun nyawa bayi tersebut tak berhasil diselamatkan.
Ketua Satgas Penanganan Pasien Covid-19 RSUD Smart Pamekasan Syaiful Hidayat mengatakan, bayi tersebut saat dilahirkan dalam kondisi sehat.
Begitu juga dengan orangtuanya.
• TERJAWAB Misteri Penyebaran Corona, Tak Akan Terjadi Seandainya China Tak Lakukan Kecerobohan Ini
• UPDATE Corona Dunia Selasa 23 Juni 2020: Total 9,1 Juta, 4,9 Juta Sembuh, AS 31 Ribu Kasus Baru
Namun setelah dibawa pulang, diketahui banyak warga yang menjenguk dan menggendongnya.
Tak beberapa waktu kemudian, bayi tersebut mengalami keluhan seperti demam, batuk dan sesak napas.
Karena mengalami gejala itu, oleh orangtuanya lalu dilakukan pemeriksaan di RSUD Smart Pamekasan pada 9 Juni 2020.
Karena gejalanya mengarah kepada Covid-19, oleh tim medis RSUD, bayi tersebut langsung dilakukan perawatan di ruang isolasi.
Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, bayi tersebut dinyatakan positif virus corona pada usia 28 hari.
"Kalau kedua orangtuanya negatif setelah dilakukan rapid test.
• KABAR BAIK, Dokter Top Italia Sebut Virus Corona Sudah Melemah, Mungkin Bisa Hilang Tanpa Vaksin
Bayinya yang positif karena terserang melalui warga yang menjenguk saat kelahiran," ujarnya.
Sementara hal sama juga disampaikan Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pamekasan, Sigit Priyono.
Menurutnya, dari hasil tracing yang dilakukan, bayi tersebut diduga tertular dari para penjenguk yang datang ke rumahnya.
Pasalnya, di kecamatan tempat tinggal korban diketahui banyak warga yang berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) dan positif corona, namun tetap beraktivitas.
Meski sempat mendapat perawatan medis di RSUD, namun bayi tersebut kondisinya diketahui terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada usia 40 hari.
"Kemarin jenazahnya sudah dimakamkan," terang Sigit Priyono dalam rilis yang disampaikan kepada Kompas.com.
Bayi PDP Corona Meninggal, Ibunda Pilu Putrinya Dimakamkan Masih Pakai Pempers & Terbungkus Plastik
Kejadian serupa juga sempat terjadi pada bayi asal Buton Tengah, Sulawesi Tenggara yang meninggal dunia setelah berstatus PDP virus corona.
La Nguna dan Hardiah, warga Desa Matara, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara berduka karena Sulfiah, bayinya yang berusia 3 bulan meninggal dunia.
Sang bayi meninggal dengan status PDP pada Kamis (9/4/2020) pukul 06.0 Wita.
Bayi yang berstatus PDP virus corona ini dibawa orangtuanya pada Rabu (8/4/2020) karena sesak napas.
Bayi tiga bulan tersebut memiliki gejala Covid-19 dan mengalami penurunan kesadaran karena pneumonia berat.
Sedangkan informasi dari keluarga, sepupu sang ibu baru pulang dari Kalimantan.
“Awalnya ditangani dengan baik, namun ada perawat yang lihat sepupu saya dari Kalimantan, mereka sudah curiga berlebihan,” ujar La Nguna.
• Satu Keluarga Positif Corona di Magetan Diam-diam Kabur ke Kallbar, Sudah Ditemukan Begini Nasibnya
• MENGAPA China Dituntut Banyak Negara? Ini Kecerobohan Besarnya Soal Corona Bikin Sedunia Menderita
Menurut La Nguna, saat kondisi anaknya semakin memburuk, ia sempat memohon agar ada yang menangni Sulfiah. Namun seorang perawat mengaatakan dokter tak mengizinkan masuk ke ruangan.
"Ada perawat bilang tidak berani masuk karena dokter tidak mengizinkan masuk ke sana,” ucap La Nguna.
Ia kemudian mendapatkan penjelasan jika anak ketiganya itu memiliki gejala Covid-19.
"Dari situ saya sudah putus asa dan kecewa, mereka tidak mau menangani anak saya,” tutur dia.
Dugaan Sulfiah terinfeksi virus corona dibantah oleh La Nguna.
Ia mengatakan kondisinya dan seluruh anggota keluarganya masih sehat.
Termasuk neneknya yang sudah berusia 80 tahun.
• TERSUDUT Fakta Mayat Bergelimpangan di Jalan, Presiden Ekuador Nangis & Akui Gagal Tangani Corona
< id="page2">Sang nenek masih sehat walaupun sempat menggendong Sulfiah yang sakit.
“Saya punya nenek masih ada, 80 tahun.
Waktu pertama anak saya sakit, nenek saya gendong cucu buyutnya, alhamdulillah sehat-sehat sampai sekarang," kata La Nguna.
La Nguna mengaku ia dan keluarganya sudah ikhlas dengan kematian anak ketiganya.
Namun ia menyesalkan jenazah anaknya dimakamkan dengan pakaian dan pampers yang masih digunakan.
“Meninggalnya Sulfiah, (saya) sudah ikhlas, hanya saya sesalkan (dia) dikuburkan masih dengan pakaiannya, dan masih menggunakan pampersnya. Saya masih kepikiran yang itu,” kata La Nguna, kepada Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
La Nguna mengaku dirnya sendiri yang mengurus jenazah anaknya dan membawa pulang untuk dimakamkan
Hingga Sulfiah dimakamkan, tidak ada tetangga yang datang karena orang sekitar rumahnya takut
“Perasaan saya masih terbayang-bayang, (Sulfiah) dibungkus plastik dan tidak dikasih mandi, saya tangani sendiri, saya merasa ada beban."
"Saya trauma dengan rumah sakit, saya kira mereka mau obati anak saya.
Menyesal saya pergi ke rumah sakit, mending di rumah di sini saja, “ kata La Nguna.
Perawat jaga jarak karena tak ada APD
Lihat Foto, Ilustrasi corona virus (Covid-19)(shutterstock)
Direktur RSUD Kabupaten Buteng, Karyadi, mengatakan bayi Sulfiah merupakan rujukan dari Puskesmas Mawasangka.
Bayi tiga bulan itu didiagnosis mengalami penurunan kesadaran karena pneumonia berat.
“Akhirnya dilakukan nasogatrik tube dengan memasukan selang melalui lubang hidung untuk pemberian cairan. Kemudian dipasang saturasi oksigen 50 persen,” kata Karyadi dalam konferensi persnya, Kamis (9/4/2020).
Dari gejala yang ditunjukkan Sulfiah, bayi 3 bulan tersebut ditetapkan sebagai PDP.
"Dokter menyatakan pasien masuk kategori PDP corona sesuai pedoman pencegahan pengendalian Covid-19 revisi ke-IV poin ketiga yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI,” kata Karyadi.
Dengan status PDP, tenaga medis yang akan berkontak langsung dengan pasien harus menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar yang dianjurkan Kemenkes.
Karena keterbatasan APD, pasien terpaksa harus dipantau dari jarak tertentu. Pihak rumah sakit juga telah menyampaikan kondisi pasien kepada pihak keluarga.
• SIMAK Niat Sholat Tarawih & Witir Selama Ramadhan 2020 Sendirian di Tengah Pandemi Virus Corona
Namun pihak keluarga meminta tetap dirawat setelah melihat kondisi pasien yang belum stabil dan masih tergantung dengan oksigen.
Karyadi menegaskan tidak ada pembiaran atau penanganan yang tidak intensif yang dilakukan oleh tenaga medis.
“Hanya karena APD kita yang tidak memenuhi standar, sehingga penanganan lanjutan setelah pasien dinyatakan PDP corona petugas medis memilih menjaga jarak dan tak mengambil risiko."
"SOP-nya itu kalau menangani PDP corona harus punya APD yang memenuhi standar sesuai petunjuk Kemenkes,” ucap Karyadi.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Gara-gara Digendong Penjenguk, Bayi Usia 40 Hari Tertular Corona dan Meninggal, PDP bayi 3 Bulan Meninggal, Orangtua Sedih Anaknya Dimakamkan Masih Gunakan Pampers dan Pakaian