Bom atom yang dijatuhkan dari pesawat pembom B-29 milik Amerika Serikat di Hiroshima telah membuat masa depannya berubah menjadi kisah sedih semata.
Saat usianya mendekati 30 tahun, Ishii akhirnya membuat kesimpulan.
Ia tidak akan memiliki seorang suami atau anak.
Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk hidup mandiri.
Hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai operator sebuah perusahaan telepon.
Setelah pensiun, ia pergi ke panti khusus korban bom atom, dan di sana ia akhirnya menemukan kedamaian.
Bom atom itu tidak hanya meluluhlantakkan Jepang.
Lebih dari itu, bom itu juga meninggalkan luka mental bagi para korbannya.
Dan Ishii mengalami itu, ia—dan para korban lainnya—terdiskriminasi karena radiasi yang mereka alami dianggap dapat menyebabkan penyakit dan cacat lahir.
Meski hingga kini efek jangka panjang dari bom itu masih belum jelas, mereka, para korban itu, kerap dikaitkan dengan bahaya kanker dan penyakit mematikan lainnya.
Itulah yang menyebabkan mereka disingkirkan dari kehidupan sosial mereka.
Dan Ishii harus ditolak cintanya karena dianggap sebagai terdampak langsung radiasi bom tersebut.
Diolah dari artikel Intisari.grid.id