Breaking News:

Trending Hari Ini

Penyintas Virus Covid-19 Lebih Kebal dari Orang yang Sudah Vaksin? Simak Penjelasan Ahli Ini

Ada yang mengatakan bahwa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 akan memiliki kekebalan murni terhadap virus corona.

Editor: Dhimas Yanuar
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ada yang mengatakan bahwa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 akan memiliki kekebalan murni terhadap virus corona. 

TRIBUNSTYLE.COM - Ada yang mengatakan bahwa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 akan memiliki kekebalan murni terhadap virus corona, Stylovers.

Tak hanya itu saja, bahkan kini beredar isu bahwa penyintas Covid-19 memiliki imunitas lebih kebal daripada orang yang telah divaksin.

Nah bagaimana fakta sebenarnya mengenai kekebalan tubuh penyintas Covid-19, dibandingkan dengan orang yang divaksin?

Sebuah penelitian kelompok ilmuwan Nussenzweig yang berlangsung di Israel menemukan bahwa kekebalan alami yang terbentuk pasca sembuh dari Covid-19, lebih ampuh dari pada orang biasa yang sudah divaksinasi lengkap namun tidak pernah terinfeksi Covid-19.

Dikutip dari Science Mag pada Kamis (26/08/2021), data yang baru dirilis ini menunjukkan orang yang pernah terinfeksi Covid-19 jauh lebih kecil kemungkinannya terinfeksi ulang, terkena varian Delta, bergejala berat, maupun dirawat di rumah sakit akibat gejala serius.

Baca juga: Indonesia Belum Berhasil Turunkan Angka Kematian Covid-19, di Atas Rata-rata Dunia Sejak Juli 2020

Baca juga: 10 CARA GRATIS Obati Batuk Berdahak Setelah Sembuh Covid-19, Bisa Dilakukan di Rumah

Ilustrasi orang batuk.
Ilustrasi orang batuk. (mnn.com)

Tetapi para ahli tetap menekankan bahwa vaksin tetap sangat protektif terhadap penyakit parah dan kematian. Dan infeksi di antara orang yang belum divaksinasi akan sangat berisiko.

Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 sebelumnya, lalu menerima satu dosis vaksin messenger RNA (mRNA) Pfizer-BioNTech, lebih terlindungi dari infeksi ulang dari pada mereka yang pernah terinfeksi namun belum divaksinasi.

Penelitian yang dilakukan di Israel sebagai salah satu negara yang paling banyak menerima vaksinasi Covid-19 di dunia, memeriksa catatan medis puluhan ribu orang Israel, memetakan infeksi, gejala, dan rawat inap mereka antara 1 Juni dan 14 Agustus, ketika varian Delta mendominasi di Israel.

Ini adalah studi observasional terbesar sejauh ini untuk membandingkan kekebalan alami dan yang diinduksi vaksin terhadap SARS-CoV-2.

Analisis baru bergantung pada database Maccabi Healthcare Services, yang mendaftarkan sekitar 2,5 juta orang Israel.

Studi yang dipimpin oleh Tal Patalon dan Sivan Gazit menemukan dalam dua analisis.

Pertama, orang yang divaksinasi sepanjang Januari, Februari, Juni, Juli, dan paruh pertama Agustus, enam hingga 13 kali lebih mungkin terinfeksi dari pada orang yang belum divaksinasi namun sebelumnya pernah terinfeksi virus corona.

Kedua, dengan membandingkan lebih dari 32.000 orang dalam sistem kesehatan, risiko mengembangkan gejala Covid-19 adalah 27 kali lebih tinggi di antara yang divaksinasi, dan risiko rawat inap delapan kali lebih tinggi.

"Perbedaannya sangat besar," kata Charlotte Thålin, seorang dokter dan peneliti imunologi di Rumah Sakit Danderyd dan Institut Karolinska yang mempelajari tanggapan kekebalan terhadap SARS-CoV-2.

Kendati demikian, dia memperingatkan bahwa jumlah infeksi dan peristiwa lain yang dianalisis untuk perbandingan itu cukup kecil.

Halaman
12
Tags:
Covid-19imunvaksin
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved