Breaking News:

Jakob Oetama Meninggal Dunia

SEJARAH Nama Kompas dari Presiden Soekarno dan Curhat Pilu Jakob Oetama Ditinggal Wafat PK Ojong

Mengenang persahabatan dua pendiri Kompas, Jakob Oetama alami titik terendah saat ditinggal PK Ojong.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULU
[ARSIP] Portrait foto Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (27/9/2016). Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88) meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020).(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULU) 

TRIBUNSTYLE.COM Mengenang persahabatan dua pendiri Kompas, Jakob Oetama alami titik terendah saat ditinggal wafat Petrus Kanisius Ojong atau PK Ojong. Juga, asal muasal nama Kompas yang ternyata atas ide Presiden Soekarno

Pendiri Kompas Gramedia Jacob Oetama meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Rabu (9/9/2020).

Beliau meninggal dunia di usia 88 tahun karena mengalami gangguan multiorgan.

Usia sepuh memperparah kondisi Jakob hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir.

Perjalanan karier Jakob Oetama pendiri Kompas Gramedia
Perjalanan karier Jakob Oetama pendiri Kompas Gramedia (Kolase foto/net)

Profil Jakob Oetama, Sepak Terjangnya dari Guru SMP hingga Pendiri Kompas Gramedia

Mengenang Jakob Oetama, Sederet Kutipan Kata-Kata Bijak Inspiratif Sang Pendiri Kompas Gramedia

Jakob Oetama dikenal sebegai tokoh pers nasional pendiri Kompas Gramedia, salah satu media terbesar di Indonesia.

Ia lahir di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 27 September 1931.

Setelah lulus sekolah, ia diminta ke Jakarta oleh sang ayah untuk menemui rekan ayahnya bernama Yohanes Yosep Supatmo yang baru saja mendirikan yayasan pendidikan budaya.

Ia kemudian menjadi guru di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat selama satu tahun (1952-1953).

Setelah itu, Jakob pindah ke Sekolah Guru Bagian B di Lenteng Agung, Jakarta pada 1953-1954 dan pindah lagi ke SMP Van Lith, Jakarta Pusat hingga tahun 1956.

Sambil mengajar, ia meneruskan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada hingga 1961.

Karier jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956.

Pada 1958, Jakob bertemu dengan Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong) yang kala itu memimpin harian Keng Po dan mingguan Star Weekly.

Mereka kemudian membuat terobosan dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963

"Waktu itu suka berguru, ketemu Pak Ojong, kemudian bikin majalah Intisari," kata Jakob dikutip dari Kompas.com.

Generasi pertama Intisari, dari kiri ke kanan: Jakob Oetama, PK Ojong, Adi Subrata, dan Irawati
Generasi pertama Intisari, dari kiri ke kanan: Jakob Oetama, PK Ojong, Adi Subrata, dan Irawati (Dokumen Kompas)

Dalam pembagian kerjanya, Jakob mengurusi redaksi Intisari dan Kompas, sedang Ojong mengurusi bagian bisnisnya.

Menurut Jakob, ia dan PK Ojong punya cukup banyak persamaan dalam pemikiran, termasuk soal rasa persatuan bangsa dan kejujuran.

Di tengah situasi politik dan nasional kala itu, Jakob dan PK Ojong bersepakat mendirikan sebuah koran.

Mereka bersepakat Koran itu harus berdiri di atas semua golongan dan bersifat umum.

Koran itu diharapkan dapat menjadi miniaturnya Indonesia.

Saat itulah Kompas tercipta atas usulan nama dari Soekarno.

Pada 1980, setelah 15 tahun bersama mengembangkan Kompas, Ojong meninggal dalam tidurnya.

Peristiwa tersebut menjadi titik terberat menurut Jakob dalam perjalanannya.

"Saya tahu apa tentang bisnis? Tetapi tentang redaksi oke," kata Jakob.

Keadaan mendesaknya untuk juga belajar jadi pengusaha.

Media yang didirikannya bersama PK Ojong lantas terus dipelihara Jakob dengan semangat ngemong yang menurut dia menjadi salah satu talentanya," ungkap Jakob.

"Artinya biarlah karyawan masyarakat yang menilai, tapi kami Pimpinan dan lembaga ini, berusaha memang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dan berbuat yang masuk akal, yang adil, memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan para karyawan," tambah Jakob.

Dengan sifat penuh kerendahan hati, akhirnya Jakob berhasil mengembangkan Kompas Gramedia dalam berbagai sektor bisnis.

Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.

5 Fakta Meninggalnya Jakob Oetama

Kutipan kata-kata inspiratif Jakob Oetama.
Kutipan kata-kata inspiratif Jakob Oetama. (Hai.grid.id/Alvin Bahar)

Masuk rumah sakit sejak 22 Agustus 2020

Direktur Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Ronald Reagen mengatakan, Jakob Oetama dirawat sejak tanggal 22 Agustus 2020.

Sejak awal masuk RS Kelapa Gading, pendiri Kompas Gramedia itu sudah berada dalam kondisi kritis.

“Bapak pada saat 22 Agustus dirawat di kami. Pada awal kondisi kritis dan lemah. Kita lakukan perawatan maksimal,” kata Ronald saat diwawancarai Kompas TV di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020).

Alami gangguan multiorgan

Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama saat difoto di ruang kerjanya di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (27/9/2016).
Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama saat difoto di ruang kerjanya di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (27/9/2016). (KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Keadaan Jakob Oetama sempat membaik selama perawatan di RS Kelapa Gading.

Namun, kondisinya memburuk karena faktor usia yang tua dan kesehatan yang menurun.

Dokter Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Felix Prabowo Salim, mengatakan, kondisi awal Jakob Oetama saat masuk rumah sakit sudah mengalami gangguan multiorgan.

Faktor usia dan penyakit komorbid memperburuk kondisi Jakob Oetama.

“Selama perawatan sempat sebenarnya naik turun, di mana selama perawatan hampir lebih dari dua minggu sempat perbaikan dan terjadi penurunan, hanya pada saat-saat terakhir karena faktor usia dan kondisi semakin memburuk akhirnya beliau meninggal,” ujar Felix.

Sempat alami koma

Sebelum wafat, Jakob Oetama sempat mengalami koma atau kritis sejak Minggu (6/9/2020) sore.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Komunikasi Kompas Gramedia Rusdi Amral dalam tayangan di Kompas TV, Rabu (9/9/2020).

"Bapak sudah mengalami koma atau kritis sejak Minggu sore. Rupanya Allah lebih senang memanggil beliau sehingga akhirnya pukul 13.05, Bapak berpulang," ujar Rusdi.

Jakob akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (9/9/2020) pukul 13.05 WIB di usia 88 tahun.

Negatif Covid-19

Jakob Oetama dipastikan meninggal dunia dalam kondisi negatif Covid-19.

Hal itu dinyatakan oleh pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta

“Kami dua kali melakukan pemeriksaan PCR, swab Covid-19, dan hasilnya negatif,” kata Felix.

Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia
Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia (Arsip Kompas Gramedia)

Penghormatan dan pemakaman

Setelah dibersihkan dan dimandikan di rumah sakit, almarhum dibawa ke rumah duka di Jalan Sriwijaya 40, Kebayoran Baru, Jakarta untuk melakukan ibadah misa.

Jenazah Jakob kemudian disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta.

Rencananya, jenazah akan dimakamkan besok, Kamis (10/9/2020) di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

"Karena Bapak juga pemegang penghargaan Bintang Mahaputra, akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata besok siang," ujar Rusdi Amral.

(Tribunstyle.com/ Amr)

 Sederet Penghargaan Bergengsi yang Diraih Jakob Oetama sang Pendiri Kompas Gramedia Semasa Hidup

 Perjalanan Karier Jakob Oetama, dari Seorang Guru hingga Perjuangannya Besarkan Kompas Gramedia

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Jakob OetamaPK Ojongpemakaman Jakob Oetama di TMP KalibataKompas GramediaSoekarno
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved