Breaking News:

Kecelakaan Sriwijaya Air

KESAKSIAN 3 Nelayan Saat Sriwijaya Air Jatuh ke Laut, Puing Beterbangan, Ombak Naik: 'Seperti Kilat'

Baru-baru ini tiga orang nelayan yang tengah mencari ikan di laut mengungkapkan kesaksian mereka terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Tribun Network
Kecelakaan Sriwijaya Air Sabtu 9 Januari 2021 di perairan Kepulauan Seribu 

TRIBUNSTYLE.COM - Baru-baru ini tiga orang nelayan yang tengah mencari ikan di laut mengungkapkan kesaksian mereka terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Nelayan yang tengah melaut itu tak menyangka jika benda yang jatuh dari langit ke laut itu merupakan tubuh pesawat yang membawa puluhan penumpang.

Hal itu diceritakan Hendrik Mulyadi salah seorang nelayan di sekitar Kepulauan Seribu.

Menurut Hendrik, saat ini ia sedang berada diatas kapal nelayan bersama dua ABK kapal pencari rajungan.

Posisi kapal nelayan mereka berada di sekitar perairan Pulau Lancang-Pulau Laki, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2020) saat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengalami kecelakaan.

Saat sedang berusaha mengambil tangkapannya di laut, mereka melihat bayangan menyerupai kilat disertai dentuman keras.

Baca juga: PILOT Nam Air Ternyata Jadi Penumpang SJ 182, Keluarga Tolak Kiriman Bunga: Berharap Ada Keajaiban

Baca juga: Pencarian Pesawat Sriwijaya Air Hari Ketiga, Ada Penambahan Sektor, Ini Jumlah Personel Penyelamat

Suara menggelegar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menghujam laut, menggetarkan rumah penduduk di kawasan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Kapten kapal nelayan Hendrik Mulyadi (kiri) dan ABK Solihin (kanan), saksi mata kejadian jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sela kegiatan pengecekan kapal penangkap kepiting rajungan di Pulau Lancang, Minggu (10/1/2021).
Suara menggelegar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menghujam laut, menggetarkan rumah penduduk di kawasan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Kapten kapal nelayan Hendrik Mulyadi (kiri) dan ABK Solihin (kanan), saksi mata kejadian jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sela kegiatan pengecekan kapal penangkap kepiting rajungan di Pulau Lancang, Minggu (10/1/2021). (Antara/Ricky Prayoga)

Bahkan, kata dia, ombak air laut langsung naik sesaat ia melihat hal tersebut.

"Saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan kami bertiga di tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan), tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan sama air (ombaknya) tinggi sekali, untung kapal saya enggak apa-apa," kata pria 30 tahun itu dalam perbincangannya dengan Antara di lokasi melansir Tribunnews.com.

Saat itu, ia dan dua temannya sempat mengira benda tersebut merupakan bom yang jatuh dan meledak di laut.

Hendrik juga mengaku sesaat sebelum kejadian tidak terdengar suara mesin pesawat sebelum dentuman keras, serta tidak terlihat kobaran api membubung sesaat setelah dentuman keras.

"Suara mesin gak ada. Terus saat kejadian gak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar," katanya.

Meski tidak mengalami cedera dan kapalnya tidak mengalami kerusakan, Hendrik mengaku masih terguncang, hingga tidak enak makan dan tidur sampai tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.

Temuan Puing dan Korban

Pencarian puing hingga korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus dilakukan Basarnas bersama TNI dan Polri.

Hingga hari ini, Senin (11/1/2021) pencarian terhadap pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus dilanjutkan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bogor
Tags:
nelayanHendrik Mulyadi Sriwijaya Air SJ 182Kepulauan Seribu
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved