Akan tetapi Jokowi tidak menyebut nama pasien, dan menggantinya dengan angka yakni pasien 01 dan 02.
Tyasutami lalu bertanya ke perawat, apakah rumah sakit merawat pasien virus corona lainnya. Perawat menjawab, "Tidak."
• Benarkah Virus Corona Bisa Menular Lewat Hubungan Suami Istri? Ini Penjelasan dari Para Ahli
"Saya bingung, saya marah, saya sedih," kata Tyasutami kepada BBC. "Saya tidak tahu harus berbuat apa karena itu semua di media."
Sebelum diagnosis, Tyasutami menjalani hari-harinya sebagai penari profesional, manajer seni pertunjukan, saudara perempuan, anak perempuan, dan seorang teman.
Namun setelah diagnosis, identitasnya direduksi menjadi hanya dua kata: pasien 01. Catatan medisnya bocor, rincian kasusnya salah dilaporkan, dan gosip marak beredar secara online.
Gejalanya bermula dengan tenggorokan gatal. Tyasutami awalnya menghiraukan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, menurutnya.
Kemudian 17 Februari pagi, dia terbangun dengan gejala yang lebih dari sekadar penyakit ringan.
Ibunya, Darmaningsih, seorang ahli tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), jatuh sakit akhir minggu itu. Kondisinya memburuk setelah pertunjukan tari pada 23 Februari.
Mereka lalu memeriksakan diri di rumah sakit Depok.
Dokter awalnya mendiagnosis Darmaningsih dengan tifus, dan Tyasutami dengan bronkopneumonia.
"Kami meminta dites Covid-19, tetapi ditolak karena saat itu rumah sakit tidak memiliki fasilitas yang tepat," kata Tyasutami.
Lalu pada 27 Februari mereka dirawat di rumah sakit, dan masih belum mengetahui adanya patogen yang menyerang sel mereka.
Sekitar 24 jam kemudian seorang teman Tyasutami memberitahunya, bahwa dia menghadiri pentas tari yang sama dengan seorang wanit Jepang yang positif Covid-19.
Tyasutami tidak mengenal wanita Jepang itu, tetapi memahami betapa berat diagnosisnya.
"Itu sebabnya saya bersikeras sekali lagi ke dokter untuk dites," kata Tyasutami.