TRIBUNSTYLE.COM - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un dikabarkan sakit. Profesor Yang Moo Jin menyebut Korea Utara bakal ditutup bila Kim Jong Un alami hal terburuk.
Baru-baru ini kabar terkait sakitnya pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un terus menjadi perhatian publik.
Dilansir dari Daily NK, Kim Jong Un disebut-sebut baru saja menjalani operasi jantung pada (12/4/2020).
Daily NK merupakan media online yang berlokasi di Korea Selatan dan berfokus pada isu-isu di Korea Utara.
Kini Kim Jong Un dikabarkan tengah menjalani masa pemulihan di sebuah vila di dekat Rumah Sakit Hyangsan.
Pemerintah Korea Utara pun belum memberikan keterangan resmi terkait hal tersebut.
Dikutip TribunStyle dari South China Morning Post pada Selasa (21/4/2020), Profesor Yang Moo-jin di Universitas Studi Korea Utara menyebut bila Korea Utara bakal ditutup bila hal buruk menimpa Kim Jong Un.
• Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Dikabarkan Sakit Jantung, Merokok dan Obesitas Diduga Jadi Penyebab
• Jejak Kekejaman Kim Jong Un, Tembak Mati Pasien Virus Corona Hingga Eksekusi Menteri Ketiduran
Profesor Yang juga ragu akan ada orang terdekat yang berani mengabarkan kondisi Kim Jong Un.
"Sangat tidak mungkin bahwa tenaga medis atau orang lain di sekitar Kim Jong-un akan berani berbicara tentang kondisi kesehatannya dalam keadaan apa pun," ungkap Yang.
Ia juga menganggap wajar bila lockdown di Korea Utara memiliki tujuan lain.
"Masuk akal juga bahwa lockdown Korea Utara adalah untuk mencegah penyebaran virus dan Kim di masa lalu muncul kembali setelah menghilang dari mata publik," imbuhnya.
Lebih lanjut, bila Kim Jong Un berada dalam kondisi terburuk, Yang menyebut Korea Utara akan ditutup.
Para warga asing yang berada di Pyongyang pun akan mendapat pengawasan ketat.
"Jika sesuatu yang sangat buruk terjadi pada Kim, Korea Utara akan menutup perbatasannya dan para diplomat dan wartawan asing di Pyongyang akan diawasi dengan ketat, tetapi kami tidak melihat satu pun dari gerakan semacam itu," jelas Yang.
Tak hanya itu, Profesir Koh Yu-hwan dari Universitas Dongguk mengatakan bila saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo-jong bisa saja menjadi pengganti.
• Sering Batasi Kebebasan, Kim Jong Un Kini Izinkan Warga Korut Mencari Jodoh Lewat Aplikasi Tinder
• Kontras, Diduga Kim Jong Un Saat Kecil, Dikenal Sosok Lucu & Pernah Bawa Majalah Dewasa ke Sekolah
"Yo-jong telah dijunjung tinggi oleh elit kekuasaan partai militer [sebagai calon penerus]," kata Koh.
“Ini adalah masyarakat yang sangat terkendali tanpa gerakan sosial atau kelompok sipil yang nyata dan kekosongan kekuasaan akan terisi dengan cepat di dalam kelas penguasa.
Tetapi elit militer atau badan intelijen dapat mengambil keuntungan dari insiden semacam itu untuk mencoba merebut kekuasaan," terang Koh.
Sebagai informasi, kabar kesehatan Kim Jong Un pun menjadi perhatian setelah pemimpin Korea Utara itu melewatkan upacara untuk menghormati kakeknya, Kim Il Sung pada (15/4/2020).
Namun beberapa pengamat mengatakan bahwa ketidakhadiran Kim Jong Un adalah karena kekhawatiran akan pandemi COVID-19. (TribunStyle.com/Febriana)
Jejak Kekejaman Kim Jong Un, Tembak Mati Pasien Virus Corona Hingga Eksekusi Menteri Ketiduran
Kim Jong Un dikenal sebagai pemimpin yang diktator dan sering mengeluarkan kebijakan aneh untuk rakyatnya.
Pemimpin Korea Utara ini juga dikenal keras dan memiliki perlakuan yang sadis terhadap anak buahnya.
Beberapa waktu yang lalu, Kim Jong Un pernah memerintahkan menembak mati seorang yang diduga positif virus corona.
Hal ini dikarenakan, pasien tersebut justru pergi ke tempat umum padahal sedang menjalani karantina.
Lalu ada juga seorang jenderal yang dituduh melakukan kudeta.
• Kisah Diktator Kejam yang Pernah Cungkil Mata hingga Siksa Ribuan Orang, Kim Jong Un Belum Apa-apa!
• Kontras, Diduga Kim Jong Un Saat Kecil, Dikenal Sosok Lucu & Pernah Bawa Majalah Dewasa ke Sekolah
Oleh karenanya, Kim Jong Un dilaporkan melemparkannya ke dalam tangki berisi ratusan piranha.
Kabarnya, sebelum dimasukkan dalam tong berisi ikan ganas itu, lengan sang jenderal dipotong terlebih dahulu.
Ternyata kekejaman Kim Jong Un belum seberapa.
Pada tahun 2013 silam, Kim Jong Un mengeksekusi mati Chang Song Thaek yang merupakan suami dari bibinya sendiri, Kim Kyong Hui.
Padahal Kim Kyong Hui merupakan anak dari pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, dan adik dari mendiang ayah Kim dan sekaligus pemimpin kedua, Kim Jong Il.
Alasan eksekusi mati ini karena Chang Song Thaek mengaku ingin melakukan pengkhianatan.
Nah, pada tahun 2015 giliran seorang menteri Korea Utara yang dikabarkan dihukum mati oleh Kim Jong Un.
Jika sebelumnya beberapa kasus dikarenakan pengkhianatan, rencana kudeta, atau takutnya wabah virus corona menyebar, kali ini hanya karena tertidur.
Menteri yang sial tersebut adalah Menteri Pertahanan Korea Utara Hyon Yong Chol.
Dilansir dari kompas.com, Hyon Yong Chol yang saat itu berusia 66 tahun didakwa melakukan pengkhianatan setelah menunjukkan "rasa tidak hormat" kepada Kim Jong Un dalam sebuah acara militer.
Disebutkan bahwa Hyon Yong Chol tertidur dalam sebuah acara resmi yang dihadiri Kim Jong Un.
Kabar ini disampaikan Dinas Intelijen Korea Selatan (NIS) kepada para politisi dalam sebuah rapat di parlemen.
NIS mengatakan, eksekusi terhadap Hyon Yong Chol disaksikan ratusan pejabat tinggi militer pada akhir April lalu.
Eksekusi hukuman mati itu dilakukan di sebuah lapangan di pusat pelatihan militer Kanggon, sebelah utara Pyongyang.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengabarkan, Yong Chol dieksekusi dengan cara ditembak menggunakan senjata anti-serangan udara.
Sementara itu, Komite HAM untuk Korea Utara (HRNK) yang berbasis di AS meyakini, eksekusi terhadap Yong Chol menggunakan enam senjata anti-serangan udara, ZPU-4.
Senjata itu, kata HRNK, merupakan senjata yang sangat kuat yang memiliki jangkauan hingga 8.000 meter.
Namun, untuk keperluan eksekusi itu, senjata tersebut hanya ditembakkan dari jarak 30 meter.
HRNK bahkan memublikasikan sejumlah citra satelit yang diklaim menunjukkan area tempat para pejabat tinggi Korea Utara menyaksikan eksekusi itu.
Hyon Yong Chol, yang belum genap setahun menduduki jabatannya itu, juga diyakini pernah menyuarakan keluhan terhadap Kim Jong Un, dan beberapa kali mengabaikan perintah sang pemimpin.
Dia ditahan pada akhir April dan dieksekusi hanya tiga hari setelah penangkapannya, tanpa melalui proses hukum, menurut keterangan NIS.
Kabar ini muncul setelah NIS pada bulan lalu menyebut Kim Jong Un memerintahkan eksekusi mati terhadap 15 pejabat tinggi pada tahun ini sebagai ganjaran karena telah menentang kekuasaannya.
Kantor berita Yonhap, mengutip keterangan NIS, menyebut setidaknya 70 pejabat tinggi Korea Utara sudah dieksekusi sejak Kim Jong Un berkuasa pada 2011.(*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Grid.id dengan judul Hanya Karena Tertidur dalam Acara yang Dipimpinnya, Kim Jong Un Tembak Mati Menteri Pertahanannya, Ditembak Pakai 6 Senjata Anti-Serangan Udara!