5 Mitos Seputar Gula, Si Pemanis Makanan yang Konon Jadi Penyebab Penyakit Diabetes, Benarkah?
Inilah 5 mitos seputar gula, pemanis makanan yang konon jadi penyebab penyakit diabetes, benarkah demikian?
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Ika Putri Bramasti
Reporter: Gigih Panggayuh
TRIBUNSTYLE.COM - Inilah 5 mitos seputar gula, pemanis yang konon jadi penyebab penyakit diabetes, benarkah demikian?
Selama berabad-abad, pemanis kristal ini telah menyerbu makanan ringan, minuman, nyali, dan pikiran semua orang.
Mungkin semua orang sudah mengenal apa itu gula beserta konsepnya.
Gula adalah karbohidrat larut, molekul biologis yang terdiri dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen.
Glukosa dan fruktosa merupakan gula sederhana, atau monosakarida.
Kemudian, gula pasir adalah gula majemuk, atau disakarida, yang dikenal sebagai sukrosa, yang terdiri dari glukosa dan fruktosa.
Baca juga: 7 Efek Buruk Langsung Minum Kopi di Pagi Hari, Justru Mudah Mengantuk dan Gula Darah Naik
Baca juga: 5 Buah yang Ampuh Menurunkan Gula Darah, Termasuk Jeruk yang Bantu Meningkatkan Sensitivitas Insulin

Selama pencernaan, tubuh memecah disakarida menjadi monosakarida.
Namun, sifat kimiawi gula tidak menjelaskan keburukannya.
Zat tersebut mendapat reputasi pengecut karena rasanya yang enak tapi jika dikonsumsi terlalu bebas, berakibat buruk bagi kesehatan.
Dirangkum dari Medical News Today, inilah 5 mitos seputar gula dan dampaknya saat dikonsumsi.
1. Adiktif
Beberapa ahli percaya gula adalah zat adiktif.
Namun, sejumlah peneliti ada yang berseberangan dengan itu.
Dr. Dominic M. Dwyer dari Fakultas Psikologi Cardiff University menjelaskan, meskipun ada pada sebagian orang, perilaku seperti kecanduan terhadap gula dan makanan lain hanya ada pada sebagian kecil individu yang mengalami obesitas.
Sejalan dengan itu, Prof. David Nutt, Ketua Komite Ilmiah Independen tentang Narkoba serta Kepala Departemen Neuropsikofarmakologi dan Pencitraan Molekuler di Imperial College London, menulis:
"Saat ini tidak ada bukti ilmiah bahwa gula membuat ketagihan, meskipun kita tahu bahwa gula memiliki efek psikologis, termasuk menghasilkan kesenangan, dan ini hampir pasti dimediasi melalui sistem penghargaan otak."
Perlu dicatat pula, meski pakar kesehatan tidak menggolongkan gula sebagai zat adiktif, itu tidak membuatnya aman dikonsumsi berlebihan.

2. Bikin Anak Jadi Hiperaktif
Ini mungkin mitos paling umum yang terkait dengan gula; makan permen menyebabkan anak-anak jadi hiperaktif.
Faktanya, tidak ada bukti ilmiah bahwa gula meningkatkan hiperaktif anak.
Meta-analisis tahun 1995 di JAMA menggabungkan data dari 23 eksperimen di 16 makalah ilmiah dan menyimpulkan:
"Meta-analisis dari studi yang dilaporkan hingga saat ini menemukan bahwa gula (terutama sukrosa) tidak memengaruhi perilaku atau kinerja kognitif anak-anak."
3. Penyebab Diabetes
Mitos lain yang relatif umum adalah bahwa gula secara langsung menyebabkan diabetes.
Padahal, tidak ada hubungan langsung antara keduanya.
Kebingungan mungkin muncul karena ada hubungan intrinsik antara kadar gula darah dan diabetes.
Ceritanya sedikit lebih rumit.
Kelebihan berat badan dan obesitas adalah faktor risiko diabetes tipe 2, dan mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi memang meningkatkan kemungkinan berkembangnya kelebihan berat badan atau obesitas.
Namun, gula bukanlah penyebab langsung diabetes tipe 2.
Sementara itu, untuk diabetes tipe 1, faktor makanan dan gaya hidup tidak berperan.

4. Hindari Makan Buah untuk Menjaga Berat Badan
Buah-buahan itu enak, sebagian karena manis, berkat gula alami.
Karena kandungan gulanya, beberapa orang percaya bahwa kita harus menghindari makan buah saat sedang menjaga berat badan.
Itu hanyalah mitos.
Buah-buahan mengandung berbagai senyawa yang menyehatkan, termasuk berbagai vitamin dan mineral, serta serat.
Konsumsi buah dikaitkan dengan manfaat kesehatan, termasuk penurunan angka kematian.
Menghapusnya dari pola makan untuk mengurangi asupan gula adalah suatu kesalahan.
5. Gula Menyebabkan Kanker
Terlepas dari rumor yang beredar, sebagian besar ahli tidak percaya gula secara langsung menyebabkan kanker.
Sel kanker membelah dengan cepat, artinya, mereka membutuhkan banyak energi, yang dapat disediakan gula.
Mungkin inilah akar dari mitos tersebut.
Menurut Cancer Research UK, tidak ada bukti bahwa mengikuti diet bebas gula menurunkan risiko terkena kanker, atau meningkatkan peluang untuk bertahan hidup jika didiagnosis kanker.
Namun, meskipun gula tidak secara langsung menyebabkan kanker dan tidak membantunya berkembang, jika seseorang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi dan mengembangkan obesitas, risikonya meningkat.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
Baca juga: 7 Tanda Penting Tubuh Tidak Menoleransi Gula dengan Baik, Kram Perut Hingga Merasa Cemas
Baca juga: Kapan Waktu Terbaik untuk Makan Buah agar Sehat Maksimal? Ini Sederet Mitos serta Penjelasannya