Breaking News:

PERJUANGAN Dokter RS Indonesia di Gaza, Bekerja dengan Obor Kecil, Ungkap Senjata Baru Israel

Direktur medis Dokter Marwan Sultan khawatir Rumah Sakit Indonesia memasuki tahap akhir dan tidak bisa beroperasi sama sekali.

Editor: Amirul Muttaqin
FACEBOOK THE INDONESIAN HOSPITAL via BBC INDONESIA
Kapasitas Rumah Sakit Indonesia tak mampu menampung korban serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia. Banyak pasien terpaksa diletakkan di atas lantai. 

Lima hari kemudian, Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan daerah tersebut. Peringatan itu muncul lebih dari dua minggu sebelum serangan tanggal 31 Oktober.

Namun, Suheil menggambarkan serangan udara hari Selasa itu “berbeda dan lebih ganas dari serangan sebelumnya”.

“Anak-anak tercabik-cabik,” katanya.

"Tanah berguncang"

Mohamed Alaswed, seorang warga kamp pengungsi Jabalia berusia 27 tahun, sedang membeli kebutuhan pokok di pasar, hanya beberapa menit sebelum pengeboman.

“Tiba-tiba saya mendengar enam ledakan besar. Saya hanya berjarak 400 meter dari lokasi ledakan. Asap hitam dan debu menutupi tempat itu,” kata Mohamed, yang menderita luka bakar di kaki.

Dia bergegas ke lokasi ledakan, di mana dia tahu anggota keluarganya berada. Di lokasi itu, dia menemukan tumpukan puing yang menghalangi ambulans untuk mendekati area yang hancur.

"Saya melihat anak-anak membawa mayat"

Warga dengan panik membawa jenazah ke paramedis, yang berjuang untuk mencapai pusat ledakan.

"Saya melihat anak-anak membawa mayat anak-anak lain. Para ibu berteriak dan mencari anak-anak mereka. Sulit untuk melihat atau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," kata Mohamed.

Dia menambahkan, seluruh area tersebut penuh dengan debu dan asap, dan ketika keadaan menjadi lebih jelas, dia "melihat bagian-bagian tubuh terdampar di lantai atas sebuah bangunan".

Pemandangan tersebut “sulit digambarkan dengan kata-kata,” kata Mohamed, yang bekerja sebagai juru kamera dan telah tinggal di daerah tersebut sejak masa kecilnya.

Dia berkata kepada BBC, serangan Israel itu terjadi begitu tiba-tiba sehingga dia bisa melihat mayat-mayat terperangkap di puing-puing,

Namun Mohamed juga melihat sejumlah warga masih tampak "aktivitas normal". Seorang perempuan berada di bawah reruntuhan, misalnya, terlihat memegang panci.

Baca juga: Model Israel Pura-pura Mati Agar Tidak Ditembak Hamas, Sembunyi di Tong Sampah Bersama Mayat Kekasih

Klaim mengincar komandan Hamas

Pada tanggal 31 Oktober, militer Israel menyatakan serangan udara mereka membunuh Ibrahim Biari, Komandan Brigade Hamas di Jabalia. Menurut klaim itu, Ibrahim adalah satu dari sejumlah orang yang mengarahkan serangan tanggal 7 Oktober ke Israel.

“Infrastruktur militer bawah tanah Hamas di bawah bangunan-bangunan ini runtuh dan banyak petinggi Hamas terbunuh,". demikian klaim Israel.

Hamas menyatakan bahwa serangan udara tanggal 31 Oktober menewaskan "tujuh sandera asal Israel, termasuk tiga orang yang memiliki kewarganegaraan ganda".

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Haiat, berkata tidak mengetahui keadaan para sandera karena Hamas menolak mengizinkan kunjungan Palang Merah kepada para sandera.

Haiat juga menuduh Hamas tidak memberikan perawatan medis kepada para sandera.

Diolah dari artikel di KOMPAS.com

Baca artikel lainnya terkait Palestina

Sumber: Kompas.com
Tags:
IsraelPalestinaGazaRumah Sakit IndonesiaMarwan Sultan
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved