Kisah Yuliana dan Yuliani - Kenangan Itu Sering Diejek Botak di Bagian Belakang
Mama dan Papa sering nunjukin kliping koran dan majalah,saat lahir kami kembar dempet.
Penulis: Suut Amdani
Editor: Suut Amdani
"Guru dan teman-teman di sekolah sering memanggil kami 'kembar gila', twin sister bahkan 'Yuliana quadrat'. Pokoknya macam-macamlah. Kami, sih, senang-senang saja dengan sebutan itu."
Mereka dijuluki seperti itu, karena memang sering tampil berdua.
"Tapi, di kelas kami tidak duduk semeja. Kami takut dianggap saling nyontek dan kerjaannya selalu sama," ujar Ani.
"Ya, kami ke mana-mana selalu bersama-sama," tutur siswi kelas II SMA St. Maria Katolik, Tanjung Pinang ini.
Namun, meski terlihat selalu sama, mereka punya hobi yang berbeda.
Ana, misalnya, paling sebel kalau disuruh menggambar.
"Kalau sudah urusan gambar, Ana suka merayu Ani untuk dibikinkan. Ani memang hobi melukis. Selain itu, ia suka basket dan joging," kata Ana.
Soal pelajaran sekolah, mereka mengaku sama-sama suka pelajaran Biologi, Kimia dan PPKN.
"Cita-cita kami juga sama, pingin jadi dokter. Ani maunya jadi dokter bedah, saya maunya jadi dokter umum saja. Nanti baru dipikirkan mau ambil spesialis apa," papar Ana yang mendapat ranking 7 di sekolahnya, sementara Ani ranking 5.
Mereka mengaku terinspirasi oleh kekaguman terhadap Prof. Dr. R. M. Padmosantjojo, yang berhasil mengoperasi mereka.
Padmo sendiri adalah bapak angkat mereka, dan mereka panggil dengan sebutan akrab Pakde.
"Kami juga ingin membantu orang-orang susah yang mau berobat," imbuh Ana yang suka curhat pada mamanya.
Demi mewujudkan cita-citanya, Ana mengaku rajin belajar.
Sebelum berangkat sekolah siang, mereka belajar lebih dulu.
Mereka sama-sama mengikuti kursus bahasa Inggris seminggu tiga kali.
"Pokoknya, kami harus berhasil. Kami ingin menunjukkan pada Pakde dan orang tua bahwa kami berhasil. Jika semesteran atau kenaikan kelas, Pakde minta dikirimi rapor," kata Ana.
Ani langsung menambahkan, kalau naik kelas, Pakde Padmo suka membelikan mereka hadiah.
"Pakde suka beliin tas, sepatu, atau keperluan sekolah lain. Kami memang ingin konsentrasi sekolah dulu. Makanya, kami tidak mau pacaran dulu. Nanti saja setelah sekolah kami berhasil dan kami jadi orang," kata Ani seraya tersenyum.