3. Tolak dwifungsi Polri

4. Selesaikan masalah Papua dengan pendekatan kemanusiaan

5. Hentikan Operasi Korporasi yang merampok dan merusak sumber-sumber agraria, menjadi predator bagi kehidupan rakyat. Termasuk mencemari Udara dan Air sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa. Seperti Halnya Kebakaran Hutan yang saat ini terjadi di Sumatera dan Kalimantan serta Pidanakan semua pihak yang terlibat."

Donasi yang dibutuhkan oleh Ananda untuk mendukung para mahasiswa ini adalah sebesar Rp 50 juta.

Hingga berita ini ditulis, dana yang terkumpul sebesar lebih dari Rp 175 juta, jauh melebihi target yang diharapkan.

Ananda Badudu ternyata adalah cucu ke-7 dari JS Badudu, ahli Bahasa Indonesia terkemuka di tanah air seperti yang dikutip dari Kompas.com. 

Dikutip dari salah satu unggahan di instagram @anandabadudu, JS Badudu telah menelurkan karya-karya besar seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994), Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1972), Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993), Membina Bahasa Indonesia Baku (1980), revisi kamus Sutan Muhammad Zain: Kamus Kata-kata Serapan Asing (2003) dan Kamus Peribahasa (2008).

Kakek Ananda Badudu ini juga orang pertama yang memperoleh gelar guru besar dari Fakultas Sastra Unpad pada tahun 1985 silam di usianya yang ke-59 tahun.

Tiga tanda kehormatan juga dikaruniakan kepada JS Badudu atas sumbangsih dan pengabdiannya di bidang bahasa, yaitu Satyalencana Karya Satya (1987), Bintang Mahaputera Nararya (2001), dan Anugerah Sewaka Winayaroha (2007).

JS Badudu meninggal dunia pada Sabtu 12 Maret 2016 lalu setelah berjuang melawan komplikasi penyakit yang dideritanya.

Ia meninggalkan 9 anak, 23 cucu dan 2 cicit termasuk Ananda Badudu yang merupakan cucu ketujuh. (TribunStyle/Vega Dhini Lestari)