BMKG Dikritik Ifan Seventeen, Ini Catatan Kegagalan BMKG Deteksi Dini Tsunami Versi Dosen UGM
Gagal deteksi tsunami Selat Sunda, Dosen UGM ungkap catatan kegagalan BMKG lainnya.
Editor: Archieva Nuzulia Prisyta Devi
"Ada gempa, tsunami, likuifaksi, longsor, bayangkan. Sebuah kota dihajar bersamaan dengan empat bencana sekaligus. Jangankan empat, satu saja gempa bumi saja sudah memporak-porandakan, sudah banyak korban," kata Rahmat kepada wartawan BBC News Indonesia Callistasia Wijaya.
• Prakiraan Cuaca BMKG Tahun Baru 2019: Angin Kencang di Jakarta, Gelombang Tinggi di Selat Sunda
Perombakan tidak perlu, tapi BMKG perlu dibenahi
Pakar geofisika, Hery Harjono, menyebutkan perombakan tidak diperlukan karena sebetulnya kinerja BMKG sudah semakin baik dari tahun ke tahun, apalagi dalam hal mendeteksi gempa bumi. Bencana seperti tsunami Selat Sunda, yang disebabkan longsor bawah laut, memang hal baru untuk BMKG, ujarnya.
Namun, untuk bekerja maksimal kedepannya, BMKG perlu meningkatkan kerjasama dengan instansi-instansi terkait lainnya.
Hery mengatakan, untuk memantau gunung api, BMKG harus menggandeng badan geologi. Perhatian lebih harus diberikan ke gunung Anak Krakatau karena erupsi gunung tersebut terjadi cukup sering.
Apalagi, tambahnya, secara historis, ledakan gunung api pernah terjadi di lokasi itu.
Sementara itu, untuk membuat peta permukaan laut, BMKG harus menyertakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Geospasial.
"[Deteksi dini] tidak bisa ditanggulangi BMKG sendiri... Jadi saya kira, kemarin itu missed-nya banyak di sana (koordinasi antara institusi)," ujarnya.
BMKG ikut pantau Anak Krakatau dan tambah seismograf
Sementara itu, Rahmat mengatakan setelah mengevaluasi bencana tsunami Selat Sunda, BMKG dan badan geologi kini bersinergi untuk memonitor kondisi gunung Anak Krakatau.
"Hasil evaluasi kejadian kemarin itu tentunya, mau nggak mau, BMKG juga harus memonitor aktifitas (Anak) Krakatau. Namun, monitornya beda dengan badan geologi. Kalau badan geologi adalah memonitor untuk memberikan informasi tentang status gunung api. Kalau kami memonitor adanya aktivitas gunung itu bilamana ada potensi tsunami. Jadi sinerginya di situ," ujarnya.
BMKG, kata Rahmat, akan memonitor bila ada aktivitas gunung dengan magnitudo cukup signifikan dan mengeluarkan peringatan dini untuk Selat Sunda.
Indonesia perlu 300 seismograf
Pemantauan akan dilakukan dengan tiga sensor seismograf di Banten dan tiga sensor di Lampung.
Rahmat mengatakan sebenarnya BMKG sudah berniat untuk memperkuat sistem deteksi dini sejak dulu, namun terbentur masalah anggaran. Baru setelah kejadian tsunami Selat Sunda, Presiden Joko Widodo menginstruksikan BMKG untuk membeli alat deteksi dini.