Namun, demi anaknya, mereka tak menampakkan kekhawatiran itu di hadapan Herayati.
"Pas Hera bilang mau ke ITB, orangtua sebenarnya khawatir tapi enggak pernah bilang 'jangan;. Jadi mungkin khawatirnya dipendam," kata Herayati.
"Bahkan, orangtua saya bilang, 'masalah biaya urusan belakangan yang penting masuk dulu," sambungnya.
Selain itu, tetangga Herayati juga turut meyakinkan kedua orangtuanya.
"Orangtua dibilang sama tetangga, 'Sudah pak, Hera mah dikuliahin saja'," ceritanya.
• UNS Beri Gelar Sarjana & Bebaskan Biaya Mahasiswi yang Tewas Tertabrak Truk saat Akan Sidang Skripsi
• Dipaksa Menghibur Aparatur Desa Saat Pesta Miras, Sejumlah Mahasiswi KKN Melapor Polisi
6. Pernah gagal masuk ITB
Hera memang lulus dari ITB dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,8. Namun, bukan berarti tanpa kegagalan.
Hera mengaku pernah gagal masuk ITB di seleksi pertama lewat jalur undangan.
Tidak patah semangat, Hera mengikuti seleksi berikutnya lewat tes tertulis dan lolos di Teknik Kimia.
7. Cari uang tambahan
Pada awal tahun kuliahnya, Hera mendapat sejumlah beasiswa, di antaranya dari program bidik misi dan bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon.
Namun, beasiswa tersebut terkadang masih kurang untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Sementara, mengandalkan kiriman dari orangtuanya juga mustahil. Ayah Hera bekerja sebagai pengayuh becak, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga.
"Akhirnya saya cari tambahan, mulai dari jadi asisten dosen, hingga ngajar bimbel," kata dia.
8. Sempat diminta jadi dosen di Untirta