Virus Corona

Update Virus Corona Dunia, Amerika Serikat Mencatat 1.509 Orang Meninggal Dunia dalam 24 Jam

Penulis: Anggie Irfansyah
Editor: Suli Hanna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona

TRIBUNSTYLE.COM - Pandemi Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia, Amerika Serikat melaporkan 1.509 kematian akibat virus corona dalam 24 jam terkakhir.

Amerika Serikat mencatat sebanyak 1.509 kematian dalam 24 jam terakhir akibat Covid-19 di wilayahnya. 

Hal ini diumumkan koleh Universitas Johns Hopkins pada Senin (13/4/2020) pukul 20.30 waktu setempat, atau Selasa (14/4/2020) pukul 07.30 WIB. 

Jumlah korban pada hari Senin setara dengan minggu yang mencapai 1.514 kasus meninggal dunia. 

Dilansir dari AFP, pada hari Selasa (14/4/2020), Covid-19 telah menyebabkan sekira 13.529 korban meninggal dunia di negeri Paman Sam ini. 

80 Ruang Pendingin Membludak, Nasib Jenazah Korban Corona di Amerika Terpaksa Ditempatkan di Parit

Bukti Covid-19 Bisa Dilawan, Dokter di Palembang Berhasil Sembuhkan Pasien Corona dengan 3 Resep Ini

Seorang petugas medis sedang membawa jenazah pasien corona di sebuah rumah sakit di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, untuk dipindahkan ke truk pendingin. (ANGELA WEISS / AFP)

Jumlah ini adalah jumlah kematian terbanyak dibandingkan dari negara manapun. 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Amerika Serikat diketahui memiliki 550.000 kasus virus corona.

Meski demikian, Gubernur New York pada Senin telah menyatakan bahwa “yang terburuk sudah berakhir” di negara bagian tersebut, ketika angka kematian mencapai 10.000. 

Selain itu, beberapa negara kini sudah mulai menyusun rencana untuk menggerakan perekonomian yang yang sempat berhenti akibat adanya Covid-19 ini. 

Presiden Donald Trump dalam tweet-nya menuliskan bahwa setiap kepurusan untuk mengakhiri penutupan ada di tangannya, walau lockdown yang ditetapkan di negara bagian adalah inisiatif gubernur. 

Sistem federal pemerintahan AS mendelegasikan kekuasaan kepada gubernur dari 50 negara bagian. 

Akan tetapi, presiden secara teori dapat menggunakan kekuasaanya untuk mengawasi strategi nasional yang terkoordinasi. 

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO juga mengimbau bahwa mencabut pembatasan pergerakan dan perjalanan terlalu cepat akan memicu terjadinya gelombang kedua Covid-19. 

Dr. Anthony Fauci, seorang pakar pademi senior mengatakan beberapa negara bagian bisa mulai mengurangi pembatasan bulan depan, akan tetapi harus sangat hati-hati. 

"Kami berharap akhir bulan ini kita dapat melihat-lihat dan berkata, oke, apakah ada bagian di sini yang kita dapat mulai lagi dengan aman dan berhati-hati?" lanjutnya.

"Jika ada, lakukanlah. Jika tidak, maka teruslah berdiam diri," ucap Fauci, dikutip dari AFP. 

Fauci mengatakan bahwa daerah-daerah akan siap pada waktu yang berbeda, ketika AS sudah memberikan ijin. 

UPDATE Corona Dunia 14 April 2020: Total 1.923.651, Kematian 119.595, Ada 443.886 yang Sembuh

UPDATE Corona Nasional 13 April, Tambah 316 Kasus Baru, 26 Pasien Meninggal, 21 Dinyatakan Sembuh

Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.(AFP/STR/CHINA OUT) (AFP/STR/CHINA OUT)

China Laporkan 108 Kasus Baru, Bukti Gelombang Kedua Akan Datang Hingga Vaksin Dibuat

China laporkan 108 kasus baru, bukti bahwa gelombang kedua datang dari luar dan akan terus ada sebelum vaksin dibuat.

Virus corona masih merajalela di berbagai belahan  dunia termasuk di Indonesia dan bahkan China yang menjadi negara pertama yang dilanda wabah.

Meski begitu, pada (8/4/2020) lalu kota Wuhan yang merasakan wabah kali pertama akhirnya mencabut kebijakan lockdown.

Kota tersebut diketahui telah lockdown selama 11 minggu.

Sebagai informasi, lockdown di Wuhan sudah dimulai pada awal Januari lalu.

Pada akhir Maret, kasus baru Covid-19 di China mulai melambat dan akhirnya China melonggarkan batasannya.

Namun, ketika larangan bepergian dicabut, China daratan telah merasakan peningkatan kasus Covid-19 terbaru.

Dilansir dari Worldofbuzz dari Reuters pada (13/4/2020), sebagian besar kasus baru ini adalah pasien baru yang pulang dari negara lain.

POPULER Deretan Kisah Kekejaman Kim Jong Un: Tembak Mati Pasien Virus Corona hingga Eksekusi Menteri

CURHAT Terakhir Pasien Corona Sebelum Meninggal Membuat Perawat Tercabik-cabik Hatinya, Ini Ucapnya

Penampangan pegunungan Huashan yang diserbu puluhan ribu wisatawan lokal setelah lockdown dilonggarkan pada (5/4/2020). (ISTIMEWA / @QiZHAI)

Laporan pada hari Minggu (12/4/2020) menyebutkan bahwa ada 108 kasus Covid-19 baru.

Dan hal ini menjadikan kasus terbesar setelah lima minggu sebelumnya hampir tak ada kasus baru, lapor Reuters.

Menurut Komisi Kesehatan Nasional China, 98 kasus ini adalah kasus impor baru dan ada juga kasus 61 pasien asimptomatik atau orang tanpa gejala baru.

Sampai sekarang, jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Cina daratan adalah 82.160 termasuk 77.663 sembuh dan 3.341 meninggal.

Ahli sebut warga China seharusnya bersiap dengan babak baru virus corona

Dilansir dari Worldofbuzz pada Senin (6/4/2020) lalu, salah satu pakar kesehatan dari China sebut virus corona masih mengintai negara itu.

Dalam waktu seperti ini ia bahkan menyebutkan bahwa babak baru virus corona sedang berlangsung di luar negeri.

Zeng Guang, kepala ahli epidemiologi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, bahkan mengatakan bahwa negara itu masih belum melihat kahir dari pandemi ini.

“China tidak mendekati akhir tetapi telah memasuki tahap baru."

"Dengan meluasnya epidemi (secara) global, China belum mencapai akhir dari virus corona.”

Ruben Onsu Tanggapi Dampak Pandemi Virus Corona di Bisnis Ayamnya: Terjun Bebas

Boris Johnson Sudah Pulih dari Virus Corona, PM Inggris Optimis Lawan Covid-19 Siap Bertempur

(TribunStyle.com/DhimasYanuar/Anggie)