Berita Kriminal
FAKTA-FAKTA Siswa SMA di Aceh Dikeroyok 21 Kakak Kelas, Cedera Otak, Respon Sekolah Bikin Ortu Geram
Seorang siswa SMA Modal Bangsa Aceh, dikeroyok oleh 21 kakak kelasnya hingga alami cedera otak. Orang tua korban geram dengan sikap pihak sekolah.
Editor: Putri Asti
TRIBUNSTYLE.COM - Kasus bullying kembali terjadi, kali ini menimpa salah satu siswa SMA Modal Bangsa Aceh.
Korban diketahui dikeroyok habis-habisan oleh 21 kakak kelasnya.
Mulai dari dipukul dari belakang mengenai bagian kepala hingga diinjak-injak oleh sekitar tujuh pelaku.
Akibatnya, korban mengalami cedera parah di beberapa bagian tubuhnya hingga alami pembekuan otak.
Bagaimana peristiwa ini terjadi?

Seorang siswa SMA Modal Bangsa Aceh mendapat aksi bullying yang dilakukan oleh kakak kelasnya di sekolah.
Akibat aksi pengeroyokan ini, korban mengalami pendarahan di kepala dan orangtua korban melaporkan kejadian ini ke Polresta Banda Aceh.
Baca juga: VIRAL Aksi Bullying Siswa SMA di Depok, Terdengar Suara Tamparan hingga Pelaku Nantang Minta Dipukul
Kronologi
Orangtua korban, Purnama Hadi mengatakan kejadian ini bermula saat anaknya mengikuti kegiatan rutin pengajian malam Jum'at di musala
"Kejadiannya pada 20 Juli 2023," ujarnya kepada wartawan dalam konferensi persnya di Aceh, Kamis (31/8/2024).
Saat insiden pengeroyokan terjadi, Febrian Hafis yang masih duduk di kelas II SMA Modal Bangsa itu dipanggil kakak kelas III usai mengikuti kegiatan rutin pengajian pada malam Jum'at.
Korban yang mendatangi para pelaku dipukul dari belakang mengenai bagian kepala hingga diinjak-injak oleh sekitar tujuh pelaku.
"Akibatnya anak saya mengalami luka memar di bagian pelipis, belakang telinga, kepala, badan, dan tangan, hasil lab ada pembekuan darah di otak sampai sekarang masih ada," sebutnya.
Respons buruk dari pihak sekolah

Purnama terpaksa melaporkan kasus ini ke polisi karena tidak mendapat penyelesaian dari pihak sekolah secara internal.
"Tapi setelah saya tunggu tidak ada itikad baik dari pihak sekolah dan orangtua pelaku sehingga saya melaporkan ke Polresta Banda Aceh," tutur dia.
Ia berharap, ada pembenahan pengawasan dan pengelolaan pada SMA Modal Bangsa.
Sebab kasus pengeroyokan kakak kelas terhadap adik kelas sudah sering terjadi.
"Sebenarnya sudah sering terjadi pengeroyokan di SMA Modal Bangsa, tapi selama ini murid lain tidak ada yang berani melapor, tujuan saya lapor ini agar tidak lagi terjadi bully dan kekerasan terhadap siswa di sekolah," harapnya.
Purnama juga menyebutkan 21 orang siswa yang terlibat dalam pengeroyokan tidak semua mendapat skor pembinaan dikembalikan kepada orangtua.
"Dari 21 orang pelaku ada yang tidak diberi skor oleh sekolah. Masalahnya mereka masih membully anak saya dengan sebutan "ikan lele" karena mengadukan kasus pengeroyokan itu, bahkan ada dewan guru yang meminta siswa untuk tidak berkawan dengan anak saya," ucapnya.
Baca juga: PILU Siswa SD Kelas 2 di Medan Dibully Kakak Kelas Sampai Tewas, 9 Saksi Diperiksa, Sempat Mengadu
Tanggapan Kepsek SMA Modal Bangsa
Sementara itu Kepala SMA Modal Bangsa, Miswar mengatakan, setelah mendapat laporan dari wali murid terkait masalah perkelahian, sekolah telah melakukan langkah-langkah sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku di sekolah.
Pihaknya telah memberikan skor terhadap 21 siswa yang terlibat dalam perkelahian itu dikembalikan kepada orangtua selama tujuh hari untuk pembinaan.
Sanksi lainnya, 21 siswa harus bisa menghafal surat Al-Mulk saat kembali ke sekolah.

Kemudian membuat surat pernyataan yang ditanda tangani wali murid di atas materai agar tidak mengulangi perbuatan serupa.
"Jika mengulangi akan diberikan sanksi hingga dikeluarkan dari sekolah," tutur dia.
Setelah 21 siswa yang diberikan skor kembali ke sekolah, pihaknya telah melakukan islah saling memaafkan antara pelaku dan korban disaksikan Komite Sekolah dan alumni SMA Modal Bangsa.
"Kami panggil psikolog untuk memotivasi anak-anak yang jadi korban dan yang melakukan pemukulan," sebutnya.
Nonaktifkan kepala asrama
Tak hanya itu, pasca-kejadian, sekolah menonaktifkan kepala asrama serta membuat piket guru setiap malam 4 orang agar kegiatan siswa di asrama pada malam hari kembali kondusif.
Menanggapi laporan ke polisi, Miswar sangat menyayangkan tindakan orangtua murid tersebut.
Ia menyebut, seharusnya persoalan antar-siswa dapat diselesaikan di internal sekolah.
"Seharusnya masalah di sekolah bisa kita selesaikan di sekolah tidak perlu melapor ke pihak kepolisian. Apalagi anaknya sekarang juga masih sekolah di sini tidak kita keluarkan," pungkasnya.
Kasus Lainnya - PILU Siswa SD Kelas 2 di Medan Dibully Kakak Kelas Sampai Tewas, 9 Saksi Diperiksa, Sempat Mengadu
Kasus perundungan atau bullying siswa SD kelas 2 bernama Baim (8) memasuki penyidikan.
Dikabarkan sebelumnya Ibrahim Hamdi alias Baim meninggal diduga usai dibully oleh para kakak kelasnya di sekolahan.
Bahkan Baim disebut sudah menangis mengadu kepada orangtuanya saat pulang sekolah.
Simak kabar terbarunya!
Polisi telah memeriksa sejumlah saksi, terkait tewasnya siswa SD kelas II bernama Baim karena diduga setelah dirundung oleh kakak kelasnya.
Menurut Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Teuku Fathir Mustafa sampai saat ini pihaknya telah memeriksa sebanyak sembilan orang saksi.

Pemeriksaan tersebut dilakukan, untuk mencari fakta terkait dugaan penyebab meninggalnya siswa SD tersebut.
"Kasus itu masih dalam penyelidikan, sudah sembilan orang saksi kita periksa," kata Fathir kepada Tribun-medan, Minggu (2/7/2023).
Ia mengatakan, dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa dugaan bullying tersebut dilakukan di luar sekolah.
Namun, Fathir belum membeberkan secara detail dimana lokasinya.
Baca juga: MIRIS Anak Kelas 1 SD di Medan Meninggal Diduga Dikeroyok Kakak Kelas 3, Kepala Retak Badan Biru
"Nanti akan kita sampaikan lebih jelasnya," sebutnya.
Dijelaskan, pihak penyidik juga masih menunggu hasil autopsi dari jenazah untuk mendapatkan keterangan resmi dari pihak medis, untuk mengetahui secara pasti penyebab tewasnya siswa SD tersebut.
"Kami masih menunggu hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara. Nanti akan kita sampaikan juga hasilnya setelah keluar," ujarnya.

"Kasus ini berkaitan dengan anak, maka penanganannya harus khusus sesuai dengan aturan yang berlaku," sambung Fathir.
Sebelumnya, Seorang anak bernama Ibrahim Hamdi alias Baim (8), meninggal dunia diduga setelah menjadi korban bullying oleh kakak kelasnya.
Menurut Yusraini Nasution alias Butet orang tuanya, anaknya yang masih duduk bangku kelas II SD, sebelum meninggal dunia sempat mengadu kepadanya.
Anaknya itu seusai pulang sekolah datang ke lapak jualannya di depan Masjid Raya Al-Mashun, Kota Medan, pada Kamis (22/6/2023) kemarin.
Saat itu, anak pertamanya ini mengeluh kesakitan setelah dianiaya oleh kakak kelasnya sepulang dari sekolah.
"Dia kemarin dipukuli sama abang - abang kelasnya, kelas lima kelas enam, sementara anak saya kelas dua SD."
"Pulang-pulang dia sudah nangis, ngadu dipukuli," kata Butet saat diwawancarai di rumahnya, Rabu (28/6/2023).
....
Artikel diolah dari Kompas.com dan Tribun-Medan.com
Sumber: Kompas.com
Gak Kapok 4 Kali Dipenjara, Residivis Ini Ditangkap Lagi Kasus yang Sama, Bobol Rumah di Parepare |
![]() |
---|
Detik-detik Mahasiswa Jogja Ditikam Temannya saat Menginap di Magelang, Pelaku Mengaku Cemburu Buta |
![]() |
---|
Sosok Syarif Maulana Dosen Unpar Bandung Pelaku Kekerasan Seksual pada Mahasiswa, Kini Dinonaktifkan |
![]() |
---|
Aksi Perawat di Aceh Rudapaksa Siswi 15 Tahun, Kenal dari Aplikasi Kencan, Diimingi Dibelikan iPhone |
![]() |
---|
Pembunuhan Mahasiswi di Malang Jatim Baru Terungkap Setelah 1,5 Tahun, Pelaku Cucu Pemilik Kos |
![]() |
---|