Berita Viral

VIRAL Simpanse Ikut Pameran di Art Basel, Satu Lukisan Mereka Dibanderol Rp 78 Juta, Intip Karyanya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seekor simpanse jago dalam melukis, hasil karyanya dipajang di pameran dan berhasil dijual dengan harga yang tak murah.

Selain itu, kurator galeri Karen Bystedt juga hadir dalam pameran tersebut.

Mereka tampak kagum atas apa yang dilakukan kera raksasa itu.

Selama bertahun-tahun, Cumming selaku pelatih simpanse itu mengatakan dia merasakan "hubungan pribadi" dengan kera.

Sekarang, karya seniĀ  yang dihasilkan oleh simpanse yang bernama Tonka tersebut dijual di galeri mewah mereka sendiri.

Harga jualnya pun mencapai ratusan dollar.

Baca juga: Jelang Pernikahan Kaesang dan Erina, Iriana Jokowi Sudah Test Food, Ini Bocoran Hidangannya

simpanse (ATV via Daily Star)

Dikutip dari Kompas.com, DNA manusia sangat mirip dengan simpanse.

Meski dmeikian, manusia dan simpanse memiliki perbedaan yang mendasar.

Dalam istilah evolusioner, manusia masih memiliki kerabat dekat yang masih hidup.

Dilansir dari Science Daily, para peneliti di Lund University di Swedia, telah menemukan bagian DNA manusia yang sebelumnya diabaikan, yang disebut sebagai DNA non-kode.

Bagian DNA yang terabaikan ini, tampaknya berkontribusi pada perbedaan yang terlepas dari semua kesamaan manusia.

Ini pun dapat menjelaskan mengapa otak manusia bekerja secara berbeda.

Studi baru yang telah dipublikasikan di jurnal Cell Stem Cell, para peneliti melakukan penelitian terhadap sel punca di Lund University.

Mereka memeriksa apa yang ada di dalam DNA manusia, yang membuat otak manusia dan simpanse menjadi berbeda.

Dari studi ini pun, mereka telah menemukan jawaban dari mengapa otak manusia dan simpanse berbeda.

Baca juga: NASIB Penghina Dewi Perssik di Ujung Tanduk, Sudah Sujud Ucap Maaf, Ibunda Depe: Saya Istighfar Dulu

Seekor simpanse jago dalam melukis, hasil karyanya dipajang di pameran dan berhasil dijual dengan harga yang tak murah (NYPost)

"Daripada mempelajari kehidupan manusia dan simpanse, kami menggunakan sel punca yang ditanam di laboratorium. Sel punca diprogram ulang dari sel kulit oleh mitra kami di Jerman, AS (Amerika Serikat), dan Jepang. Kemudian kami memeriksa sel punca yang telah kami kembangkan menjadi sel otak," jelas Johan Jakobsson, profesor ilmu saraf di Lund University.

Halaman
1234