Saya ikuti WA ini dengan miris. Tidak bisa membantu selain berdoa.
Jika para orang tua tahu sejak lama soal kebijakan usia jadi indikator penentu mungkin mereka sudah antisipasi daftar dulu di sekolah swasta.
Kini banyak sekolah swasta telah selesai tes," tulis Liliana Muliastuti.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta itu turut menceritakan curahan hati orangtua siswa yang menyebut anaknya menangis hingga tak mau makan karena sistem PPDB.
"'Anak saya sudah sejak pagi menangis. Dia menyesal kenapa usianya lebih muda.
Nilainya bagus tetapi sekarang merasa tidak diapresiasi. Dia tidak mau makan sejak pagi,' masuk lagi WA dari satu ibu.
Sungguh, bagaimana pun ini pelajaran berharga. Semua kebijakan harus dilihat secara makro. Tidak disimplifikasi.
Sabar ya kawan-kawan. Semoga ananda bisa masuk jalur prestasi.
Semogaaaaa meskipun masih ada berita , jalur prestasi pun usia berbobot tinggi," tulis Liliana Muliastuti.
Kepada TribunJakarta.com Liliana Muliastuti menjelaskan anaknya tak mengalami hal serupa.
Pasalnya Liliana Muliastuti sedari awal sudah mendaftarkan sang anak ke salah satu sekolah swasta di Jakarta.
"Yang alami bukan saya ya. Saya menggambarkan saja suasana hati para ibu yang anaknya belum dapat sekolah," ucap Liliana Muliastuti.
Terkait permasalahan sistem seleksi PPDB , Kepala Disdik DKI Jakarta Nahdiana menjelaskan, seleksi usia diberlakukan agar anak-anak dari seluruh lapisan masyarat bisa mendapat fasilitas pendidikan yang setara.
“Berdasarkan evaluasi dan kajian pelaksanaan PPDB, penggunaan usia sebagai kriteria seleksi dapat mengakomodir calon peserta didik baru dari seluruh lapisan masyarakat,” ucapnya, Jumat (26/6/2020).