Mudik dari Australia, Pria Ini Sedih Tak Ada yang Jemput, Ibu dan 2 Kakaknya Meninggal Dalam 3 Bulan
Ketiga orang tersayangnya tersebut telah meninggal dunia pada tahun 2021, hanya dalam rentang waktu sekitar tiga bulan.
Editor: Amirul Muttaqin
Tapi lebih dari itu, Andrian yang kini hanya punya satu kakak perempuan, juga mengemban misi lain selama kepulangannya.
Ia merasa harus membantu mengurusi tiga anak yang masih remaja yang ditinggal oleh keluarga kakaknya.
"Kami sedang mengadakan diskusi mengenai masa depan mereka, mempertimbangkan apa yang terbaik bagi mereka terkait perwalian, apakah mereka misalnya bisa tinggal bersama kami di Australia atau mereka lebih baik tinggal di Jakarta," katanya.
"Jadi sekarang ini pulang Lebaran, bukan sekadar merayakan Idul Fitri saja, namun saya juga harus membantu mengurus masalah keluarga yang lain."
Baca juga: Rumah Dibobol Maling saat Mudik, Paijo Heran Tak Ada Barang Berharga yang Hilang: Cuma Bantal Guling
Baca juga: POTRET Mudik Artis, Susuri Gang Sempit, Rumah Keluarga Sederhana hingga Semringah Jajan di Warung
Merayakan Lebaran bersama keluarga setelah sekian tahun

Untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, pemerintah Indonesia mengizinkan masyarakat untuk mudik Lebaran, dengan cuti bersama selama 10 hari sejak 30 April untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Diperkirakan sekitar 85 juta orang akan melakukan pergerakan selama masa liburan panjang tersebut, dan merupakan gelombang mudik Lebaran terbesar dalam sejarah Indonesia.
Sebelum pandemi, pergerakan terbesar warga selama Lebaran adalah sekitar 30 juta orang.
Pergerakan tinggi ini karena sejak 8 Maret, perjalanan di dalam negeri sudah tidak perlu lagi melakukan tes PCR dan RAT negatif, dan sejak 5 April, kedatangan internasional tidak lagi harus menunjukkan hasil tes PCR negatif ketika tiba di Indonesia.
Didi Rullianda yang sudah menjadi warga negara Australia, tinggal di Melbourne sejak tahun 2002.
Namun, ia selalu berusaha pulang ke Indonesia guna merayakan Lebaran bila memungkinkan.
Dia sekarang berada di Indonesia bersama putranya Raihan, karena istrinya yang menderita kanker masih harus melanjutkan perawatan.
"Saya sudah begitu rindu dengan keluarga saya di Indonesia, jadi setelah berbicara dengan istri, dia mengizinkan saya untuk pulang tahun ini," kata Didi kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.
Didi yang bekerja menjadi konsultan IT mengatakan perasaannya selama dua tahun terakhir ini naik-turun karena mengkhawatirkan keadaan keluarganya saat ia hanya bisa mengikuti berita mengenai Covid-19 Indonesia dari Australia.
Angka resmi menunjukkan lebih dari 150 ribu warga Indonesia meninggal karena Covid, yang sebagian besar terjadi semasa gelombang varian Delta tahun lalu.