Selain Virus Corona, Waspadai Juga Gejala Demam Berdarah yang Sering Terjadi di Musim Hujan

TRIBUNSTYLE.COM - Berikut ini adalah gejala dari demam berdarah yang perlu diwaspadai.

Memasuki musim hujan, berbagai penyakit menjadi lebih rentan menyerang tubuh manusia.

Biasanya, penyakit musiman saat musim hujan adalah flu, batuk dan pilek.

Tetapi ada penyakit lain yang lebih serius yang seringkali muncul ketika musim hujan.

Salah satunya adalah demam berdarah.

Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti.

Penyakit ini adalah salah satu penyakit yang seringkali mewabah di Indonesia ketika datang musim hujan.

Kementerian kesehatan mencatat ada sebanyak 17.820 kasus penularan demam berdarah di seluruh Indonesia.

Hal ini disampaikan dalam konferensi pers Kemenkes yang digelar pada hari Rabu (11/3/2020).

• Status Virus Corona Kini Pandemi, Berikut Cara-cara Paling Mudah untuk Cegah Covid-19 dari WHO

• Virus Corona Ditetapkan Sebagai Pandemi oleh WHO, Simak Perbedaan Epidemi dan Pandemi

• Tak Cuma Covid-19, 5 Penyakit Ini Pernah Berstatus Pandemi Global, Termasuk HIV/AIDS & Flu Babi

"Jumlah kasus DBD per 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 17.820 kasus," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers yang digelar di Kemenkes, seperti dilansir dari Kompas.com.

Data yang disampaikan oleh Kemenkes tersebut adalah hasil pantauan Kemenkes sejak Januari lalu hingga 11 Maret 2020.

Jumlah kasus demam berdarah di Indonesia tentu lebih banyak daripada jumlah kasus positif virus corona COVID-19 yang berjumlah 34 kasus hingga 11 Maret 2020.

Selain itu, Siti juga mengatakan bahwa penularan DBD di Indonesia juga terjadi dengan sangat cepat.

hal ini menjadi penyebab utama tingginya kasus infeksi DBD di Indonesia pada awal 2020.

"DBD itu penyakit yang berpotensi menjadi wabah dan kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan kecepatan penularannya. Jadi mengapa tiba-tiba (jumlah) kasus tiba-tiba melonjak jadi tinggi? Sebab, ini karena proses penularan tetap terjadi," ujar Siti di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/3/2020), seperti dilansir dari Kompas.com.