Breaking News:

Berita Viral

Penjual Pempek Baik Hati Bang Jabo, Gratiskan untuk Anak Yatim, Pernah Rasakan Kelam Kehidupan

Seorang penjual pempek yang begitu ikhlas memberikan dagangannya secara gratis untuk orang yang kesusahan tengah viral di media sosial.

Editor: Dhimas Yanuar
ISTIMEWA
Seorang penjual pempek yang begitu ikhlas memberikan dagangannya secara gratis untuk orang yang kesusahan tengah viral di media sosial. 

TRIBUNSTYLE.COM - Ini dia sosok baik hati pedagang Pempek yang viral di media sosial.

Dia pun ikhlas memberi Pempek gratis untuk orang-orang yang kesusahan. Sosok penjual pempek itu yaitu bernama Bang Jabo.

Diketahui, Bang Jabo sehari-hari berjualan di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Seorang penjual pempek yang begitu ikhlas memberikan dagangannya secara gratis untuk orang yang kesusahan tengah viral di media sosial.
Seorang penjual pempek yang begitu ikhlas memberikan dagangannya secara gratis untuk orang yang kesusahan tengah viral di media sosial. (Tribun Jakarta)

Pria bernama asli Asmo Priambodo Hermawan Trimurti Yoso alias Wawan ini jualan pempek menggunakan gerobak.

Setiap hari dirinya selalu menggratiskan dagangannya untuk anak yatim dan kaum dhuafa.

Hal itu terlihatdi kertas yang ditempel di gerobaknya yang bertuliskan"GRATIS SETIAP HARI UNTUK ANAK YATIM PIATU DAN DHUAFA".

Kini terungkap alasan Bang Jabo menggratiskan pempek bagi mereka.

Baca juga: PENAMPAKAN Pempek Palembang di Mangga Besar Dibanderol Rp 119 Ribu, Lenjer Rp 31 Ribu Per Butir

Hal itu lantaran dirinya pernah merasakan betapa susahnya untuk makan saat di jalanan.

Bang Jabo tidak memikirkan hidupnya yang serba berkecukupan untuk membatasi dirinya berbagai kepada orang lain.

"Dari dulu kan saya juga susah makan, susah minum. Sampai ngorek-ngorek comberan. Sampai nyolong-nyolong," kata dia, saat ditemui di rumahnya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dikutip dari Tribun Jakarta

Umurnya yang sudah dewasa, Bang Jabo ingin mencari uang sendiri lantaran tidak ingin merepotkan orangtuanya.

Ia juga ingin memberikan contoh kepada adik-adiknya jika sudah dwwasa harus mencari uang sendiri.

Pria kelahiran 31 Maret 1981 ini mengaku sempat melamar pekerjaan berbekal ijazah SMA, akan tetapi tidak kunjung dapat.

Namun, hal itu tidak membuatnya putus asa untuk mendapatkan pekerjaan.

Sampai suatu ketiga ijazah SD sampai SMA hilang karena banjir, dan akhirya ia memutuskan untuk turun ke jalan.

"Dengan seperti itu, kan saya berpikir bagaimana saya mau lamar kerja, otomatis saya cari kerja sendiri dengan kemampuan dan kebisaan yang saya punya," tuturnya.

"Akhirnya saya turun ke jalanan untuk mengekspresikan apa yang saya bisa, saya mampu.

Daripada saya bengong, nganggur, nebeng sama orang tua malu, saya cari uang sendiri," sambung dia.

Dulu, Bang Jabo sempat berpindah-pindah sekolah sejak SD sampai SMA karena pekerjaan orang tua.

Mulai dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta hingga kembali ke ibukota.

Almarhum ayahnya adalah wiraswasta, sedangkan sang ibu pernah bekerja di apotek.

"Waktu sekolah di Jogja dulu, saya sempat kecelakaan, mati suri. Sudah dikubur 40 hari, alhamdulillah Allah masih sayang, masih cinta sama saya.

Saya dikasih kehidupan kembali biar bisa hidup dan berbakti kepada orang tua sampai sekarang," ucapnya.

Selama di jalanan, apapun Bang Jabo lakukan untuk bisa bertahan hidup.

"Sampai akhirnya saya terjerumus ke dunia hitam, kelam, hidup enggak jelas. Sampai saya jadi biang kerok, seram, momok masyarakat," tutur dia.

"Waktu masih ada keributan dulu di Kebayoran Lama, waktu Madura sama Betawi pada bunuh-bunuhan, itu saya sampai masuk TV, saya sampai malu. Kalau nengok ke belakang sedih saya," lanjutnya.

Sampai akhirnya, pada 2018 Bang Jabo bertemu dengan seseorang yang disebutnya Pak Panji.

Pak Panji awalnya menanyakan ke dirinya apakah tidak bosan hidup yang tidak jelas di jalanan.

"Waktu itu saya lagi nongkrong di bawah kolong jembatan, bingung mau ke mana, mana lapar, haus, hujan pula.

Enggak bisa ke mana-mana, tiba-tiba ada Pak Panji habis belanja sesuatu," kata Bang Jabo.

Bang Jabo pun ditawari pak Panji untuk berjualan pempek.

Tak butuh lama, dirinya menerima tawaran tersebut.

"Saya diajak ke tempat beliau, ternyata punya pabrik pempek. Dia menawarkan ke saya 'mau enggak jadi pedagang pempek?', 'Ya mau banget, siapa yang enggak mau'," kata saya waktu itu," ucap dia.

Ia pun merasa heran mengapa Pak Panji menerimanya sebagai pedagang pempek.

"Saya tanya ke beliau 'bapak enggak takut sama saya?' 'Enggak' kata dia.

Saya tanya lagi, 'kalau saya jual (gerobak) bagaimana pak Panji?' Dia bilang 'jual saja, memang situ mau balik lagi seperti dulu?'," kata Bang Jabo.

Setelah belajar di sana selama beberapa hari, ia akhirnya berjualan pempek.

Gerobak beserta isinya yang sudah lengkap diberikan Pak Panji.

Setiap hari, Bang Jabo berkeliling berjualan pempek seharga Rp2.000 per buah.

Ia hanya mendapat untung Rp 700 perak dari setiap pempek yang dijualnya.

Kertas yang bertuliskan menggratiskan pempek bagi anak yatim piatu dan dhuafa mulai ditempel Bang Jabo sejak tiga tahun lalu.

Diketahui, Bang Jabo setiap harinya berkeliling jualan pempek seharga Rp 2.000 per buah.

Bang Jabo hanya mendapatkan untuk Rp 700 perak dari setiap pempek yang dijualnya.

Sejak tiga tahun lalu, kertas yang bertuliskan menggratiskan pempek bagi anak yatim piatu dan dhuafa sudah ditempelnya.

Pak Panji sendiri pun tidak tahu adanya kertas dengan tulisan itu digerobak yang diberikan untuk Bang Jabo.

"Ini sudah menempel di gerobak saya dari 3 tahun lalu. Dan mereka semua yang ada di pabrik pempek enggak tahu kalau saya tempel ini," ujar dia.

"Karena kan gerobaknya saya bawa balik ke rumah, (gerobak) yang lain pada di sana. Ya saya minta izin sama Pak Panji. Karena ibu saya juga sakit, saya mau urus ibu saya. Alhamdulillah dikasih (izin) sama beliau," sambungnya.

Adapun nama Jabo sendiri merupakan singkatan dari "jarang bohong".

"(Nama itu) dari anak-anak, teman-teman sejawat saya, yang tahu kelakuan saya. Dia bilang dasar Jabo, jarang bohong, apa adanya, ceplas ceplos aja," tutur Bang Jabo.

"Ya habis kalau bohong juga buat apa. Mendingan saya jujur. Menjadi orang jujur itu mudah, menjadi orang jujur itu baik, dan menjadi orang jujur itu mulia," lanjut dia.

Sementara itu, ibu Bang Jabo bernama Sri Harti (74) mengatakan, waktu kecil anak sulungnya ini merupakan anak yang rajin sekolah.

"Sekolah seperti anak-anak lainnya sampai SMA, sebelum kenal sama dunia luar, baik-baik saja," tuturnya.

Rumah di kawasan Kebayoran Lama ini sudah lama ditinggali selama 40 tahun lebih.

"Tinggal di sini sudah lama, sekira 44 tahun sampai sudah punya 4 anak," ucap dia.

Sri menyebut bahwa dirinya sudah mengalami sakit sejak 2017.

Sri saat ini menggunakan kursi roda agar bisa menunjang aktivitasnya.

"Sakit saraf kejepit, lemah jantung, jantungnya ada pembengkakan, kakinya osteoporosis juga, macam-macam, namanya juga sudah lansia," kata dia.

(*)

Artikel diolah dari TribunJabar.id

Sumber: Tribun Jabar
Tags:
berita viral hari iniPempekpenjual
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved