Breaking News:

Palestina vs Israel

Negara Adidaya-Super Power AS & Inggris Babak Belur Tak Mampu Habisi Houthi di Laut Merah Yaman

Katanya militer Super-Power, kenapa Amerika Serikat Cs tak mampu libas Houthi yang gentayangan di Laut Merah?

Editor: Dhimas Yanuar
tangkapan layar Twitter/@GlobeEyeNews
Diluncurkan dari daerah yang dikuasai Houthi, sebuah rudal menghantam kapal tanker komersial. 

TRIBUNSTYLE.COM - Katanya sih negara adidaya dan Super Power. Amerika Serikat (AS) dan sekutunya seharusnya bisa dengan cepat melumpuhkan Houthi.

Namun ternyata tak semudah itu, Houthi Yaman memiliki kemampuan tajam dalam membajak kapal kargo yang lewat di Laut Merah.

Berarti Amerika Serikat dan Inggris punya masalah dan hingga kini belum bisa menghancurkan perlawanan kelompok Ansarallah (Houthi) Yaman.

Rudal AS menyerang sasaran di Yaman terkait dengan Milisi Houthi. Serangan yang dipimpin Amerika Serikat ini terjadi sebagai respons terhadap lebih dari dua lusin serangan drone dan rudal Houthi terhadap kapal komersial menuju Israel di Laut Merah sejak perang Israel-Hamas dimulai.
Rudal AS menyerang sasaran di Yaman terkait dengan Milisi Houthi. Serangan yang dipimpin Amerika Serikat ini terjadi sebagai respons terhadap lebih dari dua lusin serangan drone dan rudal Houthi terhadap kapal komersial menuju Israel di Laut Merah sejak perang Israel-Hamas dimulai. (ISTIMEWA)

Dalam hal kekuatan militer, AS Cs terhitung super-power dalam melibas Houthi yang memblokade jalur maritim di Laut Merah sebagai aksi dukungannya terhadap perlawanan milisi pembebasan Palestina, Hamas melawan agresi militer Israel.

Namun pada kenyataannya, sejauh ini AS belum mampu secara steril mengamankan jalur perdagangan Laut Merah.

Rudal-rudal Houthi terus mengganggu rute pengiriman dan rantai pasokan global, yang diklaim hanya menyasar entitas Israel, kapal dari dan menuju pelabuhan negara pendudukan tersebut.

Baca juga: Warganet Syok Lihat Bajak Laut Ganteng Yaman, Naik Kapal Kargo yang Disandera di Laut Merah

Terbaru, Houthi bahkan memperluas cakupan serangannya ke kapal-kapal perang AS dan Inggris sebagai respons gempuran dua militer negara adidaya tersebut ke wilayah Yaman.

Terbaru, dalam pertempuran selama dua jam, Houthi bahkan menyebut rudalnya sukses menghantam kapal destroyer AS.

"Amerika menyadari bahwa hanya ada sedikit pilihan yang apik untuk menghentikan Houthi. Serangan berulang kali yang dilakukan pasukan AS dan Inggris – termasuk menenggelamkan beberapa kapal Houthi – tampaknya tidak menghalangi gerakan Houthi, kelompok pemberontak Syiah di Yaman, salah satu negara termiskin di dunia yang dilanda perang," tulis ulasan Insider soal kesulitan AS menghentikan aksi Houthi, dikutip Kamis (25/1/2024).

Tiga Keunggulan Houthi

Anggota Houthi berpatroli di Laut Merah dan menunjukkan solidaritasnya terhadap warga Gaza, 4 Januari 2024. Serangan AS terhadap Houthi kebanyakan mengalami kegagalan.
Anggota Houthi berpatroli di Laut Merah dan menunjukkan solidaritasnya terhadap warga Gaza, 4 Januari 2024. Serangan AS terhadap Houthi kebanyakan mengalami kegagalan. (AFP)

Ulasan itu menelaah sejumlah hal yang membuat Houthi bisa menghadapi kekuatan besar militer AS.

"Houthi bukanlah kekuatan militer yang besar, namun mereka tidak perlu menjadi besar (untuk bikin susah AS). Mereka menikmati tiga keuntungan yang memperbesar kemampuan mereka untuk menciptakan kekacauan dan menyulitkan Barat untuk menghentikannya," tulis ulasan tersebut.

Pertama, faktor geografis.

Jalan pintas terbaik bagi kapal yang melakukan perjalanan antara Eropa atau pantai timur Amerika menuju India dan Asia Timur adalah Terusan Suez di Mesir, yang menghubungkan Laut Mediterania dan Samudera Hindia.

Itu sebabnya banyak negara berjuang mati-matian untuk menguasai jalur air ini pada Perang Dunia Pertama dan Kedua.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
PalestinaAmerika SerikatInggrisIsraelHouthiYaman
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved