Berita Viral
11 Tahun Jomblo, Wanita Ini Hamil Pakai Alat yang Dibeli Online Rp450 Ribu, Begini Kondisi Bayinya
Seorang wanita hamil setelah membeli alat sperma yang dibeli secara online seharga Rp 450 ribu. Kini ia hidup bahagia bersama buah hatinya tersebut.
Penulis: Febriana Nur Insani
Editor: Dhimas Yanuar
Tak dapat dipungkiri, Verity Jones sempat terpikir untuk bersama pria.
Namun pikiran itu hanya berlangsung sekelebat dan ia kembali pada prinsipnya.
Verity Jones tidak punya rencana untuk melanggar prinsipnya.
Ia bahkan sekarang membenci gagasan untuk bersama seseorang secara romantis.
"Saya sempat berpikir mungkin ketika Holly lebih besar nanti saya akan kembali ke sana (berpasangan)," kata Verity.
"Tapi seiring berjalannya waktu, saya semakin membenci ide itu tidak pernah lagi saya menginginkan hal seperti itu lagi. Saya benar-benar membujang dalam segala hal, secara fisik dan emosional," jelasnya.
"Ketika saya memilih untuk memiliki putri saya sendiri, saya memilih untuk sengaja tidak melibatkan orang tua lain. Saya sinis terhadap hubungan,"
"Saya tidak percaya pada cinta sejati setelah mendengar begitu banyak cerita buruk dan saya lebih suka dia memiliki satu orang tua daripada diasuh oleh hubungan yang rusak,"
"Menjadi single berarti saya bisa fokus pada diri saya sendiri daripada memikirkan apakah saya menyenangkan orang lain atau merasa rendah diri atau khawatir pada hal yang diinginkan pasangan,"
"Jika saya menyukai hal-hal dengan cara tertentu maka itu yang terpenting," papar Verity Jones.

Baca juga: DIKENAL Nurut, Gadis 17 Tahun Tiba-tiba Hamil, Klaim Sperma Nyasar saat Renang, Dokter Bongkar Fakta
Verity mengatakan ibunya terus mencoba dan mendorongnya untuk menemukan hubungan romantis.
Sementara teman-temannya berjuang untuk memahami gagasan tanpa pasangan.
"Orang-orang menganggapnya aneh. Jika saya mempostingnya di Facebook , saya mendapat banyak wajah kaget dan orang-orang bertanya, 'Bagaimana itu bisa terjadi? Anda baru berusia 35 tahun dan sudah membujang selama 11 tahun?'.
"Orang-orang biasanya dapat memahami seks bebas, tetapi mereka tidak begitu memahami aspek hubungan atau memahami mengapa saya bisa bahagia,"
"Mereka pikir saya butuh pasangan untuk bahagia. Ibuku selalu mengatakan mengapa kamu tidak tenang tapi saya tidak bisa memikirkan hal yang lebih buruk daripada seseorang yang duduk di sofa saya menunggu saya melakukan sesuatu untuk mereka,"