Breaking News:

3 Reaksi Alergi Obat, dari Bentol-bentol hingga Kematian Meski Jarang & Saran Saat Konsultasi Dokter

Simak 3 reaksi manusia yang memiliki alergi obat. Dari bentol-bentol hingga pemivu kematian meski jarang terjadi. Saran saat konsultasi dokter.

newsfirst.lk
Simak 3 reaksi manusia yang memiliki alergi obat. Dari bentol-bentol hingga pemivu kematian meski jarang terjadi. Saran saat konsultasi dokter. 

TRIBUNSTYLE.COMSimak 3 reaksi manusia yang memiliki alergi obat. Dari bentol-bentol hingga pemivu kematian meski jarang terjadi. Saran saat konsultasi dokter.

Saat periksa sakit, dokter pasti akan menanyakan apakah pasien memiliki alergi obat atau tidak.

Hal ini dilakukan untuk mencegah atau menghindari reaksi abnormal dari sistem imun saat melawan zat asing masuk ke tubuh.

Zat ini disebut alergen, tidak seperti alergi debu atau serbuk bunga, alergi obat baru diketahui setelah pasien mengonsumsi obat.

4 Kebiasaan Sepele yang Bisa Mengganggu Kesehatan, dari Begadang hingga Menggunakan Headset

Mata Berkedut Bukan Pertanda Dapat Rezeki, Ini Penyebab & Cara Mengatasi, Bisa Jadi Gejala Penyakit

"Jadi belum ada tes untuk alergi obat," kata Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dilansir dari Kompas.com, Kamis (6/12/2019).

Dilansir dari Hello Sehat, tubuh menunjukkan reaksi tertentu berarti sistem kekebalan tubuh sedang mengidentifikasi obat sebagai zat asing dan ingin membuangnya dari tubuh.

Sistem kekebalan tubuh merespon zat asing dalam berbagai cara, semuanya mengarah pada peradangan.

Respon peradangan ini dapat menyebabkan seseorang memiliki gejala seperti ruam, bentol, demam, atau gangguan pernapasan.

Alergi obat sendiri sebenarnya tidak umum terjadi.

Menurut Organisasi Alergi Dunia (WAO), kondisi ini terjadi hanya pada 3 sampai 5 persen pasien yang dirawat di rumah sakit.

Pria Tewas Saat Wawancara, Ternyata Sering Kerja Overtime, 10 Cara Istirahat Terbaik Setelah Bekerja

Bahkan lebih dari 90 persen kasus alergi obat sebenarnya diakibatkan oleh hal lain.

Reaksi alergi obat, dari yang ringan sampai ekstrem.

Reaksi alergi obat setidaknya dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni:

Ilustrasi Herpes
Ilustrasi Herpes (verywell.com)
  • Reaksi Gatal

Reaksi paling umum dan paling ringan adalah peradangan pada kulit yang membuat bentol seperti biduran.

Ini sama halnya seperti orang yang memiliki alergi udang atau makanan tertentu.

Untuk alergi ringan, perawatan dan pengobatan dapat dilakukan dari rumah.

Selain Minum Susu, 4 Cara ini Bisa Mencegah Osteoporosis, Pola Hidup Sehat dan Mengurangi Garam

  • Sindrom Steven-Johnsons (SJS)

Reaksi alergi obat lain yang bisa muncul adalah Stevens-Johnsons syndrome (SJS) atau sindrom Steven-Johnson.

SJS cukup jarang terjadi di Indonesia, tapi merupakan kondisi serius.

Penyakit SJS menyebabkan kulit penderita gatal, mengelupas, bahkan sampai melepuh akibat dari reaksi berlebih terhadap obat dan infeksi tertentu.

Stevens–Johnson Syndrome adalah kelainan langka namun serius yang menyerang kulit, selaput lendir, alat kelamin, dan mata dan dalam kasus yang paling parah bahkan bisa menyebabkan kematian.
Stevens–Johnson Syndrome adalah kelainan langka namun serius yang menyerang kulit, selaput lendir, alat kelamin, dan mata dan dalam kasus yang paling parah bahkan bisa menyebabkan kematian. (instagram.com/@mandystroyer)
  • Syok anafilaktik

Syok anafilaktik adalah reaksi elergi berat yang secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian.

Syok anafilaktik biasanya ditunjukkan dengan berbagai gejala termasuk ruam gatal, pembengkakan tenggorokan, dispnea, muntah, kepala terasa ringan, dan tekanan darah rendah.

Perlu Dicoba! 5 Manfaat Campuran Kunyit dengan Lada Hitam, Dari Cegah Kanker Hingga Diabetes

Selain itu, syok anafilaktik dapat mengganggu saluran pernapasan dan sesak napas, hal ini yang dapat mengancam jiwa.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menjelaskan, anafilaktik terjadi dalam waktu singkat hingga menyebabkan kematian.

Kondisi seperti ini biasanya dipantau di rumah sakit agar dapat diberikan terapi injeksi.

Sabai Morscheck, Bjorka dan Ringgo Agus Rahman sedang berkonsultasi dengan dokter kandungan.
Sabai Morscheck, Bjorka dan Ringgo Agus Rahman sedang berkonsultasi dengan dokter kandungan. (Instagram/ringgoagus)

Jujur saat berkonsultasi

Karena adanya risiko reaksi alergi obat seperti dipaparkan di atas, inilah yang membuat dokter harus menanyanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi atau tidak.

Baik alergi yang ringan hingga berat.

"Kalau ada riwayat alergi, tentu itu akan dihindari."

"Walaupun ada kemungkinan kecil, yang tadinya tidak alergi pada kesempatan lain muncul alergi," kata Faham.

Misalnya, sebelumnya minum antibiotik tidak ada alergi.

Namun kemudian ketika diberi obat yang sama baru muncul alergi.

Hal semacam ini bisa saja terjadi pada beberapa orang.

Dituturkan Faham, hal seperti ini dipicu oleh respons tubuh yang lambat. "Baru muncul (alergi) setelah dirangsang kedua kalinya (diberi obat)," jelas Faham. (Tribunstyle/Dhimas Yanuar)

Sarapan Es Krim Bisa Hilangkan Kantuk di Pagi Hari? Ini 6 Cara Jitu Obati Kantuk di Pagi Hari

Musim Hujan & Kurangi Ketergantungan Konsumsi Obat, 4 Makanan Rumahan Meredakan Flu & Masuk Angin

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
dokteralergi obatdemamgatal
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved