Didi merasa beruntung bahwa anggota keluarganya di Jakarta tidak ada yang menjadi korban Covid.
Ia mengaku lega bisa mengunjungi neneknya, Sumidah, yang sudah berusia 86 tahun di Purbalingga, Jawa Tengah, pada lebaran tahun ini.
Monalisa Hainsworth juga merasa senang bisa mengunjungi Indonesia lagi untuk merayakan Lebaran meski pada awalnya dia tidak berencana untuk berkunjung saat sekarang ini.
"Seminggu sebelumnya saya memutuskan untuk pulang setelah saya mendapat izin cuti sebulan dari tempat kerja saya," kata Monalisa.
"Ini adalah untuk pertama kalinya saya merasakan Idul Fitri bersama orang tua dan keluarga besar saya dalam 10 tahun terakhir," kata Monalisa yang biasanya pulang tak bertepatan dengan lebaran.
'Laut tenang di antara gelombang'
Presiden Joko Widodo memperbolehkan mudik tahun ini setelah kasus Covid menurun tajam selama beberapa pekan terakhir.
Selama sepekan terakhir, kasus baru di Indonesia berkisar antar 100 sampai 600 per hari, dengan jumlah kematian berkisar antara 20 sampai 40 orang.
Tanggal 5 Mei tercatat adanya 250 kasus baru dan 19 kematian.
Ini sangat berbeda jauh dengan angka kasus di bulan Februari di tengah puncak gelombang varian Omicron di mana angka kasus satu satu hari bisa mencapai 64.700, yang bahkan melebihi jumlah kasus semasa gelombang Delta tahun 2021.
Hampir 80 persen dari jumlah target populasi 208 juta warga Indonesia sudah mendapatkan dua dosis vaksin.
Riris Andono Ahmad, epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, menggambarkan situasi di Indonesia saat ini seperti "laut yang tenang di antara gelombang."
"Sepanjang virus ini masih menyebar di seluruh dunia, maka kemungkinan munculnya varian baru tetap ada," kata Dr Andono Ahmad.
"Indonesia baru saja mengalami gelombang besar kasus Omicron, yang bahkan lebih buruk dibandingkan Delta dalam jumlah kasus."
"Tingkat vaksinasi dua dosis sudah cukup tinggi, jadi secara keseluruhan sudah terbentuk pertahanan yang cukup bagus untuk beberapa bulan mendatang."