TRIBUNSTYLE.COM - Beredar kabar tentang golongan darah A yang lebih rentan terkena virus corona sedangkan golongan darah O dinilai lebih kebal, berikut penjelasan ilmiahnya secara medis.
Wabah virus corona yang melanda penjuru dunia kian merebak.
Di Indonesia, virus corona telah menjangkit ratusan orang.
Beredar penelitian jika golongan darah juga mempengaruhi resiko dan kekebalan terhadap virus corona atau Covid-19 ini.
Sebuah studi di China mengatakan, orang dengan golongan darah O dinilai lebih kebal dari infeksi virus corona.
Sedangkan golongan darah A disebut-sebut lebih rentan dari virus Covid-19 ini.
• Cegah Virus Corona, 15 Makanan Ini Bisa Tingkatkan Sistem Imun Tubuh, Brokoli hingga Bawang Putih
• UPDATE Virus Corona - Jokowi Siapkan Rapid Test Virus Corona Massal di Indonesia, Pakai Cara Ini
Kekebalan imun dari seseorang dikaitkan dengan golongan darah.
Seperti diketahui golongan darah manusia terbagi menjadi 4 yaitu A, AB, B dan O.
Lantas bagaimana penelitian dari China yang dimaksudkan?
Berikut penjelasan medis mengapa golongan darah A termasuk yang paling rentan beresiko corona dan golongan darah O dinilai lebih kebal.
Dilansir dari South China Morning Post, peneliti medis di China telah mengambil pola golongan darah dari 2000 pasien yang terinfeksi virus di Kota Wuhan, China dan Shenzhen, kemudian mereka membandingkan dengan populasi setempat.
Dari pola golongan darah yang telah diteliti disebut sebagai penelitian awal.
Kemudian menurut studi yang telah dipublikasikan di Medrxiv.org membandingkan keempat golongan darah dari 2.173 kasus virus corona yang dikonfirmasi oleh Kota Wuhan dan Shenzhen dengan lebih dari 3694 penduduk dalam kondisi sehat di wilayah tersebut.
Sebanyak 31,16% penduduk Wuhan yang memiliki golongan darah A, 37,75% diantaranya pasien corona disurvei di Jinyintan Hospital, Wuhan, memiliki golongan darah yang sama.
Sampel kasus virus corona dari rumah sakit yang sama menunjukkan sebanyak 25,8% memiliki golongan darah O, angka ini dibandingkan dengan 33,84% populasi yang ada.
• POPULER Aksi Heroik dr Handoko Gunawan Total Selamatkan Pasien Corona Disorot Hotman Paris
Dari 206 pasien yang meninggal akibat virus corona ini 85 korbannya adalah orang dengan golongan darah A.
Hanya 52 korban yang memiliki golongan darah O.
Dari hasil tersebut, peneliti mengungkap jika golongan darah A menunjukkan tingkat infeksi lebih tinggi dan membuat gejala berkembang menjadi lebih parah.
Sedangkan penelitian Science Alert yang dikutip dari Kompas.com menejelaskan mengenai tingkat kekebalan dari golongan darah O.
Golongan darah ini memiliki resiko yang lebih kecil dibanding golongan darah A.
Menurut data yang telah disampaikan, populasi normal di Kota Wuhan terdiri dari 31% golongan darah A, kemudian 24% yaitu golongan darah B, 9% golongan darah AB dan yang terakhir 34% golongan darah O.
Dari kedua penelitian telah menyebutkan kemiripan dari hasil golongan darah yang lebih rentan terkena virus corona yaitu golongan darah A dan yang lebih kebal ialah golongan darah O.
Perlu pengujian kembali
Namun demikian, penelitian tersebut masih dikategorikan sebuah penelitian yang masih perlu diuji kembali.
Bukan berarti semua orang yang bergolongan darah A akan mudah terkena virus ini.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah peringatan untuk selalu memperkuat perlindungan diri dan kemungkinan infeksi.
Ini juga dapat membantu petugas medis untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat dan perawatan yang lebih intensif untuk orang-orang dengan golongan darah A.
Sedangkan golongan darah O juga tidak mutlak kebal dengan virus corona.
Pemilik golongan darah ini juga harus menjaga kesehatan dan imun tubuh agar tak mudah terkena penyakit yang disebabkan oleh virus corona.
(TribunStyle.com/TsaniaF)
• 5 Cara Mencegah Penularan Virus Corona yang Direkomendasikan Oleh WHO, Jangan Makan Daging Mentah!
• Dukung Kementerian Kesehatan, Alodokter Rilis Layanan Digital Untuk Cek Mandiri Risiko Covid-19
Corona Makin Mencemaskan, Anies Baswedan: Bukan Lagi dari Orang Asing, Tapi Sudah di Antara Kita
TRIBUNSTYLE.COM - Lonjakan angka korban meninggal maupun kasus terinfeksi baru virus corona membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan makin bekerja keras membendung masalah Covid-19.
Terlebih lagi, ancaman virus corona sudah bukan lagi dari luar negeri tapi sudah sangat dekat di kalangan masyarakat sendiri.
"Covid-19 itu sekarang ada di antara kita, tidak lagi menular dari orang asing ke penduduk Jakarta tapi sudah di antara penduduk Jakarta," warning Anies Baswedan kepada masyarakat DKI Jakarta melalui wawancara ILC tvOne dengan Karni Ilyas.
""Angkanya meningkat sangat signifikan karena itu bagi warga Jakarta, covid-19 bukan lagi berita tentang kejadian yang jauh," lanjut Anies.
Warning Anies Baswedan cukup mendasar. Persentase tingkat kematian akibat kasus Covid-19 di Indonesia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Malaysia.
Jika dibandingkan dengan negara asal penyebaran penyakit ini, yaitu China, Indonesia telah melewatinya.
Dikutip dari Kompas.com yang melansir data Coronavirus Covid-19 Global Case yang dikeluarkan Johns Hopkins University (JHU), persentase kematian akibat kasus virus corona atau Covid-19 di Indonesia mencapai 8,37 persen.
• Gegara Corona, Maia Estianty Ambil Sikap Tegas, Pisah dari Irwan Mussry & Ogah Sentuhan dengan Anak
• Pasien Positif Corona Asal Wonogiri Meninggal di RSUD Moewardi Solo, Ternyata Ikut Seminar di Bogor
Dari 227 kasus positif, 19 orang di antaranya meninggal dunia dan 11 lainnya sembuh.
Sebagai informasi, korban meninggal akibat Covid-19 ini lebih dari dua kali rata-rata dunia.
Hingga Kamis (19/3/2020) pukul 00.00 WIB, data JHU memperlihatkan bahwa ada 207.518 penderita Covid-19 di seluruh dunia.
Dari angka itu, ada 8.247 korban meninggal dunia. Angka ini setara 3,97 persen.
Adapun, tercatat ada 82.104 pasien yang sembuh. Jika dipersentasekan, angkanya mencapai hampir 40 persen.
Data di Asia Tenggara
Persentase kematian tertinggi di Asia Tenggara adalah Filipina (9,4 persen).
Dari 202 kasus, 19 orang dinyatakan meninggal dunia dan lima orang sembuh.
Selain kedua negara tersebut, ada enam negara lain di Asia Tenggara yang wilayahnya juga telah terjangkit Covid-19, yaitu Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura.
Di Thailand, tingkat kematian akibat penyakit ini hanya 0,4 persen. Dari 212 kasus positif, saat ini hanya menyisakan 169 kasus.
Sedangkan, 42 kasus lainnya telah dinyatakan sembuh dan satu orang meninggal dunia.
Persentase tak jauh berbeda ditunjukkan Malaysia (0,2 persen).
Dari 790 kasus, dua orang meninggal dunia dan 60 orang sembuh. Hingga kini masih ada 728 kasus, di mana tiga di antaranya merupakan warga negara Indonesia yang kini dalam kondisi stabil.
Sementara itu, empat negara lainnya belum melaporkan adanya kasus kematian. Vietnam dari 68 kasus, saat ini yang telah dinyatakan sembuh mencapai 16 kasus.
Sementara, Kamboja, dari 33 kasus yang kini telah sembuh baru 1 kasus.
Adapun Brunei Darussalam dari 68 kasus, hingga kini belum ada satu pun yang telah dinyatakan sembuh.
Di Singapura, dari 266 kasus, yang telah dinyatakan sembuh ada 114 kasus termasuk satu orang WNI. Sementara, yang masih menjalani perawatan ada 152 kasus, termasuk sepuluh orang WNI.
Dari sepuluh orang tersebut, tujuh di antaranya dalam kondisi stabil dan tiga lainnya menjalani penanganan khusus di ruang ICU.
Lantas, bagaimana dengan China?
Kendati jumlah penyebaran kasus di negara ini mencapai 81.102 kasus, namun tingkat kematiannya tercatat 3,99 persen (3.241 kasus).
Sedangkan, jumlah kasus yang sembuh telah mencapai 69.755 orang.
Adapun persentase tinggi masih ditunjukkan Italia (7,94 persen). Dari 31.506 kasus, ada 2.503 kasus yang meninggal dunia dan 2.941 kasus dinyatakan sembuh.
Sementara Iran, dari 16.169 kasus ada 988 kasus meninggal dunia (6,11 persen) dan 5.389 kasus sembuh.
Sedangkan Spanyol, dari 13.716 kasus, jumlah yang meninggal dunia mencapai 558 kasus (4,06 persen dan 1.081 kasus sembuh.
Secara keseluruhan, saat ini ada 203.529 kasus Covid-19 yang tersebar di 157 negara. Dari jumlah tersebut, total kasus meninggal dunia mencapai 8.205 kasus (4,03 persen) dan yang sembuh mencapai 82.107 kasus.
Artinya, presentase kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan kasus kematian global.
Tanggap darurat
Sejauh ini, pemerintah telah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Saat ini, Gugus Tugas telah menetapkan masa tanggap darurat penanganan kasus ini hingga 29 Mei 2020.
Adapun dari 227 kasus, tersebar di 13 provinsi. Jakarta menjadi provinsi tertinggi penyebaran kasus ini (77 kasus).
Wilayah berikutnya diikuti Jawa Barat (23 kasus), Jawa Tengah dan Jawa Timur masing-masing 8 kasus, Banten (9 kasus), dan Yogyakarta (2 kasus).
Sementara masing-masing satu kasus untuk Bali, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara.
Sejumlah daerah pun telah menetapkan kasus siaga dan tanggap darurat.
Daerah itu antara lain Kabupaten Kota Waringin Timur, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Lombok Tengah, Sumatera Utara, Kabupaten Bengkanyang, Kabupaten Kolaka Timur, dan Papua Barat.
Anies Baswedan: Ancaman Corona Sudah di Sekitar Kita Sendiri
Anies memberikan kabar terkini terkait jumlah pasien pemantauan Virus Corona yang meningkat drastis dalam rentan waktu sekitar dua minggu lebih lewat wawancara dengan ILC tvOne bersama Karni Ilyas, 17 Maret 2020.
"Saya berikan pada Bang Karni update-nya dulu hari ini jumlah orang yang dalam pemantauan ada 862 orang."
"Meningkat dari tanggal 29 Februari yaitu 115 jadi dari 115 menjadi 862," ujar Anies.
Lalu, pasien dalam pengawasan juga meningkat drastis dalam dua minggu lebih.
"Lalu pasien dalam pengawasan yang pada 29 Februari dari berjumlah 32 orang hari ini berjumlah 374 yang saat ini dirawat."
"Angkanya meningkat sangat signifikan karena itu bagi warga Jakarta, covid-19 bukan lagi berita tentang kejadian yang jauh," lanjut Anies.
Gubernur 50 tahun tersebut lantas memperingatkan kepada warganya bahwa Virus Corona itu benar-benar harus menjadi perhatian.
"Covid-19 itu sekarang ada di antara kita, tidak lagi menular dari orang asing ke penduduk Jakarta tapi sudah di antara penduduk Jakarta," peringatnya.
Anies kemudian, mengatakan bahwa persiapan Jakarta dalam menghadapi Virus Corona itu sudah sejak awal Januari.
"Kita memantau ini sejak bulan Januari pada tanggal 7 Januari kita sudah melakukan sosialisasi, waktu itu masih menyebutnya dengan nama pneunomia Wuhan."
"Dan menghimbau rumah sakit untuk menyiapkan APD (Alat Pelindung Diri)," ujar Anies.
Lalu, pada akhir Januari pihaknya mengatakan bahwa sudah memperingatkan rumah sakit untuk melakukan semua persiapan medis hingga klinis.
"Lalu tanggal 22 Januari dibuatkan edaran khusus pada semua rumah sakit untuk mengantisipasi bila ada pasien dengan tanda-tanda waktu itu namanya sudah berubah novel coronavirus 2019."
"Ini kejadian semua bulan Januari, ini semua yang saya istilahkan fase satu di mana kita menyiapkan di aspek medis, klinis, dilakukan tanpa diumumkan ke mana-mana," jelasnya.
Mantan Rektor Universitas Paramadina ini menegaskan bahwa dirinya sudah memperingatkan bawahannya di Pemerintah maupun masyarakat untuk memahami potensi Covid-19 terjadi di Jakarta.
"Tetapi memastikan jajaran medis baik pemerintah maupun non pemerintah memahami potensi masalah," tegas Anies.
Lihat videonya sejak menit awal:
Dokter Paru Ungkap Kondisi Memprihatinkan Tenaga Medis Sekarang
Anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Fariz Nurwidya mengungkap kondisi para tenaga medis saat ini karena Virus Corona.
dr. Fariz Nurwidya mengatakan, banyak dokter paru yang mulai dirumahkan atau diisolasi setelah kontak langsung dengan para pasien covid-19.
Selain Dokter Paru, banyak perawat juga mulai banyak yang diisolasi.
"Satu per satu Dokter Paru sudah mulai dirumahkan karena kontak dengan kasus confirm."
"Mereka kan yang menata laksana pasien, terus perawat juga sudah mulai," kata Fariz seperti dikutip TribunWow.com dari channel YouTube Realita TV pada Selasa (17/3/2020).
Sehingga, ia menilai situasi tenaga medis saat ini mulai tidak baik.
"Jadi beban pelayanan kesehatan terdepan, frontliner kita semakin menggila menurut saya," lanjutnya.
Kemudian, ia memberikan contoh ada rumah sakit yang ICUnya penuh oleh pasien Virus Corona.
Padahal, Virus Corona di Indonesia baru akan dimulai.
"Sebagai contoh ada masa di mana seluruh ICU itu sudah penuh pasien-pasien Covid-19 ini," ujar Fariz.
"Saat ini juga sudah?" tanya Presenter Rahma Sarita.
"Iya ventilator sudah tidak ada lagi," ungkap Fariz membenarkan.
Meski tidak tahu ke depan seperti apa, Fariz mengungkapkan saat ini tenaga medis memang mulai kewalahan.
"Kan ini kan belum masa puncak, ini kan baru mulai?" tanya Rahma lagi.
"Betul-betul, dan ternyaata kita sudah level kapasitas infrastruktur pelayanan kesehatan kita sudah terlampaui jumlah pasiennya."
"Jadi saya tidak bisa memproyeksikan beban ke depannya seperti apa," jelas Fariz.
Lalu, ia mengatakan bahwa banyak tenaga kesehatan yang sudah mulai stress menghadapi masalah ini.
Bahkan, pasien sudah banyak berkurang setelah menangani pasien Virus Corona sedangkan pasien terus bertambah.
"Tapi hari ini kita sudah mulai running out ventilator, tenaga kesehatan sudah burn out semua, sudah very stressful."
"Jumlah mereka semakin sedikit, pasien makin banyak," kata Fariz.
Saat ditanya apakah semua tenaga medis harus diisolasi setelah merawat pasien covid-19, Fariz justru menyinggung harusnya semua pihak bisa menghentikan akar permasalahan.
"Karena apinya dimunculkan terus, jadi kesulitan kita madamin apinya di rumah sakit."
"Solusinya adalah kembali ke akar, akarnya adalah jumlah transmisi virusnya harus dipotong," ungkapnya.
Menurutnya, seharusnya orang kini menjauh dan mengisolasi diri.
Ia mengkritik orang-orang yang masih berpergian jauh di tengah wabah.
"Sekarang kan lalu lintas itu sangat luar biasa, dikasih kesempatan lay off malah jadi mudik," kritikanya.
Padahal menurut Fariz, virus ini mudah menyebar lantaran orang yang terfinfeksi sering kali tanpa gejala.
Mereka bisa saja sudah terinfeksi namun tak sadar dan tetap beraktivitas seperti biasa sehingga menulakan ke orang lain.
"Trennya orang-orang yang terinfeksi itu kan sebetulnya 85 persen tidak memiliki gejala yang kita sebut asymptomatic."
"Jadi waktu mereka terinfeksi mereka tidak punya gejala dan mereka tidak sadar infeksius, apa yang bahaya dalam keadaan asymptomatic ini adalah waktu dia berkontak erat dengan bapaknya, atau ibunya atau tetangganya atau pamannya," jelas Fariz.
Lihat videonya sejak menit awal:
(TribunStyle.com/ Nafis )
Sebagian isi artikel mengutip :
- Tribunwow.com Di ILC Bahas Corona, Anies Baswedan Sempat 'Kebingungan' Ditegur Tim tvOne: Maaf
- Kompas.com Tetap Waspada, Pasien Covid-19 Meninggal di Indonesia Persentasenya Tinggi