TRIBUNSTYLE.COM - Shela Putri Sundawa, dokter dan podcaster masalah kesehatan jelaskan beberapa sebab hasil tes pasien terjangkit virus corona bisa negatif.
Melalui akun Twitter-nya, dr. Shela membagikan utas mengenai kenapa seseorang bisa terjangkit corona padahal hasil tes menyatakan negatif.
"Terjangkit Corona tapi hasil tesnya negatif? Mungkin aja. Why?
1. Kualitas sampel yg diambil kurang
2. Pengiriman sampel terlalu lama sehingga rusak
3. Waktu pengambilan sampel saat kadar virus masih sedikit
4. Alat pemeriksaan yang digunakan defek
5. Kadar virus di bawah batas kemampuan deteksi alat," tulis Shela.
dr. Shela menambahkan bahwa alasan-alasan itu kemudian membuat CDC Amerika Serikat memberikan kebijakan jika ada terduga COVID-19, maka diperlukan pemeriksaan dua kali dengan jarak lebih dari 24 jam.
"Karena alasan ini, kebijakan CDC Amerika jika ada terduga COVID-19 maka untuk menyingkirkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan 2 kali dengan jarak diantaranya >24 jam. Hal ini untuk mengurangi risiko false negative," tambahnya.
• WNI Positif Corona Justru Santai Main Tik Tok di Rumah Sakit, Terancam Sanksi Karena Tindakannya
• UPDATE 55 Negara Positif Virus Corona, Cek Apakah Indonesia Termasuk? Lihat Unggahan Jackie Chan
Ia juga menjelaskan pengertian dari istilah false negative, yaitu kondisi ketika hasil tes negatif padahal penyakitnya ada.
Manurutnya, hal tersebut biasa di ranah kedokteran lantaran tidak ada alat di dunia ini yang dapat mendeteksi penyakit hinggs 100 persen akurat.
"False negative itu apa? False negative atau negatif palsu adalah hasil tes yang negatif padahal sebenarnya penyakitnya ada. Ini biasa bgt di kedokteran karena tidak ada alat di dunia ini yg bisa mendeteksi penyakit dengan benar 100%," pungkas penyiar podcast Relatif Perspektif itu.
"Untuk bisa memprediksi kemampuan alat untuk memeriksa negatif&positifnya penyakit dlm suatu populasi,dlm penelitian ada tools yg kita pake untuk mengukur itu namanya Predictive Value. Sayangnya COVID-19 ini adalah penyakit baru yg alat tesnya juga baru shg kita blm punya datanya," tambahnya.
Shela menegaskan kembali bahwa di dalam dunia kedokteran, tidak ada hal yang bisa diyakini 100 persen.
Para dokter selalu menggunakan probabilitas.
Diagnosis penyakit pun selalu ada alternatifnya, yang biasa disebut sebagai diagnosis banding.
Jadi, bisa saja seseorang yang diduga terjangkit corona di awal, ternyata bukan.
Begitu pula dengan sebaliknya.
Berkaitan dengan apa yang ia unggah melalui akun Twitternya yang bernama @oxfara itu, dr Shela pun membuat disclaimer.
"Disclaimer: saya bukan orang yang paling kompeten terkait penyakit infeksi maupun virus Corona, semua yg saya paparkan sudah ada di jurnal ilmiah dan hanya saya bahasakan secara awam. Opini yang saya paparkan tidak mewakili pihak manapun," tulis Shela Putri Sundawa. (TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
• Awalnya Cuma Intip, Pemuda 17 Tahun Nekat Rekam Ibu Muda Mandi untuk Puaskan Birahi, Ada 15 Video
• Virus Corona Makin Meluas, WHO Tingkatkan Darurat Global Virus Corona ke Level Tertinggi
Virus Corona Makin Meluas, WHO Tingkatkan Darurat Global Virus Corona ke Level Tertinggi
World Health Organization (WHO) meningkatkan risiko global virus corona ke level tertinggi setelah virus corona makin mewabah di dunia.
Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) telah menaikkan status darurat global karena virus corona atau Covid-19 pada Jumat (28/02/2020) kemarin.
Kini, status darurat global karena virus corona ini naik hingga ke level tertinggi.
WHO menaikkan status darurat global hingga ke level paling tinggi setelah virus corona tersebut menjalar hingga ke Afrika sub Sahara dan menyebabkan pasar keuangan jatuh.
Selain itu, peningkatkan status ini dilakukan setelah semakin banyak negara yang melaporkan kasus virus corona dan jumlah kasusnya semakin meningkat.
"Jumlah kasusnya terus mengalami peningkatan. Makin banyak negara yang terjangkit virus Corona. Ini yang harus kita waspadai," ujar Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss, seperti dilansir AFP.
Meskipun status darurat global ini sudah berada di level tertinggi, Tendros mengatakan bahwa warga dunia masih memiliki kesempatan untuk menekan laju penyebaran virus corona tersebut.
"Kita masih punya kesempatan, kalau kita mampu mendeteksi kasus sejak dini, mengkarantina dan merawat pasien terinfeksi dengan baik, serta menelusuri siapa saja yang pernah kontak dengan pasien tersebut," jelas Tedros.
Diketahui, virus corona sudah menyebar ke seluruh benua di dunia kecuali benua Antartika.
Bahkan, dalam waktu 24 jam terakhir, infeksi virus corona sudah terjadi di sembilan negara baru, dari Azerbaijan, Meksiko hingga Selandia baru.
Akibat penyebarannya yang sangat cepat dan luas, virus corona ini membuat pemerintah di berbagai negara membatasi keluar masuknya turis dan warga negara asing.
Salah satunya adalah Swiss yang melarang segala bentuk aktivitas massal yang dihadiri minimal lebih dari 1.000 orang, hingga 15 Maret mendatang.
Menurut data yang dimuat dalam John Hopkins CSSE tentang penyebaran virus corona, hingga saat ini, virus corona diketahui sudah menewaskan setidaknya lebih dari 2.900 orang di seluruh dunia.
Selain itu, total infeksi virus corona bahkan mencapai angka 85,181 orang dan mayoritas berada di China, dimana virus corona ini muncul pertama kali pada akhir Desember lalu.
Kasus infeksi di negara China sendiri sudah mencapai 79.251 orang dan 2835 orang meninggal dunia dan sekitar 39.000 orang berhasil disembuhkan.
Negara lain yang menemukan kasus infeksi virus corona terbanyak selain China adalah Korea Selatan, Italy, dan Iran.
Di Korea Selatan, terdapat setidaknya 2.981 kasus infeksi virus corona, sedangnakan Italia 889 kasus dan Iran 388 kasus.
(TribunStyle.com/ang)
• Ambil Tisu Banyak & Usap Keringat Berkali-kali Saat Pidato, Menteri di Iran Ini Kena Virus Corona
• Peneliti Sebut Penyebaran Virus Corona Tak Berawal di Pasar Seafood Wuhan, Temukan Kesalahan Besar