6 Tanda Kemunduran Jakarta di Era Anies-Sandi, No. 5 Paling Nyata!
Ahli Tata Kota melihat 6 tanda-tanda kemunduran Jakarta di era Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Penulis: Verlandy Donny Fermansah
Editor: Dimas Setiawan Hutomo
TRIBUNSTYLE.COM - Ahli Tata Kota melihat 6 tanda-tanda kemunduran Jakarta di era Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Pengamat tata kota, Nirwono Joga, menyoroti sejumlah kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno yang dinilai sebagai perkembangan kemunduran Jakarta.
Inilah deretan tanda-tanda sekaligus fakta langkah mundur Pemprov DKI berdasarkan catatan Wartakotalive.com dan juga pengamatan sejumlah pakar:
1. Kawasan Tanah Abang Kembali Semerawut
Kawasan Tanah Abang kembali semerawut oleh PKL.
PKL tumpah ke trotoar dan pejalan kalo tersingkir ke bahu jalan.
Nirwono Joga mengatakan, hal itu buah dari ketidaktegasan Anies-Sandi melibatkan preman dalam penataan Tanah Abang.
2. Anies-Sandi Tak Kompak
Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah menyebut Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak kompak memimpin Jakarta.
Sandi dinilai cenderung dominan dalam menguasai aspek-aspek strategis.
Sandi tak ubahnya malah seperti seorang gubernur dibandingkan Anies.
Sedangkan Anies hanya diberi ruang mengurusi hal-hal non strategis.
"Ini buah perpecahan."
"Mungkin karena Sandi lebih banyak keluar dana saat kampanye."
"Ini tinggal tunggu ributnya saja Anies-Sandi itu," kata Trubus.
3. Akses Informasi Dipersempit
Anies-Sandi mempersempit akses informasi publik dengan membatasi gerak media.
Hal ini sangat dirasakan media di Balaikota DKI Jakarta.
Salah satu caranya dengan menghilangkan satu ruangan wartawan di dekat ruang wakil gubernur.
Sebelumnya dari ruangan itu wartawan bisa memantau semua rapat maupun tamu-tamu wakil gubernur atau orang-orang yang rapat dengan gubernur.
Tapi kini Sandi memilih menutup ruangan itu dan mengubahnya menjadi ruang kerja timnya.
4. Tak Lagi Mengunggah Video Rapat ke Youtube, Keterbukaan Diperketat
Inilah kebijakan terbaru Anies-Sandi yang dikritik pengamat sebagai langkah mundur Jakarta.
Di era sebelumnya, Ahok selalu mengunggah video rapat pimpinan.
Itu sebagai wujud keterbukaan agar masyarakat tahu apa yang sedang direncanakan dan akan dikerjakan Pemprov DKI.
Tapi sepertinya Sandi lebih takut di-bully di medsos ketika video Rapim jadi meme netizen.
5. Tunduk pada Tekanan Preman
Kesalahan terbesar Anies-Sandi dan paling memalukan adalah tunduk pada tekanan preman.
Keduanya dinilai tunduk pada tekanan dan mengikuti kemauan preman seperti yang terlihat pada kasus kesemerawutan Tanah Abang.
Bahkan kebijakan mereka seperti mengamodasi para penguasa di kawasan ekonomi paling strategis di Jakarta tersebut.
6. Terkesan Eksklusif
Trubus Rahadiansyah menyebut Anies-Sandi lebih eksklusif.
Seperti yang terlihat dari kebijakannya memindahkan pengaduan warga ke kecamatan.
"Mereka (Anies-Sandi) lebih eksklusif sifatnya. Balaikota saja dibuat eksklusif lagi dengan cara memindahkan pengaduan warga ke kecamatan," kata Trubus.
Hal ini membuat Anies-Sandi jauh dari keluhan warga.
Selain itu kebijakan ini juga berpotensi menjadi cela bawahan untuk mengelabui Anies-Sandi.
Keduanya tak bisa langsung mendengar dari keluhan warga yang datang ke Balai Kota DKI.
(Tribunstyle.com/Verlandy Donny Fermansah)