berita viral
Insiden ‘Gancet’ Saat Mendaki: Hasil Autopsi Ungkap Penyebab Kematian Sepasang Pendaki
Insiden ‘gancet’ yang menimpa sepasang pendaki terungkap melalui hasil autopsi, yang menjelaskan secara rinci penyebab kematian keduanya
Editor: Tim TribunStyle
Insiden ‘gancet’ yang menimpa sepasang pendaki terungkap melalui hasil autopsi, yang menjelaskan secara rinci penyebab kematian keduanya
Kisah tragis sepasang pendaki muda di Jawa Barat menjadi viral setelah diungkap melalui podcast Denny Sumargo.
Kedua pendaki ditemukan meninggal dalam kondisi yang jarang terjadi secara medis, yang dikenal sebagai fenomena gancet.
Gancet merupakan kondisi langka saat alat kelamin pria terjepit dalam alat kelamin wanita akibat kontraksi tak terkendali pada otot vagina, sehingga keduanya sulit dipisahkan.
Kondisi ini diduga dialami oleh sepasang pendaki tersebut di dalam tenda mereka.
Kejadian ini pertama kali diceritakan oleh Hilya, seorang saksi mata, melalui kanal YouTube Denny Sumargo pada 16 Oktober 2025.
Ia menjelaskan secara rinci bagaimana ia menemukan pasangan pendaki muda dalam posisi saling menempel, yang awalnya disangka hanya sedang tidur.
Setelah berulang kali dipanggil tanpa respons, Hilya dan tim akhirnya membuka tenda dan menemukan keduanya meninggal di tempat.
Fenomena langka ini sempat membuat geger para pendaki lain dan petugas relawan, mengingat kondisi yang jarang terjadi dan sulit dipercaya.
Baca juga: Marak Kasus Gancet, Ada yang Sampai Meninggal, Dokter Ungkap Cara Atasi, Kunci di Obat Penenang Otot
“Gue kaget banget. Si cowok di bawah, ceweknya di atas, enggak pakai baju."
"Badannya sudah menghitam keunguan. Matanya terbuka, urat matanya keluar, dan tubuh mereka kaku,” tutur Hilya.
Proses Autopsi: Organ Intim Tak Dapat Dipisahkan
Keterangan yang disampaikan Hilya tak berhenti di situ. Dia bahkan ikut dimintai keterangan saat proses autopsi dilakukan di rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan medis, alat kelamin keduanya tidak bisa dipisahkan, bahkan setelah mereka dinyatakan meninggal.
“Pas sampai di rumah sakit pun enggak bisa lepas. Keduanya tetap menyatu."
"Akhirnya dipotong kemaluan laki-lakinya,” ungkap Hilya.
Pihak rumah sakit, lanjutnya, menjelaskan secara medis bahwa otot vagina korban perempuan mengalami kram hebat dan pembengkakan.
Karena posisi alat kelamin pria masih berada di dalam, kondisi tersebut menyebabkan keduanya “terkunci” dan tak bisa dilepaskan bahkan setelah meninggal.
“Itu pembuluh darah di area vaginanya pecah. Karena posisi pria di bawah, arus kram itu kayak nyamber kesetrum ke tubuh laki-lakinya juga,” jelas Hilya.
Isyarat Kelelahan dan Permintaan untuk Turun
Sebelum insiden memilukan itu terjadi, Hilya sempat bertemu pasangan muda tersebut di jalur pendakian menuju Pos 4.
Dia mengenang bahwa pendaki wanita tampak sangat lelah dan beberapa kali menangis, meminta turun dari gunung.
“Tetehnya kayak capek banget. Aku tanya ke cowoknya, dia bilang ‘kecapean saja’."
"Tapi enggak lama ceweknya nangis, ‘aku mau turun’. Tapi cowoknya tetap maksa, katanya bisa pelan-pelan,” tutur Hilya.
Menurut pengakuannya, pasangan muda itu masih berusia belasan tahun.
“Ceweknya lahir 2001, cowoknya 2000,” ucapnya.
Ada Tanda Aneh di Pos 4
Sesampainya di Pos 4, kondisi pendaki wanita makin menurun. Dia bahkan disebut sempat bertingkah aneh hingga pingsan.
“Dia ketawa melengking, kayak bukan suaranya sendiri."
"Kami kira kesurupan, tapi aku masih berpikir positif, mungkin cuma kecapean,” kata Hilya.
Setelah dibantu menenangkan korban, rombongan Hilya melanjutkan perjalanan menuju area camp di puncak, meninggalkan pasangan itu yang tampak masih kelelahan.
Setiba di area camp, pasangan tersebut kembali bergabung dan mendirikan tenda di dekat rombongan Hilya.
Sekira pukul 23.00, suasana hening mendadak terganggu oleh suara samar seperti desahan dari arah tenda pasangan itu.
“Temen gue bilang, ‘Eh lu denger suara enggak?’ Gue iya, tapi enggak mau ngomong."
"Itu bukan suara horor, tapi suara desahan,” kenang Hilya.
Tak ada yang berani memastikan apa yang terjadi malam itu. Semua memilih diam dan beristirahat, hingga pagi tiba.
• Lagi, BPK Jateng Bongkar Penyimpangan Pemerintah Kelola Keuangan Daerah, Begini Modusnya
Penemuan Tragis di Pagi Hari
Pagi harinya, Hilya sempat naik ke puncak untuk melihat sunrise. Namun hingga siang menjelang, tenda pasangan itu tetap tertutup rapat.
• Cerita dr Boyke Diundang Syuting Film Gancet di Kuburan, Ternyata Penyebabnya Bukan Hal Mistis
Dia pun berinisiatif memberikan makanan sambil memanggil-manggil dari luar. Setelah tak mendapat respons, dia menggoyangkan tenda namun tetap sunyi.
Ketika akhirnya tenda dibuka, kengerian luar biasa terjadi. Tubuh keduanya ditemukan tak bernyawa dalam kondisi yang mencengangkan.
“Awalnya gue kira cuma satu orang di sleeping bag, tapi ternyata dua."
"Pas gue buka, mereka kaku, sudah membiru. Gue cuma bisa bengong,” ucapnya.
Setelah kejadian itu, pihak ranger dan relawan basecamp segera dihubungi untuk melakukan evakuasi. Jenazah pasangan muda tersebut akhirnya dibawa turun dari gunung untuk dilakukan pemeriksaan medis lebih lanjut.
Insiden ini diketahui terjadi pada 2019, namun kembali viral setelah kesaksian Hilya dibagikan di podcast.
Hasil autopsi memperkuat dugaan bahwa kematian keduanya bukan karena kekerasan, melainkan akibat kram otot dan pembengkakan fatal saat berhubungan intim, yang membuat mereka terjebak dalam posisi gancet hingga meninggal.
Fenomena Langka Mematikan
Secara medis, fenomena “gancet” atau vaginismus memang bisa terjadi, meskipun sangat langka.
Kondisi ini ditandai dengan kontraksi tak terkendali pada otot vagina yang menjepit penis sehingga tak bisa dilepaskan.
Dalam kasus ekstrem seperti ini, terutama jika terjadi di suhu dingin dan tanpa bantuan medis, risiko kematian menjadi sangat tinggi.
Tragedi yang menimpa pasangan muda itu menjadi peringatan keras bagi para pendaki agar selalu menjaga etika, kesehatan, dan keselamatan selama berada di alam bebas.
Gancet adalah kondisi medis langka yang terjadi saat alat kelamin pria terjepit dalam alat kelamin wanita ketika berhubungan badan.
Dalam dunia medis, kondisi ini disebut sebagai Penis Captivus.
Kondisi ini bisa terjadi karena kontraksi otot vagina yang sangat kuat.
Hal itu bisa dipengaruhi oleh faktor fisik, emosional, kecemasan, psikologis.
Dilansir dari Kompas yang terbit pada 11 September 2021, yang dikutip dari Medical News Today, aliran darah akan mengalir ke penis hingga terjadi ereksi selama berhubungan intim.
Sementara itu, dinding vagina mengendur dan vulva terlumasi.
Dinding vagina sendiri terdiri dari jaringan otot yang akan berkontraksi dan mengembang saat berhubungan intim. Termasuk saat orgasme.
Kontraksi yang terlalu kuat, dalam beberapa kasus membuat alat kelmin pria sulit dikeluarkan.
Dokter seksual asal Inggris, Dr John Dean menjelaskan bahwa otot-otot dasar panggul perempuan berkontraksi secara berirama saat orgasme.
Saat terjadi kontraksi, penis yang teraliri darah juga semakin besar sehingga potensi terjadi penis captivus lebih tinggi.
Namun saat otot vagina mengendur, darah kembali mengalir dari penis sehingga kedua organ ini bisa dipisahkan.
Selain itu, kondisi gancet juga bisa terjadi karena kondisi vaginismus atau menutupnya vagina secara tidak sadar akibat kejang otot di dasar panggul.
Ketika otot-otor telah rileks dan mengendur, kemungkinan organ intim dapat kembali dipisahkan.
Kondisi ini jarang terjadi. Namun jika mengalami kondisi ini, pastikan untuk tetap tenang.
Jangan paksa penis keluar dari vagina karena dapat menyakiti atau melukai. Cobalah untuk tenang agar otot-otot rileks dan bisa dilepas.
TribunJateng.com | Dse | TribunStyle.com | Surya Rafi
| Yudo Sadewa Tantang Akun Penghina Keluarga Purbaya Lewat Sayembara dengan Imbalan Besar |
|
|---|
| Hindari 5 Barang Ini di Rumah Kalau Tak Mau Energi Negatif Menumpuk |
|
|---|
| Kasus Viral: Wanita Kabur dari Resepsi Demi Penjual Batagor, Tuntutan Rp 133 Juta |
|
|---|
| Penjahat Berwajah Ganteng, Netizen Lebih Pilih Puji daripada Hukum |
|
|---|
| Kejujuran Deni Sister Hong, Pria Berhijab Karena Ekspresi Diri |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/style/foto/bank/originals/Insiden-gancet-yang-menimpa.jpg)