Tokoh Viral Hari Ini
Kisah Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan yang Dipenjara di 3 Masa Pemerintahan Tapi Tetap Produktif
Kisah Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia yang pernah dipenjara di 3 masa pemerintahan, Kolonial, Orde Lama, dan Orde Baru.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Ika Putri Bramasti
Ia dilahirkan sebagai anak sulung dalam keluarganya.
Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya seorang penjual nasi.
Secara luas, ia dikenal sebagai pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia.

Riwayat Pendidikan hingga Menjadi Penulis
Mengutip laman kemdikbud.go.id, Pram sempat bersekolah di Sekolah Teknik Radio Surabaya selama 1,5 tahun hingga 1941.
Pada 1942 ia merantau ke Jakarta dan menjadi juru ketik di Kantor Berita Jepang Domei.
Saat itulah ia mulai berkenalan dengan sastrawan dan pengarsip, HB Jassin.
Pram juga bertemu Idrus, di mana kedua sastrawan itulah yang memberi pengaruh sehingga Pram mulai menulis.
Sambil bekerja, ia mengikuti pendidikan di Taman Siswa (1942—1943) dan mengikuti kursus di Sekolah Stenografi (1944—1945).
Selanjutnya, ia kuliah di Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945) dalam mata kuliah filsafat, sosiologi, dan sejarah.
Pada tahun 1945, ia keluar dari tempat kerjanya dan pergi untuk menjelajahi Pulau Jawa.
Saat masa-masa revolusi kemerdekaan ia juga bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat menjadi seorang letnan.
Marinir Belanda menangkapnya pada 1947 karena Pram menyimpan dokumen gerakan bawah tanah.
Ia mendekam di penjara pemerintah Belanda di Pulau Edam dan di Bukit Duri, Jakarta sampai tahun 1949.

Sempat di Tahan Pemerintahan Belanda, Orde Lama, dan Orde Baru