Mereka tak mempedulikan rekomendasi pihak berwenang untuk tetap tinggal di rumah dan mengambil risiko tertular virus corona karena melakukan kontak dengan para dokter dan pasien.
"Jika disebut tak khawatir terinfeksi virus, itu adalah bohong. Aku khawatir.
Tapi, melihat situasi saat ini, rasanya motivasi saya untuk menolong lebih besar dibandingkan kekhawatiran terhadap kesehatanku.
Saya juga berharap agar beruntung dan tidak terinfeksi," kata Liang.
• Kisah Bocah Cerebral Palsy Tewas Sendirian Karena Ditinggal Keluarga yang Mengidap Virus Corona
• Pulang Bulan Madu, Marcell Darwin Demam Hingga Opname, Suami Nabila Faisal: Aku Gak Kena Corona kan?
Cemas
Isolasi Kota Wuhan juga membuat Wang Wei, seorang profesor teknik elektro di Huazhong University of Science and Technology, cemas karena keterbatasan obat.
"Saya keluar seminggu sekali untuk membeli bahan makanan.
Makanan mudah dibeli, tapi tidak untuk masker dan obat-obatan," kata Wang.
Ketakutannya semakin bertambah ketika tahu bahwa seseorang yang ia kenal dirawat di rumah sakit karena demam.
"Saya sangat takut. Kakek teman saya meninggal karena pneumonia Wuhan ini," katanya.
Kehilangan peluang bisnis
Crystal Yu, seorang lulusan marketing mengatakan, pengisolasian kota Wuhan membahayakan peluangnya untuk memulai posisi baru.
Yu tiba di Wuhan dari Milan, Italia pada Januari ini untuk menemui keluarganya dan merayakan Tahun Baru Imlek.
Ia dijadwalkan akan memulai magangnya di sebuah perusahaan di Hong Kong pada awal Februari mendatang, tapi ia tak bisa pergi sampai saat ini.
"Saya kurang puas dengan kebijakan pemerintah Wuhan karena mereka tak membagikan informasi secara detail tentang virus ini," kata Yu.