Kisah Pedagang Nasi Goreng saat Tragedi Kanjuruhan, Pasrah Cari Anak, Buka Puluhan Kantong Jenazah
Sugeng pasrah saat cari anaknya yang jadi korban tragedi Kanjuruhan seusai laga Arema FC vs Persebaya, rela buka kantong jenazah satu persatu.
Editor: Joni Irwan Setiawan
TRIBUNSTYLE.COM - Dunia sepak bola tanah air sedang berduka, insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang menorehkan duka dalam di wajah Indonesia.
Sejumlah supporter Arema FC terkapar menjadi korban insiden kerusuhan yang terjadi pada Sabtu, (1/10/2022) lalu.
Kericuhan bermula pasca Arema FC kalah telak dari Persebaya dengan skor 2-3.
Ratusan nyawa korban jiwa melayang seketika, selain itu juga banyak korban luka-luka atas insiden tersebut.
Baca juga: Gelagat Tak Biasa Korban Kanjuruhan Sebelum Meninggal, Tiap Malam Kerap Minta Hal Ini, Ibunda Curiga
Kini, satu persatu keluarga korban tampak membeberkan kondisi anaknya yang menjadi salah satu dari ratusan korban tragedi Kanjuruhan.
Ya pemuda Risky Dendi Nugroho (19) menjadi satu di antara ratus korban luka akibat tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Diketahui, pria yang disapa Risky itu dirawat di RSUD dr Saiful Anwar (RSSA), Malang, Jawa Timur sejak Sabtu (1/10/2022) malam hingga Senin (3/10/2022) siang.
Menurut Ayah Risky, Sugeng (50), putranya saat ini masih dalam perawatan medis lantaran kondisi kesehatan sang anak yang belum pulih.
Pasalnya, saat ini kondisi napas Risky masih harus dibantu dengan alat pernapasan akibat menghirup gas air mata.
"Hasil rontgen kemarin enggadiceritakan,” kata Sugeng dikutip TribunnewsBogor.com dari TribunJatim.
“Tapi kalau kata dokter kebanyakan menghirup udara gas air mata, karena bisa kena paru-paru, dan bisa sesak.
Sampai sekarang masih pakai oksigen terus, iya alat bantu oksigen, napasnya susah," katanya dikutip TribunStyle.com dari TribunJatim.com, Selasa (4/10/2022).
Tak hanya itu, Sugeng juga menceritakan, bahwa putranya hingga saat ini masih belum bisa berkomunikasi.
Bahkan dirinya juga mengaku Risky kerap kali menangis hingga berdiam diri.
"Sampai sekarang engga bisa komunikasi, bisanya bergerak-gerak saja. Seperti menangis, diam," jelas pedagang nasi goreng itu.
Baca juga: Kesaksian Suporter Arema FC, Ceritakan Tragedi Kanjuruhan : Banyak Anak Kecil Sesak Tak Berdaya
Sugeng Cari Risky
Di sisi lain, saat disinggung soal kejadian tragedi malam kelabu itu.
Sugeng tak habis pikir, lantaran pada Minggu (2/10/2022) pukul 01.00 WIB, dirinya tak mendapati putranya pulang bersama rekan-rekannya.

Naluri seorang Ayah pun saat itu keluar, usai pulang berjualan nasi goreng di sebuah perumahan kawasan Blimbing, Malang, ia langsung bergegas menuju Stadion Kanjuruhan.
Benar saja, pria paruh baya itu melihat kondisi Stadion Kanjuruhan yang sudah porak poranda.
Meski suasana begitu mencekam, Sugeng bersikeras mencari putranya hampir 1,5 jam.
Sayang, usaha ia mencari Risky tak membuahkan hasil.
"Waktu itu saya pulang kerja jam 1 malam.
Temannya sudah pulang, kok anak saya engga pulang,” cerita Sugeng.
“Kemudian saya cari, ternyata sampai jam 02.30 WIB saya engga ketemu, cuma motornya saja," tutur pria paruh baya.
Lantaran tak membuahkan hasil, Sugeng berinisiatif mencari putranya ke sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan tempat para korban kerusuhan suporter pada malam kelabu itu.
Dirinya juga mengaku mendatangi kurang lebih lima rumah sakit di Malang, Jawa Timur.
Setibanya di rumah sakit, Sugeng bergegas menuju ruang IGD, namun ia tetap tidak menemukan Risky.
Bahkan dirinya tak segan mencari putranya di kamar mayat setiap rumah sakit.
"Lalu saya cari ke RS, ada 5 RS, mulai Gondanglegi, Pakis Aji, Wava, RSUD Kanjuruhan.
Saya cari di ruang pasien gak ada dan saya cari di ruang jenazah," terangnya.

Baca juga: Pasutri Tewas dalam Kerusuhan di Kanjuruhan, Anak Selamat, Nangis Pilu Antar Orang Tua 1 Liang Lahat
Selama pencarian keberadaan Risky, Sugeng mengaku perasaannya saat itu campur aduk.
Perasaan pasrah dan optimis saat itu saling tumpang tindih tak jelas.
Tak hanya itu, perasaan tak karuan juga semakin membuncah, di saat ia kerap menggeser resleting kantung mayat satu per satu.
"Semuanya di situ, gak ada identitas.
Kalau saudaranya mau mencari ya dibuka satu per satu, karena sudah diwadahi kantong," ceritanya.
"Malam itu Saya sudah membuka 50 lebih kantung.
Saya di RS Wava juga banyak yang anak-anak. Umur 8-12 tahun," tambahnya.
Sejauh pengamatan Sugeng terkait kondisi jenazah dari setiap kantung mayat yang berhasil ia buka, wajah dari para korban yang tewas tampak tak wajar.
Bagaimana tidak, dirinya melihat wajah para jenazah seperti hangus terkena minyak panas.
"Jadi saat saya buka kantung jenazah, wajahnya rata-rata kayak hangus kena minyak panas. Katanya kena gas itu," paparnya.
Sementara, dalam 50 kantung jenazah yang sudah ia buka, Sugeng tetap tidak menemukan putra tercintanya itu.
Akhirnya Sugeng meminta bantuan ke sejumlah anggota keluarganya untuk melacak keberadaan Risky di sejumlah rumah sakit Malang.
Tak lama kemudian salah seorang saudaranya menemukan Risky sedang menjalani perawatan intensif di IGD RSUD dr Saiful Anwar (RSSA) Malang, dalam keadaan tak sadarkan diri.
Bahkan menurutnya, kondisi tersebut, masih berlangsung hingga saat ini, Senin (3/10/2022) siang.
"Barang bawaan gak ada, hilang semua. HP dan 2 STNK hilang semuanya," ungkapnya.
Tak hanya itu, dirinya dengan tegas mengatakan soal gas air mata harus diusut hingga tuntas lantaran mengakibatkan ratusan korban berjatuhan.
"Soal gas air mata itu, iya harus diusut. Itu yang minta diselidiki. Kata teman anak saya yang selamat.
Pernapasan itu juga kena. Anak saya sama 6 orang temannya main," tutupnya.

Baca juga: Nasib Bocah 11 Tahun, Orangtuanya Tewas saat Kerusuhan Arema FC vs Persebaya, Kini Jadi Yatim Piatu
Korban Rata-rata Cidera
Diberitakan sebelumnya, menurut Direktur RS Syaiful Anwar Malang, Kohar Hari Santoso kondisi luka para korban kericuhan suporter bervariasi.
Mulai dari luka ringan akibat terkena tembakan gas air mata, luka patah tulang hingga cidera di kepala.
“Saya kira detailnya tidak usah di sampaikan, tapi ada trauma di kepala,” kata Kohar Hari Santoso dilansir TribunStyle.com dari kompas TV pada Minggu, (2/10/2022).
“Rata-rata cidera di kepala karena ke jepit ya, jadi adanya trauma di kepala dan di dada,” sambungnya.
Dirinya juga mengatakan dalam penanganan jenazah sebagian masih dilakukan identifikasi.
“Sebagian dari jenazah udah tapi disini kami masih identifikasi karena masih ada yang tidak teridentifikasi,” bebernya.
Kohar Hari Santoso juga menyebut, dirinya belum bisa memastikan apakah ada tindak penganiayaan kepada para korban luka-luka.
Pasalnya, Direktur RS Syaiful Anwar Malang itu baru menduga para korban mengalami lebam akibat desak-desakan.
“Tampaknya yang paling banyak adalah desak-desakan karena yang banyak adalah luka memar tapi cukup berat,” jelasnya.
Tak hanya itu Kohar Hari Santoso juga mengungkap bahwa pihaknya akan menyiapkan cadangan penanganan serta tim medis untuk para korban.
(TribunBogor/Siti Fauziah Alpitasari)
Artikel ini diolah dari TribunnewsBogor.com dengan judul Cerita Pedagang Nasi Goreng Pasrah Cari Anak, Rela Buka Puluhan Kantong Jenazah Tragedi Kanjuruhan