Puisi Wiji Tukul - Kumpulan Sajak Perlawanan Dari Sang Legenda, Derita Sudah Naik Seleher!
Selamat ulang tahun Widji Thukul! Biasanya ia menulis dan membacakan puisinya sebagai bentuk protes terhadap rezim Soeharto. Mari kenang karyanya!
Penulis: Amirul Muttaqin
Editor: Lilis Maryati
kemerdekaan
adalah gerakan
yang tak terpatahkan
kemerdekaan
selalu di garis depan*
(Solo, 27-12-1988)

Instagram
DERITA SUDAH NAIK SELEHER
kau lempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap
kau siksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras
kau paksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak
darah sudah kau teteskan
dari bibirku
luka sudah kau bilurkan
ke sekujur tubuhku
cahaya sudah kau rampas
dari biji mataku
derita sudah naik seleher
kau
menindas
sampai
di luar batas
(17 November 1996)
TUJUAN KITA SATU IBU
kutundukkan kepalaku,
bersama rakyatmu yang berkabung
bagimu yang bertahan di hutan
dan terbunuh di gunung
di timur sana
di hati rakyatmu,
tersebut namamu selalu
di hatiku
aku penyair mendirikan tugu
meneruskan pekik salammu
"a luta continua."
kutundukkan kepalaku
kepadamu kawan yang dijebloskan
ke penjara negara
hormatku untuk kalian
sangat dalam
karena kalian lolos dan lulus ujian
ujian pertama yang mengguncangkan
kutundukkan kepalaku
kepadamu ibu-bu
hukum yang bisu
telah merampas hak anakmu
tapi bukan hanya anakmu ibu
yang diburu dianiaya difitnah
dan diadili di pengadilan yang tidak adil ini
karena itu aku pun anakmu
karena aku ditindas
sama seperti anakmu
kita tidak sendirian
kita satu jalan
tujuan kita satu ibu: pembebasan!
kutundukkan kepalaku
kepada semua kalian para korban
sebab hanya kepadamu kepalaku tunduk
kepada penindas
tak pernah aku membungkuk
aku selalu tegak
(4 Juli 1997)