Dia menerangkan, Aris berangkat ke Jepang sejak 2016. Keponakannya itu ikut program magang dari sebuah lembaga penyalur di Sleman, D.I. Yogyakarta.
"Kami juga sudah berupaya menggali info dari sesama PMI di Jepang.
Teman-teman PMI di Jepang bilang lost contact juga.
Mereka malah mengira Aris ditangkap karena over stay. Tapi kok sampai satu tahun lebih tidak ada kabar," kata dia dikutip TribunStyle.com dari TribunJateng, Kamis (27/4/2023).
Baca juga: BAHAGIA TKI di Malaysia Dapat Hadiah Mobil Proton dari Bosnya: Dia adalah Seorang Pekerja Keras
Wardono menambahkan, pihaknya terus berupaya mencari kabar dari Aris. Mereka menduga Aris kehilangan ponselnya.
Keluarga terus cari informasi. Sampai akhirnya ada kabar kurang baik di media massa pada awal bulan ini.
"Saya lalu melapor ke Dinas Tenaga Kerja Pati.
Disnaker sudah bertindak, kemarin membantu mencarikan bukti keberangkatan, mencari salinan paspor, dll, meneruskannya ke pihak berwenang di Jepang.
Sekarang keluarga masih menunggu hasil identifikasi terhadap korban dari kepolisian sana.
Kalau butuh tahapan teknis seperti tes DNA, kami bersedia, tidak apa-apa," kata Wardono.
Namun demikian, kata Wardono, keluarga masih menyimpan harapan bahwa jasad korban yang ditemukan polisi Jepang bukanlah Aris.
"Harapan saya keponakan saya masih sehat," ucap dia.
Sebelum lost contact, kata Wardono, Aris sering berkomunikasi dengan keluarga.
Hampir setiap hari, sekurang-kurangnya tiga kali sepekan, Aris selalu menghubungi orang tuanya via telepon.
"Karena orang tuanya tidak bisa chatting, jadi selalu telepon.