Saat beranjak dewasa, Fitri pun sempat mencoba pengalaman menjadi pegawai bank.
Ia mengaku mencuri banyak sekali ilmu selama berkerja.
"Sampai aku putusin kayakanya aku kalau belajar manajemen hanya di sekolah gak masuk, karena aku males belajar, akhirnya aku kerja di salah satu bank.
Jadi aku dari pagi sampai jam 5 kerja, tapi jam 5 sampai 11 malam aku kerja untuk pribadi," beber Fitri.
"Dulu salah satu nasabah aku jualannya cuma plastik doang tapi uangnya banyak, dari situ aku belajar kalau sebetulnya pekerjaan apapun kalau kita tekun itu bisa menjadi sesuatu," tambahnya.
4. Bisnis bersama kakak
Fitri pun memulai bisnisnya bersama sang kakak setelah bank tempatnya bekerja dilikuidasi.
Ia membangun perusahaan yang mengerjakan tender berbagai project.
Fitri dan sang kakak pun pernah memberanikan diri memasukkan perusahan mereka menjadi partner salah satu perusahaan asing yang bergerak di bidang pembangkit listrik Jawa dan Bali.
"Padahal aku sama abang aku tidak punya basic pendidikan di bidang itu, tapi aku selalu punya obrolan sama abang aku, kita gak perlu jadi pilot untuk bisa sampai ke negara mana atau tempat mana pun.
Nah baca gambar aku gak bisa, geologi apalagi, akhirnya kita cari tenaga kerja lulusan pendidikan ini ini ini.
Akhirnya aku yang gak sekolah tinggi-tinggi amat sama abang aku bisa menggaji para insinyur," ungkap Fitri.
5. Bangun telekomunikasi Bali - NTT
"Aku tuh orangnya gak bisa diam di satu bidang, akhirnya aku ke kota.
Waktu itu booming zamannya telepon, zamannya bikin-bikin menara telekomunikasi, aku penasaran nih," kata Fitri.
Kendati kerap diremehkan karena statusnya sebagai perempuan, Fitri tak pernah patah semangat.