HUT Kemerdekaan RI
Khutbah Jumat HUT RI ke-80: Kemerdekaan dan Kehormatan Simbol Bangsa
Berikut ini khutbah Jumat HUT RI ke-80: membahas kemerdekaan dan kehormatan sebagai simbol bangsa serta tanggung jawab menjaga keduanya
Editor: Tim TribunStyle
Ulama seperti Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh menegaskan, bahwa segala sesuatu yang berpotensi menimbulkan fitnah, memecah persatuan, atau merendahkan kehormatan umat, hendaknya dihindari, meskipun niat awalnya bukan untuk merendahkan. Karena dalam kaidah fikih disebutkan:
الدَّرْءُ أَوْلَى مِنَ الرفع.
"Mencegah (kemudaratan) lebih diutamakan daripada menghilangkannya setelah terjadi."
Maka, walau maksudnya hanya bercanda atau ikut tren, jika hal itu menimbulkan polemik, mengundang perpecahan, atau membuat orang lupa pada jati diri bangsa, sebaiknya kita tinggalkan. Ingatlah, kemerdekaan yang kita miliki bukan hanya warisan, tetapi amanah. Jangan sampai amanah itu ternodai hanya karena kita lalai menjaga simbol persatuannya.
Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Menghormati simbol kebangsaan adalah bentuk syukur. Allah berfirman:
وإذ تأذنَ رَبُّكُمْ لمن شكرتم لأزيدنكم.
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu...." (QS. Ibrahim [14] 7)
Syukur itu bukan sekadar ucapan, tetapi diwujudkan dalam sikap dan tindakan. Salah satu bentuknya adalah menghormati perjuangan para pahlawan yang gugur demi tegaknya merah putih di tiang kemerdekaan. Mereka tidak mengorbankan nyawa demi digantinya simbol itu dengan sesuatu yang tidak mencerminkan perjuangan.
Imam An-Nawawi rahimahullah pernah berkata dalam Al-Majmu’: "Mengagungkan syiar-syiar kaum muslimin, termasuk yang menjadi tanda persatuan dan kemuliaan mereka, adalah bagian dari ibadah yang dianjurkan." Jika ulama memandang demikian untuk syiar Islam, maka secara adat dan kenegaraan, simbol-simbol persatuan bangsa kita pun memiliki maqam yang serupa dalam ranah muamalah, selama tidak bertentangan dengan syariat.
Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Kita hidup di era global, di mana budaya asing dengan mudah masuk melalui hiburan, teknologi, dan media sosial. Tidak salah mengambil manfaat atau hiburan dari luar, selama tidak merusak prinsip dan jati diri kita. Namun yang patut kita waspadai adalah ketika hiburan menggerus rasa hormat kepada identitas sendiri. Jika simbol persatuan mulai dianggap remeh, maka pintu perpecahan akan terbuka, dan itu adalah awal dari kemunduran.
Para leluhur kita dalam adat sering berpesan: "Negeri akan tegak jika adat, agama, dan simbolnya tegak; negeri akan runtuh jika adat, agama, dan simbolnya dihinakan." Petuah ini sejalan dengan firman Allah:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ.
"Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin." (QS. Ali Imran [3]: 139).
Ketinggian derajat itu salah satunya dijaga dengan tetap memuliakan identitas kita di hadapan dunia. Kita boleh belajar, berteman, dan bekerja sama dengan bangsa lain, tetapi jangan sampai jati diri kita larut dan hilang.
Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Kemerdekaan bukan hanya soal politik dan ekonomi, tetapi juga kemerdekaan jiwa dari penjajahan budaya yang melemahkan. Penjajahan modern tidak selalu datang dengan senjata, tetapi bisa datang dengan mengaburkan identitas dan mengubah cara pandang generasi muda terhadap simbol kebangsaannya.
Potret Yuni Shara Pimpin Upacara HUT Ke-80 RI di Sekolah PAUD Miliknya, Penampilan Curi Perhatian |
![]() |
---|
Gaya Kompak Keluarga Arumi Bachsin Pakai Baju Adat di HUT RI, Menang Best Costume Hadiahnya Kambing |
![]() |
---|
Potret Mayangsari Hadiri Upacara HUT Ke-80 RI di Istana, Pamer Kebersamaan dengan Keluarga Cendana |
![]() |
---|
Pesona Titiek Soeharto Hadiri Upacara HUT Ke-80 RI di Istana, Pakai Busana Adat Lampung Pepadun |
![]() |
---|
Isi Souvenir Tamu Undangan Upacara HUT ke-80 RI, Ada Topi hingga Buku Presiden Prabowo Subianto |
![]() |
---|